Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mencari Sebab Harga Daging “Tetap Tinggi” (Bag I)

  • Livestock Review
  • Jan 10, 2014
  • No comments
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Referensi. Jika melongok tahun 2009, impor daging dan sapi bakalan sedang mencapai puncaknya, yaitu sapi bakalan sekitar 765 ribuan ekor dan daging sapi sekitar 120 ribuan ton. Pada tahun tersebut pemerintah menyatakan bahwa program percepatan swasembada daging sapi dinyatakan gagal.

Namun saat itu, harga daging sapi relatif stabil dan terjangkau, akan tetapi karena salah satu tolok ukur swasembada daging sapi adalah rasio impornya harus mencapai sekira 5-10% dan waktu itu impornya mencapai sekira 53-an%. Maka pemerintah menyatakan bahwa program tersebut gagal dan diundurkan sampai dengan tahun 2014 dengan program yang disebut PSDSK (program swasembada daging sapi dan kerbau).

Dua tahun kemudian, yaitu pada tahun 2011 pemerintah melalui BPS melakukan sensus ternak sapi yang menghasilkan data bahwa populasi sapi dan kerbau mencapai 16,7 juta ekor (lebih tinggi dari blue print sebesar 14,2 juta ekor). Sedangkan impor sapi bakalan mengalami penurunan menjadi 521.000 ekor sementara daging impor mencapai 110.000 ton.

Atas dasar hal tersebut, pemerintah merasa bahwa swasembada daging sapi telah tercapai, pasalnya salah satu tolok ukurnya yaitu populasi ternak sapi diakhir tahun program (2014) adalah 14,2 juta ekor. Atas dasar inilah, kebijakan rasio impor yang semula sekira 53 % diturunkan ditahun 2012 menjadi 17,5 %.

Padahal infra struktur dan program pendukung swasembada lainnya tidak berubah. Akibatnya telah terjadi penurunan yang signifikan ketersediaan daging sapi dipasar, dampaknya harga daging sapi meningkat tajam dan tidak turun hingga kini. (BERSAMBUNG)

sumber: ppski (editor: sugiyono)

follow our official twitter: @livestockreview  |  follow our official instagram: livestockreview

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Kampus

Kembali ke Sapi Lokal (Bag I)

  • Livestock Review
  • Jan 9, 2014
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mencari Sebab Harga Daging “Tetap Tinggi” (Bag II)

  • Livestock Review
  • Jan 11, 2014
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia

  • Feb 27, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.