Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Referensi

Program Swasembada Daging 2014 VS Impor Sapi Potong

  • Livestock Review
  • Aug 7, 2013
  • No comments
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Referensi. Kebijakan instan yang kontroversial dari Kementerian Perdagangan yang dipimpin Menteri Gita Wirjawan, yakni impor sapi siap potong bisa menghancurkan ‘Program Swasembada Daging’ yang tengah dibangun dengan proyeksi jangka panjang.

Mereka yang membeli sapi bakalan dengan harga pasar, lalu digemukkan untuk pasokan saat Ramadan dan Lebaran, akhirnya gigit jari karena harga jualnya jatuh. Jerih payah mereka memelihara sapi selama 3-6 bulan akhirnya sirna karena keuntungan yang sudah di depan mata terhapus oleh serbuan sapi potong impor dengan dalih menstabilkan harga daging sapi.

Tidak kurang 25.000 ekor sapi siap potong dari Australia  didatangkan ke Indonesia. Akhir Juli lalu telah tiba 1.478 ekor sapi, dan pada awal Agustus masuk lagi 4.801 ekor. Sapi itu langsung masuk RPH sehingga sapi peternak lokal tidak berdaya dan memilih untuk menunda menjual. Kalau dipaksakan kerugian sudah di depan mata karena harga jual sapi siap potong menurun antara Rp1,5 juta dan Rp2,5 juta. “Sampai hari H (Lebaran) datang 10.000 ekor, sisanya 15.000 didatangkan sampai akhir bulan,” ujar Menteri Perdagangan Gita Wirjawan, beberapa waktu lalu.

Dia mengklaim dengan kebijakan ini sudah terlihat penurunan harga jual daging di sebagian pasar Jabodetabek, sebab, harga sapi hidup telah turun di kisaran Rp30 ribu per kilogram bobot hidup atau lebih murah dibanding bulan lalu yang berkisar Rp37.000-38.000 per kilogram.

Sasaran jangka pendek memang telah tercapai, tetapi Pemerintah melupakan sasaran jangka panjang yaitu mensukseskan swasembada sapi yang ditarget terealisasi 2014. Satu tahun lagi target diperkirakan tercapai tetapi bisa menjadi buyar jika semangat menjadi peternak juga hilang.

Ratusan peternak serentak melakukan aksi demo di sejumlah kota, bahkan mereka juga melakukan aksi “Tidak Ada Transaksi” di sejumlah pasar hewan di Jawa Tengah dan Jawa Timur, yang menjadi pemasok sapi potong untuk Jabodetabek.

Ketua Umum Forum Peternak Sapi Nasyir Al Mahdi menilai Keputusan Menteri Perdagangan Nomor 699/2013 tentang Stabilisasi Harga Daging Sapi dengan impor sapi potong menghadang Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau (PSDSK) yang ditarget tercapai tahun 2014.

“Kebijakan itu hanya semata-mata didasari pada tingginya harga daging sapi di tingkat konsumen tanpa ada pertimbangan perlindungan stabilisasi harga bagi peternak lokal yang selama ini berjuang mengamankan ‘Program Swasembada Daging’,” tuturnya. Kalau sudah begini, kita sudah bisa menilai, kepentingan siapa yang sedang dibela Menteri Perdagangan saat ini: tidak lain adalah peternak dari Australia yang sedang dibela. Dia tidak ingin peternak dalam negeri sejahtera. Bagaimana pendapat teman-teman tentang hal ini?

sumber: ant4ra | editor: diana mandagi

follow our twitter: @livestockreview

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • news

Waspada: Jelang Idul Fitri Daging Ayam Tak Halal Marak Dijual di Supermarket

  • Livestock Review
  • Aug 6, 2013
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Peternak Indonesia belum Berpikiran Bisnis

  • Livestock Review
  • Aug 8, 2013
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima

  • Jan 12, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023

  • Jan 10, 2023

Trending

  • 1
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 2
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 3
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima
  • 5
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023
 

Instagram

livestockreview
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Jika pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah menginginkan keberhasilan pembangunannya tinggi di bidang peternakan, maka para penyusun program perencanaan pembangunan peternakan harus pula dilibatkan dan ditempatkan sebagai “pengawal program pembangunan” yang diberikan kekuasan khusus karena mereka bukan tenaga struktural, pada saat program tersebut dilaksanakan.
Lumpy skin disease (LSD) merupakan penyakit kulit pada sapi asal Afrika yang sangat sulit diberantas.
Waspada !!! Badai Penyakit Mulut dan Kuku (FMD) belum Selesai, LSD sudah Menyebar
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.