Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Riset

Memberantas Penggelonggongan Sapi

  • Livestock Review
  • Jan 19, 2011
  • No comments
Total
0
Shares
0
0
0
0
0
Livestockreview.com, opini. Kasus daging glonggongan acap muncul karena tukang glonggong dan pedagang tidak jera setiap kali kasus tersebut mencuat ke permukaan. Biasanya  jelang Lebaran diperkirakan peredaran daging ternak -pada umumnya sapi- yang diberi air dalam jumlah banyak itu bisa dua kali lipat dari hari-hari biasa. Dalam operasi di berbagai daerah ditemukan komoditas yang berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) termasuk haram tersebut. Kesulitan memberantas praktik peng-glonggongan ini adalah karena banyak konsumen kelihatan tak terlalu peduli apakah yang dibeli itu daging glonggongan atau bukan.
Selain memang tak begitu peduli, ada juga kemungkinan konsumen tidak bisa membedakan antara daging glonggongan dan daging yang diperoleh dengan pengelolaan secara wajar. Kecuali orang yang tahu persis ciri-cirinya dan cermat memperhatikan, agak sulit membedakan kedua jenis daging tersebut. Apalagi dalam kondisi ekonomi yang belum terlalu cerah sebagaimana sekarang, harga murah sering menjadi pertimbangan utama. Konsumen daging glonggongan tidak menyadari telah ditipu mentah-mentah dan dirugikan.
Penelitian yang dilakukan Fakultas Peternakan Universitas Diponegoro Semarang beberapa waktu lalu menyebutkan berbagai segi dari daging glonggongan yang merugikan konsumen. Antara lain angka susut daging glonggongan mencapai 40,93%, sedangkan daging sehat 35,30%. Kandungan nutrisi daging glonggongan pun hanya 20,65%, sedangkan daging sehat 26,47%. Harga bahan kering atau nutrisi per kilogram daging glonggongan jauh lebih mahal, yakni Rp 184.917, sedangkan daging sehat Rp 162.426. Praktik peng-glonggongan memang didasari oleh motif ekonomi, yakni memperoleh keuntungan tinggi dengan cara yang tidak manusiawi.
Harus diakui, biaya pakan dalam usaha peternakan memang mahal. Angkanya bisa 60% hingga 80% dari keseluruhan biaya yang dikeluarkan. Apalagi jika produknya berupa daging atau susu, karena gizi sangat menentukan kualitas dan kuantitas hasilnya.
Di samping itu, jenis ternak besar seperti sapi, butuh waktu cukup lama untuk menghasilkan daging dalam jumlah dan mutu yang baik. Tak mengherankan jika kemudian muncul teknik yang bisa menghasilkan daging dengan berat tertentu dalam waktu singkat, yakni melalui cara meng-glonggong ternak atau memberikan air dengan jumlah banyak. Teknik tersebut memang bisa memangkas biaya, tetapi merugikan konsumen.
Sebenarnya sudah ada peraturan terkait dengan peng-glonggongan tersebut. Praktik itu melanggar Peraturan Menteri Pertanian Nomor 413/1992 tentang Pemotongan Hewan Potong dan Penanganan Daging serta Hasil Ikutannya. Di samping itu, praktik itu juga melanggar UU Nomor 8/1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 8 ayat (1) butir a. Sanksi terhadap pelanggarnya adalah lima tahun penjara atau denda maksimal Rp 2 miliar. Peng-glonggongan juga melanggar Pasal 8 UU Nomor 7/1996 tentang Pangan dan yang melanggar dikenai hukuman lima tahun atau denda Rp 600 juta. Jadi, rambu-rambunya sudah ada, tetapi hingga sekarang jarang diterapkan.
Jadi, jangan biarkan kasus daging glongglongan berlarut-larut. Selain dari sisi agama Islam diharamkan, dari sisi konsumen juga merugikan. Tak ada jalan lain kecuali menghentikan praktik kurang bertanggung jawab tersebut. Instansi terkait harus rajin melakukan operasi ke pasar-pasar, tempat pemotongan hewan, dan kalau perlu ke peternakan-peternakan tanpa menunggu laporan atau keluhan masyarakat.
Pelaku yang tertangkap harus diadili untuk menimbulkan efek jera terhadap yang lain.
Cap khusus bagi daging yang memenuhi syarat ada baiknya disosialisasikan lagi. Namun konsumen pun perlu cermat. Jika tidak laku, praktik peng-glonggongan tentu tak akan merebak. penulis & editor: sugiyanto (sm)
Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • news

Meningkatkan Daya Saing Industri Peternakan, Sang Penopang Perekonomian Indonesia

  • Livestock Review
  • Jan 10, 2011
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • news

Nilai Tukar Peternak Turun 1,07%

  • Livestock Review
  • Feb 2, 2011
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia

  • Feb 27, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.