Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Kementerian Pertanian Cemaskan Ketergantungan Bibit GPS Unggas Impor. Saatnya Bangun Industri Pembibitan Domestik?

  • Livestock Review
  • Mar 31, 2012
  • No comments
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Bisnis. Kementerian Pertanian mengkhawatirkan ketergantungan impor bibit Grand Parent Stock (GPS) unggas. Data Direktorat Jenderal Peternakan menunjukkan impor GPR unggas dalam lima tahun terakhir terus melonjak. Rinciannya yakni, pada 2007 dilakukan impor bibit GPS sebanyak 361.460 ekor, tahun 2008 sebanyak 370.036 ekor, lalu di tahun 2009 mengimpor bibit GPS sebanyak 404.774 ekor dan di 2010 sebanyak 402.414 ekor.

Sedangkan di tahun 2011, lanjut Abubakar, hingga bulan November lalu telah diimpor bibit GPS sekitar 480 ribu ekor. “Kami khawatikan jika suatu saat GPS tidak boleh impor dari luar, mau makan apa kita,” ujar Direktur Perbibitan Ternak Ditjen Peternakan Kementerian Pertanian, Abubakar, belum lama ini.

Abubakar mengatakan, kondisi tersebut segera diperbaiki dengan melakukan berbagai upaya. Jika tidak, dia mengatakan masyarakat Indonesia tidak dapat menikmati protein hewani yang berasal dari unggas. “Kita harus antisipasi, selama ini kita nggak ada produksi sendiri,” tegasnya.

Di Indonesia, Abubakar mengungkapkan ada 12 perusahaan pembibitan ayam GPS. Namun, sayangnya ketergantungan impor bibit GPS masih 100% dari luar negeri. Sementara untuk pembibitan ayam Parent Stock (PS), lanjutnya, Indonesia memiliki 39 perusahaan pembibitan.

Impor bibit PS kerap terjadi apabila produksi dalam negeri tidak mencukupi. “Industri bibit unggas masih sedikit karena padat teknologi dan padat modal. Khususnya untuk pembibitan GPS, butuh investasi besar sekali karena teknologinya tinggi,” katanya.

Ketua Umum Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas (GPPU) Indonesia Krissantono mengatakan perusahaan-perusahaan yang bergerak di bidang industri pembibitan ayam masih harus mengimpor dari luar negeri karena di dalam negeri belum dapat diproduksi. Indukan ayam (GPS dan PS) tersebut, lanjut Krissantono, nantinya akan menghasilkan telur yang harus ditetaskan menjadi anak ayam atau day old chicken (DOC).

Krissantono memaparkan produksi anak ayam ini dilakukan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia yang rata-rata mengkonsumsi hanya 31 juta ekor per minggu atau setara dengan 1.612 juta ekor setahun. Jumlah itu terancam dengan bertambahnya jumlah penduduk Indonesia yang terus membutuhkan asupan protein hewani yang berasal dari daging ayam sebesar 6-7 kg per kapita per tahun dan konsumsi telur ayam sebanyak 5 kg perkapita per tahun. “Lonjakan impor memang menyolok, tapi itu terpaksa kita lakukan,” ujarnya. follow our twitter: @livestockreview

sumber: kontan | editor: soegiyono

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Topik terkait
  • ayam
  • charoen
  • comfeed
  • daging
  • DOC
  • fakultas kedokteran hewan
  • fakultas peternakan
  • feed
  • feedmill
  • inti
  • japfa
  • kampanye gizi
  • kandang
  • kemitraan ayam
  • malindo
  • pakan
  • perunggasan
  • peternak
  • peternakan
  • peternakan rakyat
  • plasma
  • pokphand
  • sapi perah
  • sapi potong
  • seminar peternakan
  • sierad
  • susu
  • telur vs rokok
  • ternak
  • unggas
Previous Article
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Waduh, Baru 15% Ayam yang Disembelih di RPA

  • Livestock Review
  • Mar 30, 2012
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Penjualan Produk Susu dan Olahannya Tumbuh 7%

  • Livestock Review
  • Apr 1, 2012
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima

  • Jan 12, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023

  • Jan 10, 2023

Trending

  • 1
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 2
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 3
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima
  • 5
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023
 

Instagram

livestockreview
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Jika pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah menginginkan keberhasilan pembangunannya tinggi di bidang peternakan, maka para penyusun program perencanaan pembangunan peternakan harus pula dilibatkan dan ditempatkan sebagai “pengawal program pembangunan” yang diberikan kekuasan khusus karena mereka bukan tenaga struktural, pada saat program tersebut dilaksanakan.
Lumpy skin disease (LSD) merupakan penyakit kulit pada sapi asal Afrika yang sangat sulit diberantas.
Waspada !!! Badai Penyakit Mulut dan Kuku (FMD) belum Selesai, LSD sudah Menyebar
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.