Livestockreview.com, Bisnis. Industri perunggasan Indonesia merupakan penyumbang terbesar terhadap PDB pertanian selain kelapa sawit. Hal ini mengindikasikan bahwa industri perunggasan telah memiliki peran yang makin besar dalam pertumbuhan ekonomi nasional.
Tidak kalah pentingnya adalah usaha perunggasan ikut berperan dalam meningkatkan kesehatan dan kecerdasan masyarakat. Produk unggas berupa daging ayam dan telur merupakan sumber protein yang berkualitas dengan harga terjangkau. Saat ini 65% daging konsumsi daging masyarakat Indonesia berasal dari daging ayam.
Hal tersebut dibahas dalam seminar perunggasan oleh Asosisasi Obat Hewan Indonesia (Asohi) di Jakarta pada 27 Nopember lalu. Seminar menghadirkan Drs. Krissantono, Ketua Umum GPPU/ Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas yang membahas “Potret Bisnis Pembibitan Unggas 2013 dan Prospek Bisnis 2014”, Drh. Askam Sudin, GPMT/ Asosiasi Produsen pakan Indonesia yang membahas ”Potret Bisnis Perusahaan Pakan Ternak 2013 dan Prospek Bisnis 2014”, dan Ir. Musbar, PINSAR Unggas Nasional yang membahas “Potret Pasar Unggas 2013 dan Prediksi Pasar Unggas 2014”. Adapun Drh. Rakhmat Nuriyanto, Ketua Umum ASOHI (Asosiasi Obat Hewan Indonesia mendapat jatah membahas seputar “Potret Bisnis Industri Obat Hewan 2013 dan Prospek Bisnis 2014”.
Dari sisi ekonomi, perunggasan telah menyerap 2,5 juta tenaga kerja langsung dengan total omzet berkisar Rp.120 triliun per tahun. Lapangan kerja di pedesaan dapat berkembang dengan adanya usaha peternakan unggas sehingga dapat menghambat laju urbanisasi ke kota. Disamping itu perunggasan juga merupakan faktor penggerak industri terkait lainnya di bidang pertanian, antara lain usaha budidaya jagung, usaha dedak padi dan sebagainya.
Kalau melihat Seminar Nasional Perunggasan ke 8 tahun pada 2012 lalu yang diselenggarakan ASOHI, diprediksi produksi DOC broiler Tahun 2013 mencapai 2,2 miliar ekor. Seiring pertumbuhan ekonomi, pelaku usaha perunggasan optimis bahwa tahun 2017 mendatang konsumsi daging dan telur ayam akan meningkat 2 kali lipat (double comsumption) dibanding konsumsi 2012. Untuk meningkatkan konsumsi, sejumlah upaya kampanye gizi dilakukan masyarakat perunggasan melalui festival ayam dan telur, edukasi melalui talkshow radio, journalist tour, sumbangan telur untuk anak sekolah dan aneka kegiatan lainnya.
Namun demikian di penghujung tahun 2013 Indonesia mengalami gejolak nilai tukar yang menyebabkan pelaku usaha perunggasan perlu melakukan sejumlah langkah untuk mengamankan investasi. Banyak pihak yang masih bertanya-tanya sebenarnya sampai kapan gejolak ini akan terjadi? Apakah nilai tukar akan kembali ke titik awal atau pada nilai tukar yang baru?
Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan Pemerintah optimistis pergerakan rata-rata nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada 2014 dapat menguat hingga mencapai Rp.9.750 per dolar AS meskipun tren pelemahan rupiah saat ini terjadi hingga akhir tahun 2013.
Chatib menjelaskan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tahun depan dipengaruhi proses pemulihan perekonomian global serta kebijakan Bank Sentral AS (The Fed) yang mulai mengurangi kebijakan stimulus ekonomi pada akhir tahun 2013.
Kemudian, pergerakan juga dipengaruhi kekhawatiran investor terhadap perkembangan ekonomi yang melanda negara berkembang, seperti China, Brasil, dan India yang berdampak pada aktivitas transaksi perekonomian serta fluktuasi harga minyak dunia akibat gejolak geopolitik di beberapa negara produsen.
Namun, kondisi dalam negeri seperti terjaganya stabilitas perekonomian, meningkatnya tingkat konsumsi masyarakat, serta prospek pertumbuhan ekspor andalan dapat menjadi faktor pendukung yang menahan pelemahan nilai tukar rupiah.
Saat ini, sebagai upaya menjaga kestabilan nilai tukar rupiah dan neraca transaksi berjalan yang sedang bergejolak serta menjaga pencapaian dan pertumbuhan ekonomi, Pemerintah telah menetapkan empat paket kebijakan ekonomi.
Paket tersebut, adalah kebijakan memperbaiki defisit transaksi berjalan dan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, kebijakan untuk menjaga pertumbuhan ekonomi, kebijakan untuk menjaga daya beli masyarakat, dan kebijakan untuk mempercepat investasi.
sumber: asohi | editor: sitoresmi fauzi
follow our official twitter: @livestockreview | follow our official instagram: livestockreview