Livestockreview.com, Referensi. Dalam usaha peternakan, pakan merupakan faktor dominan yang mempengaruhi efisiensi dan kesuksesan usaha. Pakan menentukan kualitas produk peternakan, produktivitas ternak dan keuntungan pengusahaan ternak.
Program pembangunan peternakan termasuk upaya swasembada daging sapi 2014 tidak akan tercapai apabila tidak didukung pemenuhan kebutuhan pakan yang cukup ketersediaannya baik jumlah maupun mutu-nya.
Pengembangan ternak ruminansia menghadapi persoalan fluktuasi ketersediaan pakan hijauan, sedangkan ternak unggas dihadapkan pada ketergantungan impor bahan baku pakan karena tidak tersedianya produksi dalam negeri. Ternak ruminansia semakin hari semakin rawan kekurangan suplai hijauan akibat semakin sempit bahkan hilangnya padang penggembalaan,tergusur oleh kepentingan ekonomi lain yang lebih prospektif. Akhirnya sumber pakan utama ternak ruminansia hanya mengandalkan limbah pertanian seperti jerami padi, tebon jagung, pucuk, tebu, dan sebagainya -yang kualitas nutrisinya rendah dicirikan oleh rendahnya tingkat kecernaan, kadar protein kasar, dan kadar karbohidrat non struktural, serta tingginya kadar serat utamanya lignoselulosa.
Sekedar contoh, ketika musim kemarau tiba, ratusan truk membawa jerami ke kabupaten Gunungkidul untuk memenuhi kebutuhan pakan sapi, meskipun peternak harus merelakan menjual pedhet atau kambing untuk dibelikan jerami padi sebagai pakan sapi. Jadi di kabupaten Gunungkidul Djogdjakarta saat musim kemarau tiba terdapat istilah sapi ‘makan’ pedhet atau sapi ‘makan’ kambing.
Demikian pula dengan pakan konsentrat sapi, mayoritas bahan yang dipergunakan berasal dari limbah pertanian dan limbah industri dengan kualitas nutrisi yang rendah yang dapat mengakibatkan relatif rendahnya kinerja produksi dan reproduksi ternak. Inilah tantangan riil yang harus diatasi untuk mencapai swasembada daging sapi.
sumber: prof ali agus (aini) | editor: diah laksmi
follow our twitter: @livestockreview