Livestockreview.com, Bisnis. Pada saat jelang lebaran beberapa waktu lalu, harga daging sapi tidak mau turun, yang memicu kepanikan pemerintah untuk menekan harga daging sapi dengan berbagai upaya: dari mulai mengimpor daging sapi melalui pesawat udara hingga mengimpor langsung sapi siap potong. Keputusan tersebut dilakukan dengan dalih, kenaikan harga sapi dianggap membebani masyarakat.
Langkah mengimpor sapi siap potong baru pertama kali dilakukan. Sebelumnya impor sapi tidak boleh berupa sapi siap potong. Importir harus menggemukkan sapi sebelum dijual ke pasar.
Padahal, penggemukan bisa memberi nilai tambah kepada peternak dalam negeri. Cara ini juga dilakukan agar tidak mendisinsentif peternak dalam negeri karena penjualan langsung akan menghadapkan antara peternak dalam negeri dan peternak luar negeri.
Dalam hal impor daging sapi dan sapi siap potong, meski bisa memukul peternak lokal, tetapi Kementerian Perdagangan ngotot langkah tersebut tetap dilakukan hingga Desember mendatang. Alasan pemerintah adalah untuk mengendalikan harga daging sapi.
Langkah tersebut sangatlah riskan. Selain merugikan peternak dalam negeri, upaya itu bukanlah cek kosong bagi pemerintah untuk bebas membiarkan impor sapi dan juga membiarkan sapi yang telah diimpor tanpa diawasi pemotongannya. Bila pembiaran itu dilakukan maka maksud dari pembebasan impor sapi siap potong, yaitu agar harga daging sapi turun, tidak akan tercapai -seperti yang terjadi saat lebaran kemaren.
Dalam hal ini, pemerintah harus memastikan jumlah sapi yang sudah diimpor dan juga memastikan keberadaan sapi tersebut. Untuk meyakinkan masyarakat, pemerintah juga harus menginformasikan jadwal pemotongan agar bisa menekan pedagang yang bermain di pasar.
Langkah yang praktis ini perlu dilakukan setidaknya untuk meyakinkan masyarakat agar impor sapi siap potong ini bebas dari upaya untuk memburu rente semata.
Kekhawatiran masyarakat itu bukanlah sesuatu yang aneh, tetapi sangat wajar. Persoalan transparansi menjadi serius ketika isu perburuan rente masih banyak terjadi dalam perdagangan, terutama perdagangan yang mudah dan cepat memberi keuntungan.
Impor produk pertanian baik berupa beras, gula, jagung, dan juga sapi, termasuk di dalam perdagangan yang mudah dan cepat memberi keuntungan. Apalagi pada saat harga terus bergejolak.
Setidaknya dari beberapa kasus yang didapat Kompas, perburuan rente banyak terjadi di beberapa impor komoditas itu. Tidak jarang perburuan rente ini melibatkan para mafia impor yang ada di pemerintah sendiri, pengusaha hitam, dan partai politik. Terlebih saat jelang 2014, persiapan pemilihan umum bisa menjadikan sejumlah makelar politik mengganggu urusan impor yang sebenarnya tidak ruwet.
Kondisi inilah yang menjadikan kecurigaan terhadap perilaku Kementerian Perdagangan dalam melakukan aktifitas impor daging dan sapi siap potong. Langkah memastikan impor sapi tetap profesional harus dilakukan. Dengan cara transparan, tidak sembunyi-sembunyi.
sumber: k0mp4s | editor: soeparno
follow our twitter: @livestockreview