Livestockreview.com, News. Dosen Fakultas Peternakan UGM Dr. Muhsin Al Anas melaksanakan kegiatan pemberdayaan melalui Program Pengabdian Kepada Masyarakat Berbasis Pendidikan bagi Pembangunan Berkelanjutan, Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat UGM. Program ini dilaksanakan di Dusun Sembungan, Desa Gondangsari, Kecamatan Pakis, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.
Dimulai Sejak Juni 2021 lalu dengan sasaran Kelompok Tani Adem Ayem yang beranggotakan 21 orang petani, pemberdayaan kelompok tani juga melibatkan Dr. Aji Praba Baskara (Fakultas peternakan UGM), Ahmad Baidlowi (Sekolah Vokasi UGM), dan Taufan Alam (Fakultas Pertanian UGM). Kolaborasi dari berbagai disiplin ilmu diharapkan dapat meningkatkan efektifitas program. Selain itu, program itu juga melibatkan mahasiswa sebagai media mengembangkan kreativitas dan keterampilan complex problem solving.
“Sampah-sampah kubis (rampah) disini sama sekali belum dimanfaatkan dan diolah, hanya disingkirkan di pinggir-pinggir jalan saja. Padahal jumlahnya banyak, bisa sampai 50% dari hasil panen. Dari kami berharap ada cara pengelolaan yang lebih efektif supaya tidak mencemari lingkungan karena rampah ini lama membusuknya dan bau,” jelas Sunardi selaku wakil ketua Kelompok Tani Adem Ayem, Minggu (25/9).
Adanya potensi rampah yang belum termanfaatkan tersebut yang melatarbelakangi urgensitas pengelolaan rampah yang lebih efektif melalui pengenalan budidaya maggot kepada Kelompok Tani Adem Ayem. Program ini dijalankan dengan tahapan adopsi yaitu kesadaran (awareness)-ketertarikan (interest)-penilaian (evaluation)¬mencoba (trial)-adopsi (adoption).
Kelompok Tani Adem Ayem diberikan sosialisasi seputar budidaya maggot dari pengertian, siklus hidup, proses pemeliharaan sampai pengelolaan produk. Sosialisasi tersebut dibarengi juga dengan praktik langsung mengenai budidaya maggot. Rampah sebelum diberikan ke maggot diangin-anginkan terlebih dahulu supaya media tumbuhnya tidak terlalu basah ketika dipanen, kemudian dicacah. Selama tahap pembesaran dilakukan pemberian pakan sebanyak 6 kali. Setiap penambahan pakan dilakukan pembolakbalikan media untuk cek kondisi maggot. Setelah memasuki waktu panen, maggot dipanen dan diolah menjadi maggot kering yang siap dipasarkan.
Evaluasi dan pemantauan dilaksanakan baik secara daring maupun luringe. Pemantauan daring dilaksanakan setiap hari dengan melalui grup, sedangkan pemantauan luring dilaksanakan dengan pemantauan langsung ke lokasi setiap seminggu sekali. Evaluasi yang dilakukan menggunakan metode on going evaluation agar dapat dievaluasi secepatnya apabila ada hal-hal yang tidak sesuai rencana. Hasil panen maggot yang diperoleh sudah berjalan baik yaitu hari ke-18 sudah dapat dipanen.
“Pemanfaatan maggot ini sebagai biokonversi limbah sayuran kubis (rampah) yang hasil utamanya berupa produk maggot (dry maggot) bisa untuk dijual atau dijadikan pakan ternak, dan hasil sampingannya yaitu berupa bioproduk pupuk organik dari sisa media tumbuh maggot yang bisa dijual juga atau dimanfaatkan oleh petani sayur setempat sehingga mendorong transformasi dari penggunaan pestisida menjadi pupuk organik,” sambung Muhsin Al Anas selaku ketua pelaksana program.
Melalui program ini, mampu berkontribusi dalam menciptakan dampak kolaboratif terhadap keseimbangan sektor ekonomi, sosial dan ketahanan ekologi. Pengelolaan rampah dengan maggot ini lebih ramah lingkungan (zero waste), mudah dilakukan, cepat dan tidak membawa penyakit.
“Besar harapan kami program ini dapat berjalan secara berkelanjutan dan dapat diadopsi dengan baik. Terima kasih kami ucapkan kepada tim karena sudah diberikan kesempatan untuk dibukakan akses terhadap ilmu-ilmu baru yang menarik dan bermanfaat serta dibarengi dengan praktik dalam menciptakan pertanian yang lebih terintegrasi dan cinta lingkungan. Program ini bisa menjadi salah satu alternatif dalam menanggulangi rampah yang mana apabila tidak diolah dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman disekitarnya seperti cabai”, ucap Sunardi.
Ke depannya masih banyak pengembangan potensial yang bisa diterapkan dilokasi dengan memperluas cakupan produksi maggot dilihat berdasarkan adanya potensi sampah organik yang tersedia secara keberlanjutan. Rencana program pengembangan berikutnya adalah intergrasi peternakan bebek petelur yang diberi pakan maggot serta pengembangan pupuk kompos dari media sisa budidaya maggot untuk pupuk sayuran.