Livestockreview.com, Referensi. Silase merupakan suatu teknik pengawetan hijauan makanan ternak (HMT) yang telah diperkenalkan pemerintah sejak 35 tahun lalu. Prinsip teknologi pengawetan HMT ini adalah dengan mlakukan langkah fermentasi, sehingga lebih kaya nutrisi, lebih mudah dicerna ternak serta memiliki daya cerna yang lebih baik, dan bahkan bisa disimpan dalam waktu 3-6 bulan.Kalau teknologi ini bisa dimanfaatkan oleh semua peternak, pastilah mereka tak perlu kesulitan mencari HMT di musim kemarau. Teknologi ini telah diaplikasikan oleh para peternak di Eropa, yang kondisi iklimnya lebih ekstrem daripada Indonesia karena mereka memiliki 4 musim. Mereka terbukti tak pernah terganggu dalam penyediaan HMT karena sudah terbiasa mengaplikasikan teknik silase.
Adopsi teknologi sederhana ini masih sangat kurang di tingkat peternak. Hal ini diperkirakan karena level pendidikan yang relatif rendah menyebabkan pola pikir peternak kurang panjang dalam perancangan masa depan ternaknya.
Tidak hanya rumput gajah, sebenarnya peternak juga dapat menggunakan daun jagung sebagai bahan silase. Daun jagung, yang selama ini diberikan dalam bentuk segar (terutama kepada kambing), relatif tersedia sepanjang tahun.
Cara pembuatan silase
Untuk membuat silase, pilihlah daun jagung dari tanaman berumur 90 -100 hari. Daun jagung dicacah-cacah dengan panjang 10 – 50 mm. Pencacahan ini mempunyai dua tujuan, yakni dapat mengurangi kadar air sehingga lebih mudah dipadatkan yang berguna untuk mengeluarkan oksigen. Tujuan berikutnya adalah untuk menyeragamkan ukuran bahan agar kondisi hijauan lebih padat dan kedap udara.
Pembuatan silase dilakukan di dalam silo yang dapat terbuat dari kantung plastik untuk bagian dalam dan karung plastik untuk bagian luar. Hal ini untuk menciptakan suasana anaerob dalam pembuatan silase yang paling sederhana. Jika memiliki modal lebih banyak, seorang peternak dapat membuat silo yang lebih baik. Bisa terbuat dari drum, maupun silo tanah.
Proses fermentasi memerlukan starter untuk merangsang perkembangan bakteri asam laktat. Starter bisa berupa tetes tebu (molase) atau gula pasir, yang sangat diperlukan apabila bahan dasarnya kurang mengandung karbohidrat. Dapat pula dibantu dengan bahan kimia (asam formiat), apabila kandungan air dari bahan cukup tinggi.
Semua bahan yang diperlukan dicampur secara merata. Setelah rata betul, campuran ini dimasukkan ke karung plastik yang dilapisi kantong plastik, sedikit demi sedikit, sehingga padat.
Tekanlah agar udara di dalam plastik keluar, dan tak memungkinkan udara dari luas masuk. Setelah dipastikan tidak ada celah untuk udara keluar-masuk, kantung plastik diikat secara rapat. Jika tidak padat dan rapat, bisa merusak kualitas silase yang dihasilkan.
Ikatan harus rapi dan kuat
Agar terjadi suasana anaerob, ikatan pada plastik harus kuat, baik saat mengikat kantung plastik maupun karung plastik. Jangan sampai ada gelembung udara di dalam kantung plastik atau silo tadi. Hal ini bertujuan agar kondisi di dalam silo yang kita inginkan tadi, yakni dalam keadaan anaerob alias tanpa udara.
Dalam kondisi tertutup rapat, bahan disimpan dan bisa ditumpuk, dengan waktu penyimpanan dan proses fermentasi terjadi selama 3 minggu (21 hari).
Setelah melewati umur penyimpanan ini, silase dapat tahan disimpan selama 3-6 bulan asalkan jangan dibuka-tutup. Setelah disimpan 3 minggu, bahan dapat dibuka untuk diberikan kepada ternak. Kualitas silase dapat diketahui dari keadaan fisiknya, yaitu harum dan tidak basah.
Manakala akan diberikan kepada ternak, sebaiknya diangin-anginkan dulu selama satu jam. Namun jika tak segera diberikan, jangan dibuka dulu agar silase tetap tahan lama.
Saat diberikan kepada ternak, kantung plastik jangan sering dibuka-tutup -yang bisa menyebabkan kerusakan kualitas silase. Sebagai patokan, dalam sehari hanya boleh dibuka sekali -untuk konsumsi pagi dan sore sekaligus.
Ternak yang belum terbiasa makan silase diberikan sedikit demi sedikit, dicampur dengan HMT yang biasa dimakan. Tapi jika sudah terbiasa, dapat diberikan seluruhnya sesuai dengan kebutuhan. Dengan cara begini, peternak pun tak perlu lagi menjumpai krisis HMT, karena bisa ‘menabung’ pakan di musim hujan untuk ‘bekal’ pakan di musim kemarau. sm/am/ind