Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Memetakan Permasalahan Pasok Daging Sapi Indonesia

  • Livestock Review
  • Mar 7, 2013
  • One comment
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Bisnis. Konsumsi daging sapi di Indonesia masih sangat rendah. Berdasarkan catatan Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI), konsumsi daging sapi di Indonesia hanya 2 Kg/kapita/tahun. Banyak hal yang membuat konsumsi daging di Indonesia sangat rendah, salah satunya harga daging sapi yang semakin meningkat dari waktu ke waktu.

Harga daging sapi pada minggu ke tiga bulan Nopember 2012, tercatat bergerak naik di kisaran Rp.98.000-Rp.105.000 per kg, lebih tinggi dari kondisi normal semula pada akhir bulan Oktober 2012 antara Rp.65.000-Rp.75.000 per kg.

Harga daging sapi yang terus melonjak disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor pertama, yaitu tidak mencukupinya jumlah sapi potong Indonesia untuk memenuhi kebutuhan konsumsi penduduk Indonesia sehingga impor daging sapi tidak dapat dihindari. Impor daging sapi yang dilakukan pemerintah Indonesia sangat merugikan karena kebijakan terhadap impor dinilai tidak bijaksana.

Dalam fokus grup diskusi ISPI pada akhir Februari lalu, terungkap bahwa kebijakan impor saat ini dilakukan berdasarkan informasi global yang tidak memperhitungkan penyebaran sapi, ongkos transportasi, dan segmentasi pasar, tidak adanya mekanisme dan dasar pembagian kuota yang jelas sehingga berakibat pada terciptanya monopoli pasar yang tidak berkomitmen pada pembangunan industri sapi di Indonesia.

Hal ini mengakibatkan de-industrialisasi yang berakibat pada ditutupnya rumah potong hewan (RPH) serta menyusutnya industri feedlot, menguntungkan importir daging sapi dan eksportir daging di Australia, dan rawan terhadap penyimpangan pelaksanaan target swasembada apabila dilakukan tanpa kedisplinan dan konsistensi kebijakan pemerintah.

Faktor kedua adalah pemberdayaan peternak sapi potong tidak dilakukan dengan baik, hal ini diketahui dari banyaknya peternak sapi potong di Indonesia yang hanya memiliki ternak dalam jumlah sedikit dan hanya berorientasi pada harga pasaran bukan pada pembangunan peternakan yang berkelanjutan.

Orientasi pada harga pasar yang dimaksud adalah peternak hanya akan membeli sapi dengan harga tertentu lalu menjualnya jika harga di pasaran lebih tinggi walaupun belum dimiliki dalam waktu lama.

Faktor yang ketiga adalah perhitungan kebutuhan konsumsi daging sapi di Indonesia yang tidak menyeluruh. Maksud dari tidak menyeluruhnya perhitungan konsumsi di Indonesia, yaitu perhitungan kebutuhan konsumsi hanya dilakukan untuk penduduk Indonesia saja, dan tidak termasuk wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia.

Faktor keempat adalah perhitungan stok sapi potong di Indonesia yang tidak sama antara satu lembaga dengan lembaga yang lain serta stok sapi yang terhitung tidak memiliki kejelasan umurnya sehingga tidak diketahui sapi yang siap potong.

Seperti contoh, PSPK dan KPSI mengumumkan stok sapi yang berbeda, data sapi potong yang dikeluarkan PSPK sebanyak 14.83 juta sedangkan menurut KPSI stok sapi potong di Indonesia sebanyak 16.8 juta yang menunjukkan angka yang cukup untuk swasembada daging sapi.

Selain keempat faktor utama tersebut, faktor lainnya disebabkan oleh pola pikir masyarakat akan gizi yang masih rendah sehingga gizi untuk tubuh bukan menjadi prioritas utama.

follow our twitter: @livestockreview

penulis: sy1f4 | editor: soegiyono

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Apa & Bagaimana Problematika Pemenuhan Suplai Daging Sapi di Indonesia

  • Livestock Review
  • Mar 5, 2013
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Produk Olahan

Daging, Bahan Baku Utama Produk Pangan

  • Livestock Review
  • Mar 8, 2013
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima

  • Jan 12, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023

  • Jan 10, 2023

Trending

  • 1
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 2
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 3
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima
  • 5
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023
 

Instagram

livestockreview
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Jika pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah menginginkan keberhasilan pembangunannya tinggi di bidang peternakan, maka para penyusun program perencanaan pembangunan peternakan harus pula dilibatkan dan ditempatkan sebagai “pengawal program pembangunan” yang diberikan kekuasan khusus karena mereka bukan tenaga struktural, pada saat program tersebut dilaksanakan.
Lumpy skin disease (LSD) merupakan penyakit kulit pada sapi asal Afrika yang sangat sulit diberantas.
Waspada !!! Badai Penyakit Mulut dan Kuku (FMD) belum Selesai, LSD sudah Menyebar
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.