Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Referensi

Sejarah Panjang Susu

  • Livestock Review
  • Feb 15, 2012
  • No comments
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Produk Olahan. Susu sudah menjadi makanan dasar manusia sejak dilahirkan. Makanan pertama setelah lahir yang dibutuhkan manusia adalah susu, dan perolehan pertama kali yang terbaik adalah air susu ibu (ASI). Lama sebelum berhenti berburu dan mengumpulkan bahan makanan, manusia Neolitik di Near East (daerah Eropa) telah mengetahui kalau biri-biri dan anak-anak mempunyai persamaan, yaitu dalam hal mengonsumsi susu. Hal tersebut merupakan sesuatu yang alamiah. Sehingga timbul ide untuk merasakan susu domba dan kambing bagi orang dewasa. Berawal dari sini, mulailah dicari cara terbaik untuk mengeksploitasi susu yang ada di dunia ini.

Pada abad 17 sebelum Masehi (SM), menurut buku 2 Million Years of The Food Industry yang diterbitkan Nestle S.A, Raja Hammurabi II memperkenalkan pajak atas produksi susu di Babilonia, sedangkan di Pompeii, sebelum meletusnya Gunung Vesuvius yang menghancurkan kota tersebut, para pembuat roti menjual susu dan roti madu yang disebut picenum. Dan di tahun 25 SM, seorang warga Yunani bernama Apicus menciptakan masakan bernama `creame renversee`, yaitu campuran susu, madu, dan telur kocok.

Salah satu dari masakan khas bangsa Galia (nenek moyang orang Prancis) adalah sosis yang berlemak, dan disebut susu `boudin` atau puding, dan susu hewan telah menjadi tiang peradaban sejak zaman berkuasanya Romulus dan Remus di awal masa Kekaisaran Romawi. Selain itu orang Tartar, sebagai bangsa pengembara selalu membutuhkan makanan enak, bergizi, dan tidak mudah basi. Sejak 13 abad lalu bangsa inilah pertama kali menggunakan susu bubuk.

Menurut catatan Marco Polo, orang-orang Tartar mengonsumsi susu dengan cara mendidihkan lebih dulu, kemudian mengeluarkan bagian `kepala susu` yang terkumpul di permukaan atasnya. Kepala susu digunakan sebagai mentega, sedangkan cairan yang tertinggal yang mengandung protein susu dan gula dijemur di bawah sinar matahari sampai hampir kering. Setelah itu digiling menjadi bubuk. Setiap pagi sebelum meninggalkan medan perang, setiap penunggang kuda menuangkan sekitar setengah pon bubuk itu ke botol kulit, dan mengisinya dengan air sebelum mengikatnya di pelana masing-masing. Selama menunggang kuda, gerakan kuda akan mengocok campuran yang ada dan sekali lagi menjadi cairan susu.

Era susu bubuk dan susu kental manis
Enam abad kemudian, susu bubuk serupa menjadi bahan makanan tentara Amerika Serikat yang berperang di hutan-hutan Asia Tenggara selama Perang Dunia II. Pada tahun 1856, seorang warga Amerika Serikat bernama Gail Borden mematenkan proses pembuatan susu kental manis dan mendirikan sebuah pabrik untuk memproduksi susu kental manis bagi tentara AS selama perang saudara di negeri itu. Tidak lama setelah itu, Charles A. Page, Duta Besar AS di Swiss, terkesan akan kualitas susu segar di Swiss. Bersama George, saudara laki-lakinya, Charles Page mencoba mengajak Borden untuk mendirikan sebuah perusahaan pengentalan susu dengan menggunakan susu segar dari Swiss sebagai bahan bakunya. Tetapi Borden tidak tertarik pada usulan tersebut, sehingga Page bersaudara akhirnya mendirikan sendiri perusahaan pengentalan susu yang diberi nama `Anglo-Swiss` di sebuah kota kecil Champ di Swiss pada tahun 1866.

Satu tahun kemudian, Henri Nestle, seorang ahli kimia asal Jerman memulai perusahaan pembuatan susu kental manis di Vevey, Swiss. Dengan demikian, Henri Nestle dan Page bersaudara saling bersaing dalam bisnis susu tersebut. Akhirnya, pada tahun 1905 kedua perusahaan tersebut bergabung menjadi satu.

Sementara itu, salah seorang peneliti di perusahaan Anglo-Swiss, bernama Johann Meienberg menemukan cara memproses penguapan susu yang tidak dimaniskan. Tetapi, pada saat itu tidak seorang pun di Swiss yang tertarik pada penemuannya, sehingga akhirnya ia pindah ke AS. Setelah mengubah namanya menjadi John B. Meyenberg, ia bekerja di perusahaan susu Helvetia, dan pada tahun 1885, susu evaporasi pertama kali pun mulai dipasarkan.

Saat ini, industri susu menghasilkan lebih dari lima juta ton susu kering setiap tahunnya. Kebanyakan tetap dijadikan pencampur kue, es krim, dan makanan pencuci mulut. Keuntungan utama dari susu jenis non-fat dry adalah susu ini dapat disimpan untuk beberapa tahun lamanya. Sedangkan susu kering tanpa lemak dapat digunakan di negara-negara bercuaca panas untuk membuat keju dan yoghurt.

Dry milk kini menjadi sumber nutrisi dan memberi dampak pada ekonomi di beberapa masyarakat Afrika, Asia, dan Amerika Selatan, susu bukanlah makanan tradisional mereka. Saat ini, industri makanan modern tidak hanya membangun pabrik pengolahan susu, tetapi juga membantu peternak setempat menciptakan perusahaan pembuatan susu untuk menyediakan susu segar. mi/ind   follow our twitter: @livestockreview

 

 

 

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Produk Olahan

Ancaman di Balik Kelezatan Sate

  • Livestock Review
  • Feb 14, 2012
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Produk Olahan

Mengolah Daging Sapi untuk Menu Sarapan

  • Livestock Review
  • Feb 16, 2012
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia

  • Feb 27, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.