Livestockreview.com, Bisnis. Menghadapi fakta adanya susu formula yang terkontaminasi bakteri e. sakazakii, konsumen harus cerdik dalam memilih dan menggunakannya untuk bayinya. Pedoman dasarnya, susu yang baik harus tak menimbulkan gangguan saluran cerna, seperti diare, muntah, atau kesulitan buang air besar.
Susu yang cocok tidak akan menimbulkan gangguan lain, seperti batuk, sesak, dan gangguan kulit. Penerimaan tubuh setiap anak terhadap susu sangat berbeda. Anak tertentu, misalnya, bisa menerima susu A, tapi anak lain bila minum susu A akan menderita diare, muntah, atau malah sulit buang air besar.

Gangguan akibat ketidakcocokan susu formula bisa saja berakibat fatal. Karena itu, dokter Saptawati Bardosono, Sekretaris Jenderal Persatuan Dokter Gizi Medik Indonesia, menyarankan pembelian susu formula disamakan dengan obat-obatan: harus dengan resep atau rekomendasi dokter. Apalagi, di Indonesia, publik belum terlalu sadar akan bahaya yang menanti di kemudian hari bila si jabang bayi dibiarkan mengkonsumsi susu formula secara tak bijak.
Air susu ibu (ASI) jelas merupakan makanan terbaik untuk bayi. Susu formula dalam kondisi sebaik apa pun, menurut dokter spesialis anak Asti Praborini, tidak memiliki zat kekebalan sebaik ASI. Zat seperti ini tidak bisa ditambahkan ke dalam susu kemasan. Susu yang berasal dari sapi memang memiliki kelebihan natrium dibanding ASI. Tapi, ketika susu masuk ke tubuh dan menjadi garam, bayi akan rentan terhadap risiko hipertensi, stroke, obesitas, dan penyakit kardiovaskuler.
sumber: tempo | editor: soegiyono