Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mengapa Daging Impor Seringkali Berharga Lebih Murah?

  • Livestock Review
  • Jul 30, 2013
  • No comments
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Referensi. Lonjakan harga daging sapi dan pangan lain di bulan Ramadan tak hanya mengganggu ekonomi, tapi juga politik. Jika sekarang menteri perdagangan dan menteri pertanian dihujat, itu belum seberapa. Banyak pemimpin negara yang tumbang karena tak bisa mengendalikan harga-harga.

Lonjakan harga yang terus terjadi memetakan bahwa suplai barang tak sesuai kebutuhan. Jika kebutuhan meningkat sementara produksi tetap atau bahkan turun, harga bakal terus terkerek. Tak peduli berapa sidang kabinet digelar dan berapa banyak menteri dicopot, harga tak mereda jika pasokan tak ditambah.

Itulah yang menyebabkan gonjang-ganjing daging sapi di negeri agraris ini. Awal 2012, daging sapi hanya Rp 65.000 per kg dan naik jadi Rp 80.000 menjelang Lebaran pada Agustus. Perayaan Idul Fitri usai, namun harga justru melejit jadi Rp 90.000-95.000 per kg akhir 2012. Padahal, harga daging sapi di negara lain hanya separuhnya, seperti di Australia, Singapura, Thailand, dan Malaysia yang berkisar Rp 40.000-50.000 per kg.

Meningkatnya ekonomi masyarakat Indonesia membuat konsumsi daging yang semula 2,3 kg per kapita per tahun bergerak naik, mengejar negara lain yang sudah 20 kg. Namun, peternakan sapi di sini tak banyak berkembang, bahkan ditengarai turun. Produksi daging masih mengandalkan peternak yang hanya memelihara dua atau tiga ekor sapi secara tradisional. Alhasil, produksi dan produktivitas tak jua beranjak.

Sementara itu, negara tetangga, Australia dan Selandia Baru, misalnya, mengembangkan industri peternakan yang sangat modern dan efisien, di setiap mata rantai. Itulah yang menjelaskan mengapa biaya produksi daging di sana jauh lebih murah dan kualitasnya terjamin, sehingga puluhan tahun menguasai pasar di negeri ini. Apakah kita cuma tinggal diam menghadapi masalah ini? Saatnya bergerak!

sumber: ant4ra | editor: diana mandagi

follow our twitter: @livestockreview

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • news

Pembibitan Sapi Domestik, Kunci Swasembada Daging

  • Livestock Review
  • Jul 29, 2013
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mencari Sebab Gatal-gatal Setiap Makan Telur

  • Livestock Review
  • Jul 31, 2013
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia

  • Feb 27, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.