Livestockreview.com, Bisnis. Kementerian Pertanian mengklaim sebaran sentra produksi jagung dan pabrik pakan ternak yang tidak merata menjadi penyebab harga jagung yang melonjak tinggi. Harga yang melonjak tinggi ini juga menjadi alasan Kementan memerlukan impor jagung, dan telah disepakati pemerintah maksimal 100.000 ton.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Agung Hendriadi mengatakan Kementan berupaya membangun industri pakan ternak lebih dekat dengan sentra produksi jagung guna menyiasati tingginya harga jagung. Namun, pertimbangannya adalah siapa peternak yang akan membeli pakan di daerah baru tersebut.
“Memindahkan pabrik itu kan nggak gampang. Harus lihat peternaknya banyak nggak di situ. Kalo tidak sama saja, nanti harus dikirim lagi ke Jawa Timur karena peternaknya di Jawa Timur. Lalu lihat juga berapa populasi penduduknya di sana, berapa yang makan ayam,” kata Agung di Kementerian Pertanian, Senin (12/11/2018).
“Kedua, ini sebenarnya masalah distribusi dan komunikasi. Saya kemarin ke Jawa Timur, saya undang peternak mandiri dan petani, mereka sepakat kok seharga Rp 5.200/kg. Sebenarnya selesai kok kalau komunikasinya baik,” imbuhnya.
Agung menegaskan, pemerintah harus hadir mengatasi kendala distribusi logistik jagung ini supaya masalah ini tidak terulang kembali di masa depan. Dia mencontohkan keberhasilan Pertamina menjalankan kebijakan BBM Satu Harga dengan adanya subsidi silang dari pemerintah. “Bulog [Badan Urusan Logistik] kalau dikasih uang pasti bisa. Pemerintah memang harus mau keluarkan anggaran itu. Kami siap, BKP siap. Berikan kami anggaran dan kami distribusikan ke daerah pelosok. Gratis pengiriman. Jangan dibiarkan saja seperti ini,” ujarnya.
Agung menjelaskan, pihaknya sudah mengajukan anggaran biaya pengiriman jagung dari sentra produksi ke sentra peternakan sebesar Rp 300/kg untuk tahun 2019. Dia berharap anggaran ini dapat disetujui supaya kendala distribusi mahal tidak terjadi lagi di masa depan. “BKP kan tidak perlu untung, yang penting tanggung jawabnya jelas. Nanti uangnya kita kasih ke ekspedisi,” ujarnya. Agung pun menegaskan bahwa kondisi kenaikan harga jagung ini tidak terjadi setiap saat, sehingga intervensi pemerintah hanya perlu dilakukan sewaktu-waktu.
“Kondisi ini kan nggak setiap hari. Hanya pada saat emergency aja. Kalau nggak ada masalah ya tidak perlu keluarkan anggaran. Lihat saja Januari-Februari, jagung pasti turun harganya ke Rp 2.500/kg. Tidak ada masalah lagi,” kata dia.
Follow our Instagram:@livestockreview
sumber: cnbc | editor: soegiyono