Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Mewaspadai Penurunan Populasi kerbau

  • the editor
  • Dec 11, 2011
  • No comments
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Berita. Lampu kuning untuk populasi kerbau Indonesia.Berdasarkan Pendataan Sapi Potong, Sapi Perah dan Kerbau (PSPK) 2011, populasi kerbau hanya mencapai 1,3 juta ekor.

Jumlah ini hanya 7,78% dari total populasi sapi dan kerbau di Indonesia. Ironisnya lagi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sejak 2003 hingga 2011 populasi kerbau berkurang rata-rata 7.800 ekor atau 0,58% per tahun. Rendahnya populasi kerbau ini bahkan membuat beberapa peternak terpaksa mengimpor bibit untuk penggemukan (feedlot) di Indonesia.

Menteri Pertanian, Suswono dan Kepala BPS, Rusman Heriawan mengatakan penurunan populasi kerbau ini terjadi karena kerbau pembajak sawah lambat laun digantikan oleh traktor. “Selain itu mungkin para inseminator sulit membaca masa kawin kerbau sehingga sulit mengembangbiakkannya,” kata Suswono dalam acara Rilis Awal Hasil PSPK 2011, akhir pekan lalu.

Penurunan populasi kerbau ini cukup disayangkan. Sebab, kerbau berpotensi baik sebagai alternatif sumber daging dan susu. Bahkan di beberapa negara, susu kerbau dimanfaatkan untuk bahan baku keju.

Hal diakui oleh Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI), Teguh Boediyana. Ia menerangkan, kemampuan kerbau menghasilkan susu memang sedikit, hanya sekitar 3 liter-5 liter per hari. Jumlah ini lebih sedikit dari kemampuan sapi menghasilkan susu sebanyak 20 liter per hari.

Namun, kandungan lemak pada susu kerbau mencapai 8% per liter. Kandungan ini lebih tinggi ketimbang kandungan lemak pada susu sapi yang sebesar 3% per liter.

Pun begitu, kerbau yang banyak dibudidayakan di Indonesia merupakan kerbau pedaging. Sisa-sisa keturunan kerbau penghasil susu umumnya hanya ditemukan di wilayan Sumatera Utara. Karenanya Teguh mengatakan, bila pemerintah serius mau mengembangkan kerbau perah, pemerintah harus bisa mendorong program ini lewat inseminasi buatan. “Pemerintah harus mengembangkan nilai guna kerbau yang lain seperti menghasilkan susu. Supaya para peternak lebih bersemangat memelihara kerbau,” kata Teguh.

Selain kerbau perah, kerbau pedaging pun tak kalah prospektif. Teguh mengatakan, kerbau berpotensi menjadi sumber daging di daerah-daerah kering. Pakan kerbau yang tak serumit sapi membuat pemeliharaan kerbau lebih mudah.

Untuk mendapatkan kerbau dengan daging dan badan yang bagus, kata Teguh, cukup dengan memberinya pakan jerami. Itu sebabnya, kerbau cocok dikembangkan di daerah rawa seperti Kalimantan. Meskipun di satu sisi proses penggemukan kerbau memakan waktu lebih panjang daripada penggemukan sapi, pengembangan kerbau tetap prospektif sebagai alternatif sumber pangan dan pendukung program swasembada daging. follow our twitter: @livestockreview

sumber: kontan | editor: soegiyono

the editor

Menyelesaikan kuliah di Universitas Gadjah Mada Fakultas Peternakan Yogyakarta, pada 2006 bersama beberapa para ahli teknologi pangan merintis pendirian majalah teknologi dan industri pangan.Minat yang disukai adalah dalam hal jurnalistik, pangan, peternakan, wira usaha dan teknologi.

Previous Article
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Potensi Tersembunyi Bisnis Itik Mojosari

  • the editor
  • Dec 10, 2011
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • news

Ternak Kerbau Dukung Program Swasembada Daging

  • the editor
  • Dec 13, 2011
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima

  • Jan 12, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023

  • Jan 10, 2023

Trending

  • 1
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 2
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 3
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima
  • 5
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023
 

Instagram

livestockreview
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Jika pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah menginginkan keberhasilan pembangunannya tinggi di bidang peternakan, maka para penyusun program perencanaan pembangunan peternakan harus pula dilibatkan dan ditempatkan sebagai “pengawal program pembangunan” yang diberikan kekuasan khusus karena mereka bukan tenaga struktural, pada saat program tersebut dilaksanakan.
Lumpy skin disease (LSD) merupakan penyakit kulit pada sapi asal Afrika yang sangat sulit diberantas.
Waspada !!! Badai Penyakit Mulut dan Kuku (FMD) belum Selesai, LSD sudah Menyebar
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.