Livestockreview.com, Bisnis. Di bidang pakan, untuk mendukung Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014, pemerintah melaksanakannya dengan kebijakan dan program khusus, yang terbagi dalam dua hal, yakni yang pertama adalah aspek penyediaan (feed security) untuk menjamin pakan tersedia dalam jumlah yang cukup serta aspek keamanan pakan (feed safety) untuk menjamin bahwa pakan yag tersedia itu bermutu baik dan layak dikonsumsi ternak.
Hal itu dijelaskan oleh Direktur Pakan Ternak Direktorat Jenderal Peternakan Mursyid Ma’sum, M.Agr yang mewakili Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Prabowo Respatiyo Caturroso, PhD pada Workshop tentang pakan ternak yang diselenggarakan bersama Asosiasi Ilmu Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) dan Fakultas Peternakan IPB di Bogor beberapa waktu lalu.
Sekretaris Jenderal AINI Prof Nahrowi mengatakan, masalah utama dalam penyediaan pakan nasional yakni kualitas pakan komplit yang beredar di Indonesia pada umumnya kualitasnya tidak bagus. Selain karena kandungan bahan kering yang rendah, pakan komplit umumnya mempunyai kandungan protein kasar yang jauh di bawah rekomendasi SNI atau NRC. Penampilan dan produksi ternak yang tidak optimal sesuai dengan dengan potensi genetikanya, merupakan konsekuensi dari keadaan ini. Penampilan dan produksi ternak yang tidak optimal sesuai dengan potensi genetikanya merupakan konsekuensi dari keadaan ini. Penambahan feed additive dan suplemen ke dalam pakan telah terbukti dapat memperbaiki efisiensi pakan -yang tentu harus didukung harus didukung dengan pengetahuan tentang kualitas pakan termasuk kualitas feed additive dan suplemen, siklus nutrient dan formulasi pakan.
Ketua Umum AINI Prof Ali Agus menambahkan, kualitas nutrisi bahan baku pakan bahan baku pakan lokal seringkali berfluktuasi sehingga menjadikan persoalan tersendiri bagi para pengusaha, khususnya para pengusaha pakan. Oleh karenanya,” Efisiensi pakan dan manajemen pakan yang ideal untuk mencapai ADG yang maksimal dengan kualitas karkas dan daging yang premium merupakan salah satu pendekatan bahkan solusi tepat bagi para pengusaha feedlot untuk dapat memenangkan persaingan usaha.
Prof Ali Agus menambahkan,dari sisi teknis,faktor efisiensi pakan juga menjadi faktor dominan dalam menentukan keberhasilan pencapaian swasembada daging sapi 2014. Pakan merupakan komponen terbesar dalam usaha peternakan, bahkan untuk usaha penggemukan sapi, diluar bibit atau bakalan, proporsi biaya pakan mencapai lebih dari 70% dari total biaya produksi. Jadi, efektivitas dan efisiensi penggunaan pakan dalam usaha penggemukan sapi merupakan kunci sukses.
Dalam pengembangan ternak ruminansia untuk mewujudkan program swasembada daging 2014, Ma’sum menguraikan, kebijakan dalam hal feed security lebih diarahkan kepada penyediaan hijauan pakan ternak (HPT) dan dukungan pakan konsentrat dengan 4 (empat) buah strategi yakni (1) membangun sumber benih dan bibit HPT, (2) meningkatkan pemanfaatan lahan melalui kegiatan integrasi ternak dan pemanfaatan lahan hutan, serta (3) mengakselerasi pengembangan pastura dan “cut and carry dan (4) pengembangan teknologi pakan. Sedangkan kebijakan dalam feed safety dilaksanakan melalui pengembangan standard mutu pakan dan pengawasan pakan yang diproduksi dan yang beredar di masyarakat.
Sistem penyediaan pakan hijauan
Lebih jauh ia memaparkan, beberapa program telah dilakukan, terus dikembangkan dan selalu diperbaiki untuk mendukung kebijakan pakan tersebut.Pada tahun 2011 ini, untuk mendukung tercapainya tujuan Program Swasembada Daging Sapi dan Kerbau 2014, Direktorat Jenderal Peternakan melalui Direktorat Pakan Ternak mempunyai program yang membangun satu sistem penyediaan pakan hijauan, yakni:
- Pengembangan sumber benih dan bibit HPT dari tingkat nasional (BPTU), tingkat provinsi (UPTD) dan bahkan sampai kelompok -untuk memastikan bahwa kebutuhan peternak akan benih dan bibit HPT dapat dipenuhi.
- Memperkuat ketersediaan pakan sampai tingkat desa melalui gerakan massal penanaman HPT sehingga desa ternak akan juga menjadi ”desa mandiri pakan” melalui kegiatan pengembangan lumbung pakan, kebun HPT dan konservasi air yang selama ini telah dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana, Kementerian Pertanian.
- Untuk wilayah dengan sistem peternakan yang ekstensif, pemerintah akan memfasilita pengembangan dan pemeliharaan kawasan penggembalaan, serta pengembangan integrasi ternak ruminansia dan pemanfaatan lahan kehutanan sebagai area penggembalaan.
Tahun ini merupakan tahun pertama terbentuknya Direktorat Pakan di lingkup Ditjen peternakan, sehingga,”Pengembangan pakan akan lebih terarah melalui beberapa program diatas, tentu saja diperlukan dukungan dari Perguruan Tinggi, dari AINI, dari pelaku usaha pakan dan dari pihak terkait lainnya,” kata Ma’sum.
Dalam hal peran dari pelaku usaha, memang dalam hal pengembangan pakan ruminansia yang basisnya adalah hijauan, masih belum begitu signifikan dan masih banyak hal-hal yang harus dibenahi bersama dalam rangka meningkatkan peran industri pakan ruminansia.
Produksi pabrik pakan masih di bawah kapasitas terpasang
Jumlah pabrik pakan di Indonesia tercatat 62 buah dengan kapasitas produksi sekitar 14 juta ton, namun produksi riil tahun 2010 baru sekitar 9 juta ton saja. Pabrik pakan di Indonesia masih bisa menambah produksi pakan sekitar 5 juta ton lagi. Jika dilihat dari jenis produksinya, maka ternyata kurang dari 1% saja produksi pakan untuk ternak ruminansia, sedangkan untuk unggas hampir mencapai 90 % dan sisanya untuk pakan babi dan aquaculture yang saat ini juga semakin booming.
”Kita semua mengetahui bahwa industri pakan ruminansia masih bergerak dalam skala yang kecil sampai menengah, dengan potret yang belum baik seperti belum menerapkan tatacara pembuatan pakan yang baik (CPPB), mutu yang belum sesuai standar, belum mempunyai registrasi dan belum berlabel,” ujar Ma’sum sembari menambahkan, masih banyak peternak sapi potong yang belum mempunyai pengetahuan dan ketrampilan dalam pengelolaan pakan ternaknya.
Jangankan menggunakan konsentrat apalagi penggunaan feed additive atau feed supplement untuk peningkatan produksi, pemanfaatan hijauan pakan pun masih seadanya, yang penting ternak tidak mati. Pengetahuan dasar peternak tentang kebutuhan pakan, jenis bahan pakan apalagi membuat formula pakan masih sangat perlu ditingkatkan.
Berdasarkan hal itu, Ma’sum melihat hal itu sebagai tantangan untuk maju. Dengan dukungan potensi alam, sumberdaya bahan yang berlimpah dan ketekunan peternak serta dukungan dari Pemerintah, Perguruan Tinggi, AINI dan pelaku usaha serta semua pihak yang terlibat dalam pengembangan pakan, maka semua tantangan diatas diharapkan Ma’sum dapat diatasi melalui program dan kegiatan bersama.
Namun yang harus diingat, semua itu bisa terwujud jika ada lokokomotif penggeraknya. Apakah itu anda? follow our twitter: @livestockreview
penulis: 1nd4rtono | editor: soegiyono