Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Bisnis
  • Featured
  • Fokus Utama

Impor bibit ayam Grand Parent Stock (GPS) tahun 2014 ini naik 11,5%

  • Livestock Review
  • Jan 29, 2014
  • No comments
  • 30 views
Total
1
Shares
1
0
0
0
0

Livestockreview.com, Bisnis. Impor bibit nenek atau grand parent stock (GPS) tahun 2014 ini diperkirakan akan mencapai 725.000 ekor. Angka tersebut meningkat 11,53% dibanding kebutuhan GPS tahun 2013 yang diperkirakan mencapai 650.000 ekor.

Proyeksi impor GPS tahun ini sebesar 725.000 ekor lantaran permintaan daging ayam diprediksi bakal terus meningkat pada tahun 2015. “Perkiraan saya, impor bibit indukan ayam tahun ini sekitar 700.000-725.000 ekor. Kalau sama seperti 2013 yang 650.000 ekor, bisa jadi suplai parent stock (PS) akan kurang lagi,” kata Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas Indonesia (GPPU) Chandra Gunawan.

GPS adalah jenis bibit ayam yang akan menghasilkan ayam indukan (parent stock). PS inilah yang nantinya bakal menghasilkan day old chicken (DOC) atau bibit ayam yang bakal menjadi ayam potong yang dikonsumsi atawa final stock (FS) yang akan dijual ke pasar.

Satu ekor GPS akan menghasilkan sekitar 35 ekor ayam indukan (PS). Satu ekor ayam indukan akan menghasilkan sekitar 135 ayam siap konsumsi (ayam FS) dalam satu kali masa bertelur. “Produksi parent stok tidak serta merta akan menghasilkan final stock,” jelas Chandra.

Chandra mencontohkan, impor GPS yang dilakukan di 2013 memang sudah mempengaruhi produksi ayam konsumsi (FS) tahun ini. Tapi, produksi tertinggi akan terjadi 2015 nanti. “Biasanya dampak dari impor GPS terhadap terhadap produksi final stock sekitar tiga tahun,” kata Chandra.

Selain GPS, tahun lalu Indonesia juga mengimpor ayam indukan (PS) sekitar 100.000 ekor. Untuk tahun ini, Chandra memperkirakan tidak ada impor ayam indukan baru. “Kemungkinan hanya beberapa breeding yang tahun lalu belum impor, memundurkan realisasi impornya ke tahun ini,” ungkap Chandra.

Menurut Chandra, tahun 2013 impor ayam indukan sekitar 350.000 hingga 500.000 ekor. Namun, realisasi impornya hanya sekitar 100.000 ekor. Sisanya, kemungkinan baru akan direalisasikan pada tahun ini. Tapi, kata Chandra, biasanya breeding akan mencari dari lokal terlebih dulu, karena impor PS lebih rumit.

Harga PS lokal juga jauh lebih murah. Harga PS impor bisa US$ 5 per ekor sementara PS lokal harganya dibawah US$ 3 per ekor. Tetapi tahun ini harga ayam indukan ini diperkirakan akan ikut terkerek akibat kenaikan harga pakan dan harga GPS yang naik setiap tahun. “Tahun lalu harga PS lokal sekitar Rp 28.000 per ekor, sekarang Rp 30.000 per ekor,” kata Chandra.

Pengusaha pembibitan unggas memperkirakan, produksi ayam indukan (PS) tahun ini akan mencukupi kebutuhan sehingga mereka tidak perlu impor. Cuma, ada beberapa faktor yang akan mempengaruhi produksi ayam indukan, yakni cuaca dan harga. Dengan cuaca seperti ini, stok PS yang semula cukup bisa berkurang karena terserang penyakit atau karena faktor lainnya.

Sementara itu, harga ayam indukan akan tergantung pada harga DOC dan ayam hidup atau live bird (LB). “Kalau harga LB jelek, harga DOC juga jelek terus-terusan, produsen akan menolak atau apkir ayam indukan (PS) lebih awal. Nah kalau ditolak diawal, permintaan PS akan bertambah, tapi tidak bisa segera dipenuhi dengan cepat karena GPS masih kurang.

Tahun ini pengusaha bibit unggas memperkirakan produksi DOC final stock mencapai 2,48 miliar ekor, setara dengan ayam hidup yang beredar di pasaran. Namun, dengan catatan tidak ada kendala penyakit dan kematian.

sumber: livescience | editor: sitoresmi fauzi

follow our official twitter: @livestockreview  |  follow our official instagram: livestockreview

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Yuk Simak Manajemen Penyimpanan Bahan Baku Pakan (Bag III)

  • Livestock Review
  • Jan 28, 2014
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Yuk Simak Manajemen Penyimpanan Bahan Baku Pakan (Bag IV-TAMAT)

  • Livestock Review
  • Jan 30, 2014
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia

  • Feb 27, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.