Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Produk Olahan

Pesona Dangke, Keju ala Sulawesi

  • Livestock Review
  • Jun 18, 2011
  • No comments
  • 1 view
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Produk Olahan. ekilas makanan ini tampak seperti tahu, sama-sama berwarna putih dan bertekstur kenyal. Ada pula yang menyebutnya “keju” karena cita rasanya nyaris sama. Makanan khas Kabupaten Enrekang, Sulawesi Selatan, ini sebenarnya terbuat dari fermentasi susu. Masyarakat menyebutnya dangke.

Selain susu sapi atau kerbau, bahan dasar dangke lainnya adalah getah pepaya. Proses pembuatannya tidak terlalu sulit. Salah satu pengusaha dangke di Enrekang yakni Sunusi menuturkan awalnya sapi perah yang susunya diambil untuk bahan dasar dangke dibersihkan dari kotoran. “Setelah sapi selesai dimandikan, barulah dilakukan pemerasan,” kata Sunusi. Air susu sapi kemudian disaring untuk memisahkan kotoran dengan susu sebelum dilakukan fermentasi. Adapun getah pepaya muda digunakan sebagai bahan campuran pembuat dangke.

Air susu dimasak dengan suhu minimal 70 derajat Celsius, kemudian dicampur getah pepaya. Getah ini untuk memisahkan lemak, protein, dan air. Selain itu, getah pepaya berfungsi untuk memadatkan bahan susu. Setelah lemak, protein, dan air dipisahkan, barulah dilakukan proses mencetak. Alat yang digunakan untuk mencetak dangke juga menggunakan alat tradisional, yakni tempurung kelapa. Setelah dimasukkan ke dalam alat cetak, adonan dibiarkan hingga dingin dan memadat. Maka, jadilah dangke.

Makanan ini cukup sulit didapatkan di luar Enrekang. Tapi di Kabupaten Enrekang, dangke menjadi makanan yang mudah ditemui. Namun demikian, pembeli biasanya memilih tempat produksi dangke yang dianggap higienis. Pasalnya ada juga dangke yang rasanya agak kecut. Popularitas dangke sebagai makanan khas Kabupaten Enrekang menjadi daya tarik tersendiri bagi wisatawan. Kepala Dinas Pariwisata Kabupaten Enrekang, Lateng, menuturkan bahwa dangke sudah sampai Malaysia dan Jepang.

Paling khas dari daerah Enrekang

Dangke dapat bertahan hingga satu bulan. Biasanya, saat dangke dibawa keluar daerah yang membutuhkan waktu berjam-jam atau bahkan beberapa hari, dangke dibungkus dalam kemasan kedap udara. “Biasanya, jika dangke dibawa ke tempat yang membutuhkan waktu lama, dangke dipanaskan dan dimasukkan ke dalam lemari es,” ujar Sunusi.

Dangke menjadi makanan khas yang tak terlupakan oleh warga Enrekang. Meskipun telah meninggalkan daerah itu bertahun-tahun lamanya, saat pulang ke kampungnya, mereka pasti akan mencari dangke. Untuk mempromosikan dangke kepada pelanggan, sejumlah pembuat dangke mulai membuka layanan pesan antar seperti yang dilakukan Sunusi.

“Usaha kami memang dalam bentuk home industry,” katanya. Sapi perah milik Sunusi yang menunjang bahan baku pembuatan dangke sudah mencapai 25 ekor. Ia tercatat sebagai pengusaha dangke tersukses di daerah itu. Awalnya, menurut Sunusi, ia memulai usaha itu dengan seekor sapi. “Itulah yang kemudian berkembang hingga saat ini,” ujarnya. Sunusi tidak mengetahui persis kapan ia memulai usaha itu. “Yang jelas, sudah lebih dari sepuluh tahun,” kata Sunusi.

Kini pegawai Dinas Peternakan Kabupaten Enrekang itu sudah mampu memproduksi 50 dangke setiap harinya. “Produksi dangke kami dilakukan dua kali dalam sehari, yakni pagi dan sore hari,” katanya. Tiap satu dangke dijual dalam satu kemasan khusus. “Kami hanya menjual Rp 12 ribu per paketnya,” kata Sunusi.

Selain itu, dangke bisa diolah menjadi kerupuk yang diberi nama deppa dangke. Prosesnya adalah mencampur dangke dengan terigu dan gula.

sumber: tempo & kab.enrekang | editor: ria laksmi

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • lain-lain

Konsumsi Susu Nasional Baru 55 Gelas Per Kapita Per Tahun

  • Livestock Review
  • Jun 17, 2011
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Produk Olahan

Keju Cheddar, Camilan Bergizi Tinggi

  • Livestock Review
  • Jun 21, 2011
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia

  • Feb 27, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.