Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Livestock Review
  • Jan 16, 2023
  • No comments
  • 39 views
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Referensi. Feed intake (FI) atau konsumsi pakan adalah salah satu penentu utama produksi ternak. Mengapa? Karena dengan mengetahui berapa total jumlah pakan yang dikonsumsi oleh setiap ekor ternak per hari akan dapat dikalkulasikan jumlah zat gizi (karbohidrat, lemak, protein, mineral, dan vitamin) yang diperlukan telah masuk ke dalam tubuhnya. Kuantitas FI ini tidak sama untuk setiap ternak.

Hal ini berkaitan dengan faktor internal dan eksternal ternak. Faktor dimaksud antara lain adalah jenis atau bangsa ternak, jenis kelamin, umur, fase produksi dan reproduksi, sehat atau sakit, bentuk dan jenis pakan, cara dipabrikasi pakannya, kondisi lingkungannya (faktor iklim), hama dan parasit.

Secara sederhana, FI biasanya diukur dengan menimbang jumlah bahan pakan yang disajikan dikurangi dengan jumlah bahan pakan yang tersisa. Selisih itulah yang menjadi jumlah yang dikonsumsinya.

Ketika seseorang melakukan penelitian ilmiah, maka jumlah FI dinyatakan dalam satuan kg bahan kering (BK)/ekor/hari. BK adalah massa atau material yang sebenarnya dari pakan setelah kandungan airnya secara total diuapkan. Hal ini biasanya dilakukan dengan mengambil secuil (1-2g) terokan pakan kemudian dikeringkan/diovenkan (vacum oven: 100⁰C selama 5-jam) di laboratorium (lebih teknis topik ini akan dibahas secara khusus pd edisi selanjutnya).

Mungkin para pembaca bertanya, berapa kira-kira patokan kita sajikan bahan pakan agar terpenuhi kebutuhan ternak? Baik secara praktis maupun teoretis, FI dapat diramal ( role of tumb ) adalah 10% dari bobot hidup (kg) ternak. Misalnya seekor sapi bali jantan berbobot 300 kg, maka jumlah bahan segar pakan (as fed) yang harus disajikan adalah sebanyak 30 kg.

Ketika kita menyediakan pakan sebaiknya tetap tersedia disekitar atau di hadapan ternak itu sehingga kapan saja mereka membutuhkan akan selalu ada. Karena FI berfluktuasi setiap saat (kadang banyak/sedikit), maka sebaiknya jml yang disajikan sebaiknya dilebihkan sejumlah 10-15% dari jumlah patokan tadi. Sepuluh persen (10%) dari bobot segar itu sesungguhnya berasal dari pengalaman yang terekam secara konstan dan dari perakiraan kebutuhan yang dihitung dalam BK.

Kebutuhan BK setiap ternak ruminansia bervariasi antara 2-4% (rata-rata 3%) dari bobot badan. Dari bobot badan 300 kg, maka membutuhkan BK sebanyak 9,0kg (3% x 300 kg). Jumlah 9,0 kg BK ini jika dikoversikan ke bobot segar, dihitung dengan mengalikan persentase BK (hasil analisis proksimat) dari bahan pakan yang akan dipilih sebagai diet dan/atau penyusun ransum. Misalnya disajikan rumput gajah ( Pennisetum purpurium, Napiergrass) yang mempunyai kadar BK sebanyak 31% (Kearl, 1982), maka jumlah bobot segar yang harus disajikan sebanyak 29,03kg (100/31 x 9,0 kg).

Jika dari tanaman jagung muda yang BKnya 18%, maka jumlah jagung dalam bobot segar sebanyak 50,0kg. Pada kalkulasi ini persentasenya di balik (31% menjadi 100/31) karena dikonversikan ke bobot segar. Kadar airnya bahan itu adalah 69% (kadar air = 100 – 31). Role of tumb yang dijelaskan sebelumnya adalah estimasi dari ragam bobot segar yang diberikan. Dalam kasus dua bahan itu (rumput gajah dan jagung muda) maka perakiraan persentase sajian segar yang dikonversikan dari BK akan menjadi 13,19% (9,7%-29,0%).

Dengan mengetahui total FI per hari/per ekor, maka para peternak, pengusaha pabrik ransum, dll. akan dapat memprediksi jumlah bahan pakan yang harus disediakan atau dibeli untuk pabrikasi ransum sesuai dengan jumlah, jenis, dan masa waktu pemeliharaannya. Selain itu, FI dapat pula dijadikan sebagai salah satu indikator apakah ternak yang dipelihara itu sakit atau sehat, tumbuhkembang atau tidak, dan meramal produksi susu atau dagingnya. Ternak yang sehat akan makan secara normal dan akan tumbuhkembang secara normal pula.

Untuk ruminansia yang digembalakan pengukuran FI melalui pendekatan dengan menggunakan marka (eksternal dan internal) dari pakan atau ataut bahan kimia. Juga dapat dengan metode timbang. Selisih bobot ternak sebelum dan sesudah digembalakan. Di samping itu, FI juga dapat diprediksi dengan mengukur ingestive behaviour (intake rate, total waktu merumput, kapasitas senggutan, dll. (Suhubdy, 2002). Secara rinci tentang hal ini lebih lanjut akan didiskusikan pada edisi lanjutan.

Singkatnya, FI adalah salah satu indikator yang sangat mudah diukur untuk memahami produktivitas ternak. FI juga dapat dipakai untuk memahami fenologi tanaman rerumputan dan dinamika padang rumput. FI dan dinamika alir zat gizi dari tanah ke tanaman dan pola makan ruminansia adalah ladang riset yang prosfektif untuk dilakukan dalam rangka memahami dinamika agroekosistem peternakan ruminansia berbasis padang gembala. Dengan demikian, mengukur FI adalah aktivitas esensial dan penting dalam membudidayakan ruminansia dan/atau ternak lainnya.

LR (pb ispi/suhubdy, ruminant nutritionist, recent trend and gaps fakultas peternakan universitas mataram, mataram ntb)

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima

  • Livestock Review
  • Jan 12, 2023
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Livestock Review
  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima

  • Jan 12, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023

  • Jan 10, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Ini 10 Pernyataan Sikap PPSKI terhadap Wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di Indonesia

  • Jun 29, 2022

Trending

  • 1
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 2
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 3
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima
  • 4
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023
  • 5
    • Bisnis
    • news
    Big Data di Industri Perunggasan: Pengertian dan Kegunaannya
 

Instagram

livestockreview
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Jika pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah menginginkan keberhasilan pembangunannya tinggi di bidang peternakan, maka para penyusun program perencanaan pembangunan peternakan harus pula dilibatkan dan ditempatkan sebagai “pengawal program pembangunan” yang diberikan kekuasan khusus karena mereka bukan tenaga struktural, pada saat program tersebut dilaksanakan.
Lumpy skin disease (LSD) merupakan penyakit kulit pada sapi asal Afrika yang sangat sulit diberantas.
Waspada !!! Badai Penyakit Mulut dan Kuku (FMD) belum Selesai, LSD sudah Menyebar
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.