Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Tokoh

Purwanto, Sang Profesor Ternak Lebah dari Yogyakarta, Temukan Madu Terbaik di Asia

  • Livestock Review
  • Dec 5, 2019
  • No comments
  • 1 view
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Profil. Asrinya hutan Wanagama di Desa Banaran, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, menyimpan potensi madu yang cukup besar. Penggagas budidaya madu adalah Purwanto (65), warga Dusun Banaran I, Desa Banaran, ini sudah puluhan tahun menggeluti madu dan dijuluki “Profesor Lebah”.

Purwanto menceritakan, sebagai petani kecil, ia bersama warga lainnya bertani tadah hujan khas warga Gunungkidul, seperti palawija saat musim kemarau dan padi saat musim hujan. Tahun 1980-an, dirinya memelihara lebah madu untuk menambah penghasilan keluarga.

Beruang Madu Rajin Serang Ternak Kambing dan Lebah, Warga Ketakutan Pada medio 1983, Purwanto melihat lebah mengelilingi pohon akasia jenis mangium dan eukaliptus. Ia pun penasaran melihat banyaknya lebah yang berada di sekitar pohon setinggi 10-15 meter itu. Beberapa waktu kemudian, dirinya melihat daun akasia yang masih basah terkena embun, dan menjilatnya, ternyata di sana muncul rasa manis.

“Lain hari mengecek. Sebenarnya makan apa tho lebah ini,” kata Purwanto kepada wartawan. Setelah dipelajari, ternyata lebah mengambil sari makanan dari nektar atau cairan manis yang muncul dari bunga atau daun. “Saya lalu mengecek, keluarnya nektar ini dari mana. Daun muda diambil dari ujung daun dan kelopaknya,” ujarnya. Rasa penasaran inilah yang membuat ia lantas menanyakan ke pengelola hutan Wanagama. Wanagama merupakan hutan penelitian milik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Hal itu mudah karena dirinya juga diangkat sebagai karyawan bagian pengukur tanaman hutan Wanagama.

Selain itu, warga di sekitar bisa memanfaatkan lahan di sekitar hutan untuk berkebun. Ia meminta izin untuk memelihara lebah di sekitar hutan. Sebab, tumbuhan akasia waktu itu belum diketahui menjadi makanan lebah. Setelah mendapatkan izin, dirinya pun mulai membuat sangkar lebah madu di sekitar hutan yang dekat dengan sumber makanan. Lama-kelamaan penanaman pohon akasia mangium dan eukaliptus diperbanyak. Dua jenis pohon itu sudah ada di hampir seluruh kawasan hutan Wanagama, yakni petak 19, 18, 17, 16, dan 5.

Purwanto memiliki 300 kotak rumah lebah di kawasan hutan Wanagama. Warga Desa Banaran juga ikut memelihara lebah. Ia memperkirakan lebih dari 3.000 kotak rumah lebah yang dipelihara di hutan Wanagama. Ia menceritakan, temuan pohon akasia jenis mangium dan eukalipsus, sumber makanan lebah kemudian direspons serius oleh UGM, dan ketika itu menyebarkan informasi ke berbagai negara di Asia hingga Eropa. Bahkan, negara China waktu itu menganggap madu yang dihasilkan dari hutan Wanagama merupakan yang terbaik di Asia.

Kisah Peternak Lebah Hasilkan Madu Berkualitas Memanfaatkan Kangkung Atas kegigihan itu, dirinya dijuluki “profesor” meski hanya lulusan SD. Seiring perkembangan madu, dirinya pun keluar dari pengurusan hutan Wanagama, tetapi tetap diminta membantu pengelola hutan Wanagama setiap saat ada yang ingin belajar pengelolaan lebah. Saat ini perkembangan madu sudah menunjukkan tren positif. Saat panen pada bulan Juni, Juli, Agustus, September, dan Oktober, ia dan warga tak perlu takut menjual karena pembeli dari berbagai kota sudah siap menampung. Saat panen, setiap kotak bisa menghasilkan 3-5 kilogram madu dalam sebulan. Per kilogramnya dijual seharga Rp 600.000.

” Madu di hutan Wanagama tak perlu ditawar. Dari orang mana-mana itu yang beli. Mereka sudah tahu kualitas, rasa, dan keasliannya,” ucapnya. Penghasilan yang menggiurkan ini bisa meningkatkan perekonomian warga dan mengurangi potensi keinginan warga menebang pohon di hutan. “Istilahnya untuk menanggulangi kerusakan hutan juga,” ucapnya.

follow our ig: @livestockreview

sumber: k0mpas  | editor: apriliawati

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Tokoh

Mangku Sitepoe, Dokter (Hewan) Bertarif Sepuluh Ribu Rupiah

  • Livestock Review
  • Aug 21, 2019
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Tokoh

Membangun Lumbung Sapi Sejak dari Nol

  • Livestock Review
  • Sep 11, 2020
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Tokoh

Membangun Lumbung Sapi Sejak dari Nol

  • Sep 11, 2020
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Tokoh

Mangku Sitepoe, Dokter (Hewan) Bertarif Sepuluh Ribu Rupiah

  • Aug 21, 2019
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Tokoh

Singgih Januratmoko: Sang Peternak Rakyat yang Menjadi Wakil Rakyat di DPR RI Periode 2019-2024

  • May 16, 2019
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Tokoh

Neneng Siti Rahmah: Banting Stir dari Agen Iklan, ke Juragan Susu

  • Jun 2, 2013
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Tokoh

Bangkit dari Keterpurukan Bersama Ayam Lepaas III

  • May 19, 2013

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.