Livestockreview.com, Berita. Konsumsi produk daging asal unggas masyarakat Indonesia saat ini memang masih terbilang kecil dibanding-negara-negara lain, yakni baru mencapai 7 kg/kapita/tahun. Bandingkan dengan Malaysia dan Thailand yang konsumsinya telah menginjak angka 38 kg dan 14 kg/kapita/tahun.
Namun dengan jumlah penduduk yang terbesar di Asia Tenggara, yakni berjumlah tidak kurang dari 200 juta jiwa, maka peningkatan sedikit saja konsumsi protein hewani asal unggas, maka akan memberi efek berantai yang positif bagi bisnis perunggasan di Tanah Air.
Ketua Umum Gabungan Perusahaan Makanan Ternak (GPMT) Sudirman mencontohkan, jika konsumsi protein hewani asal unggas naik dua kali dari yang sekarang misalnya, maka otomatis akan meningkatkan konsumsi pakan ternak yang saat ini berjumlah 10 juta ton per tahun, menjadi 20 juta ton per tahun.
“Demikian juga kebutuhan jagung yang selalu harus ada dalam komponen pakan ternak -yang saat ini kebutuhannya mencapai 5 juta ton per tahun, maka kebutuhannya bisa meningkat mencapai 10 juta ton jagung per tahun,” katanya di sela-sela kegiatan dalam rangka menyongsong Festival Ayam dan Telur di Jakarta pada 15 Oktober mendatang.
Hal itu berarti kebutuhan jagung domestik akan tinggi, yang berarti pula menjadi kesempatan besar bagi para petani jagung untuk memenuhi tingginya kebutuhan jagung untuk pabrik pakan ternak ini. Efek lain adalah tersedianya lapangan kerja di semua sektor industri perunggasan, yang saat ini mampu menghidupi 2,5 juta jiwa yang terlibat dalam bisnis ini.
Untuk itulah kalangan komunitas perunggasan Indonesia berinisiatif melakukan kampanye pentingnya konsumsi daging ayam dan telur yang akan dilaksanakan padda 15 Oktober mendatang di Parkir Timur Senayan Jakarta.
Langkah kecil ini diharapkan bisa menjadi pemicu kesadaran masyarakat akan pentingya konsumsi protein hewani, terutama dari ayam dan telur yang terbukti berharga murah, namun memiliki kandungan protein tinggi.
penulis: and4ng | editor: soegiyono
follow our twitter: @livestockreview