Livestockreview.com, Berita. Industri perunggasan di Indonesia tumbuh pesat, bahkan sudah bisa memenuhi kebutuhan masyarakat akan daging dan telur ayam, atau telah berswasembada produk unggas. Produksi telur dan daging ayam bahkan bisa lebih ditingkatkan lagi, namun konsumsi masyarakat saat ini masih terbilang rendah. “Untuk daging ayam misalnya, konsumsi masyarakat kita baru mencapai 7 kg/kapita/tahun. Sedangkan telur, baru mencapai 87 butir telur per kapita per tahun,” kata Ketua Umum Asosiasi Obat Hewan Indonesia (ASOHI) Rakhmat Nuriyanto di Bogor beberapa waktu lalu.
Rachmat membandingkan dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang konsumsinya telah melebihi angka 25 kg per kapita per tahun. Dengan pendapatan per kapita masyarakat Indonesia saat ini yang telah menginjak angka 3000 US Dollar, mestinya konsumsi produk protein hewani, utamanya yang berasal dari ayam dapat lebih tinggi dari yang sekarang. Rakhmat mengakui adanya isu-isu miring seputar dunia perunggasan di masyarakat seperti isu hormon, kolesterol, kebisulan, dan lain-lain yang tidak jelas dasar ilmiahnya.
Itulah sebabnya saat ini masyarakat perunggasan Indonesia mengambil inisiatif untuk menggelar Festival Ayam dan Telur pada 15 Oktober 2011 mendatang di Parkir Timur Senayan Jakarta, mulai jam 6.30 hingga 16.30 WIB. Acara tersebut selain untuk menepis isu miring yang tidak benar seputar produk hasil unggas, juga untuk lebih mengenalkan daging dan telur ayam yang sangat penting bagi pertumbuhan dan kesehatan masyarakat Indonesia.
“Daging dan telur ayam adalah sumber protein hewani yang penting bagi manusia untuk tumbuh dan berkembang, serta menunjang produktifitas sehari-hari. Daging dan telur ayam juga mrupakan produk protein hewani yang lebih murah dibanding sumber protein hewani lain, sehingga harganya termasuk dalam jangkauan masyarakat di berbagai lapisan baik, menengah maupun bawah,” jelas Rachmat Nuriyanto. Semoga berhasil, pak!
penulis: rendi | editor: soegiyono
follow our twitter: @livestockreview