livestockreview.com, News. Kongres ke-5 Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) telah tuntas dilaksanakan melalui aplikasi daring pada Sabtu, 6 Pebruari 2021 lalu, dan menghasilkan kepemimpinan baru untuk periode 2021 -2024 kepada Dr. Osfar Sjofjan.
Dalam pernyataannya seusai ditetapkan sebagai ketua umum baru AINI, Osfar menegaskan akan segera membentuk kepengurusan AINI dan meminta dukungan kepada seluruh elemen terkait dalam menyukseskan program yang segera disusun pula. “Tantangan AINI ini tidak mudah kedepannya karena era digital sehingga butuh banyak finansial,” kata Dosen Fapet Universitas Brawijaya (UB) tersebut.
Ketua Umum AINI periode 2015-2021 Prof Nahrowi pada pembukaan Kongres ke-5 AINI tersebut menyatakan tantangan industri peternakan yang semakin kompleks, menjadikan AINI harus lebih adaptif dan justru menjadikannya peluang yang akan membawa peternakan nasional ke dalam sweet zone. Bukan hanya di dalam kandang, namun juga memiliki daya saing di mancanegara.
Lanjut Nahrowi, berkembangnya era digitalisasi membuat perubahan itu sangat cepat, sulit diprediksi dan masalah yang dihadapi semakin kompleks, juga banyak orang yang seringkali salah baca. Hal itu sudah sewajarnya pengurus AINI mampu memanfaatkan era digital dengan sabaik-baiknya.
“Agar perubahan yang cepat ini bisa diikuti yang sekiranya sudah senior agar tidak ketinggalan bukan hanya kaum muda. Mengingat perubahan teknologi ini sudah sangat cepat lajunya daripada perubahan bisnis industri peternakan itu sendiri,” katanya.
Akan ada jarak di antara keduanya, sehingga kondisi itu yang harus dijadikan peluang oleh AINI agar mampu mengoptimalkan inovasi yang baru. Apalagi sarana dan prasarana di peternakan masih kebanyakan impor mulai dari bibit, dan juga sebagian bahan baku pakan khususnya babi dan unggas.
AINI pun pada kepengurusan periode 2015-2021, memiliki peran membangun sistem dan sinergi antar pihak bidang nutrisi dan pakan lokal, melalui pengembangan organisasi dan kerjasama internasional. Tidak hanya perguruan tinggi dan lembaga riset, AINI telah melakukan sinergitas dengan industri dan pemerintah.
“Apalagi wakil saya di AINI saat ini menjabat menjadi Dirjen PKH (Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan, Dr. Nasrullah -RED). Kondisi itu yang harus kita syukuri agar ancaman tadi bisa berkurang dan mampu menikmati hasilnya,” papar Nahrowi.
Berikutnya peran AINI membangun pusat informasi aktual, melalui komunikasi, advokasi dan publikasi ilmiah yang saat ini AINI terdapat divisi kominikasi, advokasi, dan publikasi ilmiah. Barang tentu ini sebagai upaya untuk menjembatani pembangunan pusat informasi yang aktual.
Peran selanjutnya menciptakan daya saing dan profesionalisme, melalui pengembangan kompetensi dan sertifikasi profesi yang didalamnya terdapat divisi pengembangan kompetensi dan sertifikasi profesi.
Terakhir, kata Nahrowi menciptakan pusat rujukan nasional dan internasional, melalui penelitian dan diseminasi teknologi, sehingga perlu dibentuk divisi penelitian dan diseminasi teknologi.
Lalu untuk jaringan, harus selalu dikembangkan apalagi era digital ini mengingat AINI sudah dikenal di mancanegara. Bisa seperti itu, kata Nahrowi karena publikasi AINI itu sangat khas misalkan mengenai meta analisis. “Yang saya anggap junior di AINI justru ilmunya sudah seperti senior,” tandas Nahrowi.
Ia menambahkan, AINI juga telah mendapat sentilan dari Dirjen PKH karena riset AINI belum membumi dan masih belum bisa diterapkan. Dia berharap di kepengrusan berikutnya mampu membagi riset yang digunakan untuk pengembangan ilmu dan riset yang digunakan untuk terapan. Juga tak ketinggalan agar terus memperbaiki sistem informasi dan publikasi.
sumber: aini/trobos| editor: sugiyono