Livestockreview.com, Berita. Minimnya pasokan susu dari Kabupaten Boyolali Jawa Tengah di tingkat nasional, ternyata juga belum diikuti dengan kualitas susu dari kabupaten tersebut. Pasalnya, para peternak sapi perah masih kurang jujur dalam mengolah susu hasil perahan sapinya.Gubernur Jawa Tengah Bibit Waluyo dalam dialog dengan para peternak sapi perah di Boyolali, pada pertengahan Desember lalu secara gamblang menandaskan, para peternak susu sapi sebaiknya menjaga betul kualitas susunya. Karena itu merupakan sumber penghidupan yang harus dikelola secara profesional.
”Produksi susu dari Boyolali ini sudah terkenal di mana-mana. Maka harus dijaga benar potensi ini. Karena ini kendhilnya kalian juga. Makanya, aja sok malsu susu,” kata Bibit di hadapan para peternak sapi perah di gedung Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) Boyolali.
Dikatakan Bibit, GKSI sebagai koperasi susu juga harus bersikap profesional dalam membina para petani pemerah susu. Karena dengan pembinaan yang baik, antara petani susu dengan koperasinya akan terjadi sinergi yang berkualitas. ”Pokoke njalukmu apa tak turuti, asal ada peningkatan kualitas dan kuantitas susu dari Boyolali ini,” kata Bibit disambut tepuk tangan para peserta.
Impor susu mencapai 70%
Sementara itu Dirjen Industri Argo Kimia Kementerian Perindustrian, Benny Wahyudi mengungkapkan pasokan susu dari dalam negeri hingga saat ini masih sangat minim. Di sisi lain tingkat konsumsi susu nasional menunjukkan tren positif, namun belum diiringi pertumbuhan Industri Pengolah Susu (IPS) yang memadai.
”Bahan baku susu 70 persen masih mengimpor dari luar negeri,” ungkap dia. Pengembangan persusuan, menurut Wahyudi, menjadi prioritas pemerintah, terutama pengembangan IPS-IPS. Namun kenyataannya produksi susu nasional masih terbatas. Sehingga IPS yang ada masih harus mengimpor.
Untuk itu selain mendorong berdirinya IPS, pihaknya juga mendorong adanya jalinan kerja sama antara IPS dengan koperasi atau peternak secara langsung. Sehingga kebutuhan bahan baku susu dari peternak lokal dapat ditingkatkan.
”Dengan adanya kerja sama itu otomatis akan mengatrol kualitas susu, karena ada kontrol langsung dari IPS. Untuk Jateng produksi susunya termasuk tinggi, namun kualitasnya masih banyak yang di bawah standar,” tegas dia. follow our twitter: @livestockreview
penulis: nurhuda | editor: rina