Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Menggagas Moda Transportasi Ternak

  • Livestock Review
  • Jun 6, 2013
  • One comment
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Bisnis. Moda transportasi merupakan istilah yang digunakan untuk menyatakan alat angkut yang digunakan untuk berpindah tempat dari satu tempat ke tempat lain. Istilah Moda transportasi ini juga dipakai untuk transportasi hewan/ternak. Catatan pertama transportasi hewan ternak melalui laut terjadi pada tahun 1607, di Inggris untuk mengangkut hewan ternak dan daging ke Plymouth dan Philadelphia.

Hal itu mengemuka dalam Seminar Moda Transportasi Ternak yang diselenggarakan oleh Pengurus Besar Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (PB ISPI) dan Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PB PDHI) di Nusa Dua Convention Center, Bali pada 6 Juni lalu.

Dalam acara itu, hadir sebagai pembicara kunci adalah Dirjen Peternakan Syukur Iwantoro. Ia mengatakan, transportasi ternak dengan menggunakan alat angkut darat tercatat dimulai pada tahun 1800 an, pada saat Texas mengawali ekspor hewan ternaknya dengan memanfaatkan kereta rel jalur Kansas Pacific Railway menuju Chicago. Sapi-sapi tersebut dikirimkan kepada pemelihara, industri pemrosesan dan pengepakan daging dengan menggunakan gerbong yang didesain secara khusus untuk mempertahankan atau meningkatkan berat sapi selama perjalanan dan mengurangi risiko kematian sapi.

Pengiriman ternak menggunakan truk baru dimulai pada pertengahan abad ke 20 dengan menggunakan trailer berpendingin untuk memudahkan. Pengiriman melalui jalur non-rel hanya dilakukan untuk keperluan khusus, misalnya untuk digemukkan di tempat lain, pelelangan/perdagangan, atau yang lainnya.

Pengiriman hewan ternak melalui rel, perlahan menghilang hingga akhirnya benar-benar berhenti di tahun 1889 dan transportasi berpendingin lebih banyak digunakan oleh industri daging dalam melakukan pengiriman jarak jauh. Hal ini menjadikan pengiriman hewan hidup menjadi tidak lagi ekonomis dibandingkan pengiriman daging.

Diakui transportasi hewan ternak juga merupakan hal yang cukup beresiko bagi hewan ternak dan industri hewan ternak karena mengakibatkan loss dari produksi total. Resiko tersebut diantaranya berupa stres, hilangnya pengendalian diri dari hewan ternak, sesak napas, dehidrasi, keracunan, kelelahan, luka akibat kondisi transportasi yang kurang baik atau perkelahian antar sesama hewan ternak, hingga gagal jantung.

Namun untuk kondisi Indonesia saat ini tidak dapat dipungkiri kita masih perlu untuk mentransportasikan ternak dalam upaya distribusi dan pemasaran ternak sapi dalam mendukung penyediaan sapi bakalan dan daging bagi daerah konsumen.

Akan tetapi tentu saja dengan tetap memperhatikan aspek kesejahteraan hewan dalam tahap-tahap transportasi ternak mulai dari penyediaan sarana dan fasilitas, sumber daya manusia yang terlatih dalam menangani ternak serta regulasi untuk mendukung penerapan aspek kesejahteraan hewan.

follow our twitter: @livestockreview

penulis: and4ng  | editor:suparno

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Produk Olahan

Yuuk Mengenal Jenis-jenis Olahan Susu…

  • Livestock Review
  • Jun 6, 2013
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Sudahkah Anda Minum Susu Hari Ini?

  • Livestock Review
  • Jun 7, 2013
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima

  • Jan 12, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023

  • Jan 10, 2023

Trending

  • 1
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 2
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 3
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima
  • 5
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023
 

Instagram

livestockreview
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Jika pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah menginginkan keberhasilan pembangunannya tinggi di bidang peternakan, maka para penyusun program perencanaan pembangunan peternakan harus pula dilibatkan dan ditempatkan sebagai “pengawal program pembangunan” yang diberikan kekuasan khusus karena mereka bukan tenaga struktural, pada saat program tersebut dilaksanakan.
Lumpy skin disease (LSD) merupakan penyakit kulit pada sapi asal Afrika yang sangat sulit diberantas.
Waspada !!! Badai Penyakit Mulut dan Kuku (FMD) belum Selesai, LSD sudah Menyebar
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.