Livestockreview.com, Bisnis. Fluktuatif harga serta serangan berbagai virus dan penyakit membuat masyarakat semakin enggan untuk mengkonsumsi daging ayam dan telur karena meragukan keamanan produk unggas. Salah satu solusi yang dapat dilakukan untuk mengatasi fluktuasi harga dan ancaman berbagai penyakit adalah dengan menggunakan rantai dingin untuk rantai pasok daging ayam dan telur.“Rantai dingin sebenarnya hanya pengaturan suhu dan penanganan produk yang benar,” ujar Direktur Eksekutif Arpi Hasanudin Yasni dalam Seminar Sistem rantai Pendingin yang digelar oleh Ikatan Sarjana Peternakan Indonesia (ISPI) di Jakarta pada 3 Oktober lalu. Sistem rantai dingin harus dilakukan secara berkelanjutan pada semua rantai pasok tanpa terputus. Mulai dari peternak, pemasok, distributor, retail, hingga diolah oleh konsumen Terputusnya rantai dingin pada rantai pasok unggas akan mengakibatkan gagalnya tujuan penerapan rantai dingin. Rantai dingin dapat memperpanjang umur simpan, mempersegar penampakan produk, dan mengurangi prosentase kebusukan pada daging ayam.
“Produk daging beku lebih higienis dan aman untuk dikonsumsi”, ujar Hasanudian. Tetapi apakah pemangku kepentingan di bidang perunggasan sudah siap untuk menerapkan rantai dingin pada rantai pasok produk perunggasan?” ujar Pimpinan Sierad Produce Jonathan Tek.
“Siap tidak siap Indonesia harus menggunakan rantai dingin untuk meningkatkan daya saing produk lokal,” ujar Jonathan. Serangan pasar global seperti Malaysia dan vietnam akan memaksa Indonesia untuk menggunakan rantai dingin agar pasar lokal tidak dikuasai oleh negara lain. Saat ini hanya 20 persen dari kebutuhan karkas di Jakarta yang dipasok oleh RPA modern. Sisanya dipotong di pasar tradisional dengan potensi kontaminan yang sangat besar. Rantai dingin identik dengan supermarket karena memungkinkan untuk menggunakan peralatan yang modern.
follow our twitter: @livestockreview
penulis: list14 | editor: sitoresmi fauzi