Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Kampus

Strategi dan Kebijakan Alternatif Menuju Swasembada Daging Sapi 2014 (Bagian II)

  • Livestock Review
  • Nov 20, 2013
  • One comment
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Kampus. Program Swasembada Daging Sapi merupakan program sudah dicanangkan sejak tahun 2005, kemudian direvisi pada tahun 2010. Akan tetapi sampai sekarang, bisa kita lihat bersama belum bisa kita lihat hasilnya secara signifikan. Klaim dari pemerintah pengertian dari swasembada ialah ketika 90% kebutuhan daging nasionla bisa dipenuhi dari produksi dalam negeri, 10% sisanya boleh dari impor.

Data terbaru BPS menunjukan samapi dengan saat ini, 17% kebutuhan daging kita masih dipenuhi dengan jalan impor. Sedangkan di sisi lain bisa kita ketahui bersama hasil survey terbaru menunjukan adanya penurunan pada jumlah sapi kita. Yang dulunya berjumlah 16,37 juta ekor sekarang hanya 14,17 juta ekor. Sehingga ini bisa menjadi salah satu indikasi kondisi swasembada terancam gagal.

Keterangan di atas adalah dari segi produksi, sekarang kita lihat bersama dari sisi konsumsi. Dua sisi dari hal ini, satu sisi membahagiakan, disisi lain membuat cemas. Hal ini dikarenakan ternyata konsumsi daging masyarakat indonesia lambat laun terus mengalami peningkatan. Maka korelasinya, jumlah daging yang harus kita sediakan juga semakin meningkat.

Kedua penjelasan diatas merupakan bukti gagalnya pencapaian swasembada daging sapi. Tentu banyak faktor yang mempengaruhi semua ini. Maka inovasi kebijakan lain sekiranya perlu untuk benar-benar merealisasikan program ini.

Pengertian daging menurut Soeparno (2005) adalah semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan jaringan jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan gangguan kesehatan bagi yang mengkonsumsi atau memakannya merupakan produk semi akhir dari proses yang panjang sebelumnya. Dari daging ini juga bisa kita olah lagi menjadi aneka produk makanan yang kita bisa kita gunakan untuk memenuhi kebutuhan manusia.

Proses yang panjang sebelumnya bisa kita kerucutkan lagi menjadi 2 hal yaitu produksi dan distribusi. Banyak faktor yang menyebabkan masih belum terpenuhinya kebutuhan konsumsi daging masyarakat negeri ini. Kita mulai dari permasalahan dibidang produksi. Pada fase ini bisa kita sebut fase kompleks, karena selain permasalahan waktu yang panjang, biaya (modal), masih banyak hal yang berperan.

Yang pertama coba kita ulas yaitu bagian waktu yang panjang. Butuh waktu panjang dari mulai sapi dalam masa partus (9 bulan), sampai menjadi sapi siap potong (2-4 tahun). Sehingga kaitannya dengan biaya tadi, butuh biaya yang sangat besar baik untuk pakan, operasional maupun tenaga kerja.

Permasalahan yang kedua ialah perangkat-perangkat dalam proses produksi ternak. Seperti kita ketahui bersama bahwa pakan kita masih banyak yang impor, ‘berebut’ dengan komoditi pangan manusia, serta mahalnya harga pakan yang tersedia. Selain itu, ongkos untuk pekerja dan operasional lainnya membutuhkan biaya yang tidak sedikit sehingga ini pula yang menjadi salah satu penyebab kebanyakan peternak kita hanya menjadikan aktivitas beternak hanya menjadi pekerjaan sambilan.

Selanjutnya yaitu kita lihat dari sisi distribusi. Salah satunya yaitu belum memadainya transportasi yang dipergunakan sebagai sarana untuk memindah dari tangan produsen ke tangan konsumen. Selain karena belum meadainya transportasi sehingga berefek pada penyusutan berat potong juga mahalnya biaya untuk memindahkan ternak hidup misalnya dari NTT ke Jakarta, dsb. Menurut Berutu (2007) rata-rata penyusutan minimal bobot sapi dengan transportasi 1 jam adalah 2 kg, selain itu juga biaya minimal transportasi selama 1 jam adalah Rp 35.350,- (Berutu, 2007). Sehingga tentu ini sangat merugikan jika terus dilakukan.

Permasalahan lainnya yaitu dalam memasarkan ternak, masih dirugikan karena panjangnya rantai pemasaran. Banyak tahap sehingga ternak bisa sampai di rumah potong. Mulai dari peternak ke pedagang lokal, lanjut ke pedagang kabupaten, propinsi dan seterusnya sehingga berakibat naiknya harga sapi ditingkat akhir serta minimnya keuntungan yang diperoleh oleh peternak, karena justru keuntungan lebih banyak diperoleh oelh pedagang perantara tadi. (BERSAMBUNG)

Ajat Santoso, Surya Primadi, dan Deni Setiadi, Mahasiswa Fakultas Peternakan UGM
Penyaji Terbaik pada Call For Policy Paper dalam Temu Ilmiah Mahasiswa Peternakan Indonesia oleh ISMAPETI, di Bengkulu, 7-12 Nopember2013 | editor: sitoresmi fauzi

follow our twitter: @livestockreview

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Kampus

Strategi dan Kebijakan Alternatif Menuju Swasembada Daging Sapi 2014 (Bagian I)

  • Livestock Review
  • Nov 19, 2013
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Kampus

Strategi dan Kebijakan Alternatif Menuju Swasembada Daging Sapi 2014 (Bagian III)

  • Livestock Review
  • Nov 21, 2013
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia

  • Feb 27, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.