Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mengenal Lebih Jauh Tentang Virus Nipah yang Sedang Mewabah di India

  • Livestock Review
  • Jun 1, 2018
  • No comments
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Referensi. Kota Kozhikode di Kerala, India, sedang berada di bawah ancaman wabah virus Nipah (NiV). Diketahui, ada 13 warga yang meninggal akibat virus tersebut. Virus Nipah yang menyebar dengan cepat ini, memang memiliki tingkat kematian yang cukup tinggi, yakni sebesar 70%.

Apa itu virus Nipah?

Infeksi virus Nipah (NiV) merupakan zoonosis yang menyebabkan beberapa penyakit pada manusia dan hewan. Biasanya, ia ditularkan dari binatang ke manusia.

Menurut WHO, ‘tuan rumah’ dari virus ini adalah kelelawar yang memakan buah-buahan – berasal dari keluarga Pteropodidae.

Bagaimana ia menyebar?

Penyebaran Nipah terjadi melalui kontak langsung dengan kelelawar, babi, atau manusia yang telah terinfeksi virus tersebut.

Apa gejala virus Nipah?

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengatakan, infeksi virus Nipah berkaitan dengan peradangan otak. Orang yang terinfeksi akan menunjukkan gejala demam dan sakit kepala antara tiga-14 hari setelah mendapat paparan virus. Dan masa inkubasinya berlangsung selama hingga 14 hari.

Secara keseluruhan, gejala klinisnya meliputi demam, sakit kepala, pusing, dan muntah-muntah. Diikuti dengan mudah mengantuk, disorientasi, dan kebingungan.

Lebih dari 50% pasien mengalami disfungsi batang otak dan tingkat kesadarannya berkurang. Beberapa pasien juga mengalami penyakit pernafasan, saraf, dan gangguan paru-paru.

Kapan pertama kali virus Nipah ditemukan?

Virus Nipah pertama kali terindentifikasi di Kampung Sungai Nipah, Malaysia, pada 1998. Babi merupakan inang perantara selama wabah tersebut. Sekitar 1,1 juta babi dibunuh untuk mengontrol penyebaran wabah.

Sejak kapan wabah virus Nipah terjadi di India?

Di India, virus Nipah menyerang manusia tanpa adanya keterlibatan babi. Wabah pertama terjadi di Siliguri, West Bengal, pada 2001. Sementara insiden kedua terjadi di distrik Nadia, West Bengal, pada 2007.

Para ilmuwan menemukan fakta bahwa warga India mendapat penyakit tersebut akibat meminum getah kurma yang didapat langsung dari pepohonan. Camilan manis itu ternyata juga disukai dan sering dimakan kelelawar buah.

Berdasarkan keterangan WHO, virus Nipah sudah merenggut 300 nyawa di Malaysia, Singapura, Bangladesh, dan India, antara tahun 1998 hingga 2008.

Bagaimana cara mengatasinya?

WHO mengatakan, saat ini belum ada vaksin yang bisa menangani penyebaran virus Nipah pada hewan dan manusia. Yang bisa dilakukan hanyalah memberi perawatan yang bersifat ‘suportif’ – seperti menjaga pasien agar tetap terhidrasi dan mengurangi gejala muntah.

Kita dapat mencegah virus Nipah dengan menghindari paparan terhadap babi dan kelelawar yang sakit di wilayah endemik. CDC menyarankan untuk tidak meminum getah kurma mentah karena bisa saja terkontaminasi oleh kotoran kelelawar yang terinfeksi.

follow our twitter: @livestockreview

 sumber: ng| editor: soegiyono

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Kampus

Terapkan Prinsip Kesrawan pada Peternakan Sapi Potong

  • Livestock Review
  • May 15, 2018
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • news

Menuju Produksi Telur dengan Sistem Bebas Sangkar Berprinsip Kesejahteraan Hewan (Kesrawan)

  • Livestock Review
  • Jun 4, 2018
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima

  • Jan 12, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023

  • Jan 10, 2023

Trending

  • 1
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 2
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 3
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima
  • 5
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023
 

Instagram

livestockreview
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Jika pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah menginginkan keberhasilan pembangunannya tinggi di bidang peternakan, maka para penyusun program perencanaan pembangunan peternakan harus pula dilibatkan dan ditempatkan sebagai “pengawal program pembangunan” yang diberikan kekuasan khusus karena mereka bukan tenaga struktural, pada saat program tersebut dilaksanakan.
Lumpy skin disease (LSD) merupakan penyakit kulit pada sapi asal Afrika yang sangat sulit diberantas.
Waspada !!! Badai Penyakit Mulut dan Kuku (FMD) belum Selesai, LSD sudah Menyebar
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.