Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Opini

Jika Peternakan Rakyat Naik Kelas

  • Livestock Review
  • Dec 23, 2020
  • No comments
  • 2 views
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

livestockreview.com, Opini. Di era industri 4.0, semua bisnis mulai berubah, karena telah terjadi perubahan pola konsumsi. Konsumen rumah tangga, pola konsumsinya berubah dari yang biasanya memasak di rumah kini mengonsumsi produk pangan yang siap saji/konsumsi.

Perubahan pola konsumsi ini, berdampak kepada penyediaan bahan baku yang berkualitas, tidak lagi produk massal tapi produk-produk berkualitas dan memiliki daya saing. Tidak hanya itu, pasar pun berubah dari offline ke online. Tuntutan perubahan ini menimpa siapa saja tanpa kecuali. Peternakan rakyat yang tradisional pun dituntut untuk mengikuti perubahan ini, jika tidak mereka dengan sendirinya akan mati karena usahanya tidak efisien dan tidak memiliki daya saing.

Dalam tiga tahun terakhir, tengah terjadi krisis perunggasan. Bila dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya krisis kali ini paling parah, karena berada pada kondisi pademi Covid-19. Di Priangan Timur, lebih dari 50% kandang-kandang milik peternak rakyat tradisional dengan kapasitas 3.000an ekor kosong. Penyebab utamanya, fluktuasi harga produk yang selalu lebih rendah dari HPP dan harga bahan baku yang cenderung meningkat. Sementara harga karkas di konsumen relatif tetap.

Berbagai upaya yang dilakukan pemerintah, di antaranya dengan pengurangan produksi DOC (afkir dini), penentuan harga acuan pembelian yang ditetapkan oleh Permendag Nomor 96 Tahun 2018. Belum mampu mengembalikan iklim bisnis yang kondusif. Kondisi seperti ini telah melanda seluruh kawasan produksi, terutama menimpa peternakan rakyat yang masih dikelola secara tradisional.

Salah satu wilayah produsen ternak unggas di Jawa Barat adalah Priangan Timur. Di kawasan ini, terdapat beberapa pola usaha yaitu: peternakan rakyat mandiri dengan skala usaha dibawah 5.000 ekor, peternakan rakyat mandiri dengan skala dibawah 30ribuan ekor terintegrasi dengan industri menengah (regional) dan peternakan mandiri dengan skala 30-40 ribuan ekor, pola usaha ini integrasi dengan industri skala besar (nasional/internasional).

Sebelum krisis, kawasan ini mampu mengirimkan ayam potong ke Jakarta dan sekitarnya sekitar 2 juta ekor per minggu atau sekitar Rp 40 milyar/minggu setara dengan Rp 2 trilyun/tahun. Belum lagi produksi untuk memenuhi kebutuhan pasar lokal yang nilainya tidak kurang dari 1 juta ekor per minggu. Bisa dibayangkan, bahwa pada krisis kali ini, jika tidak segera diantisipasi akan terjadi krisis sosial yang berkelanjutan antara lain meningkatnya tindak kejahatan di lingkungan dan urbanisasi.

Dalam perkembangannya, peternakan unggas sejatinya telah masuk pada kondisi “hi-tech industry”. Tuntutan efisiensi usaha dalam persaingan merupakan hal biasa dan mendasar yang dijadikan ukuran untuk keluar dari krisis yang terjadi. Oleh sebab itu, vertical agribisnis menjadi prasyarat utama dalam upaya memberdayakan peternakan unggas saat ini. Untuk keberlanjutan usahanya, pola kluster dengan dukungan kebijakan pemerintah akan mampu menciptakan wilayah produsen yang kondusif di sentra produksi yang lumpuh.

Di subsistem pra produksi (off farm) yang menjadi persoalan terutama disebabkan oleh ketersediaan pakan dan DOC yang selalu dihadapkan oleh fluktuasi harga yang sangat signifikan. Dalam kerangka mengatasi hal tersebut, di setiap kawasan harus tercipta system cluster peternakan unggas yang didukung dengan adanya usaha-usaha industri pakan unggas, industri perbibitan, dan rumah potong ayam yang dilengkapi dengan cold storage. Tuntutan sinergitas usaha di suatu kawasan menjadikan ciri keberhasilan daya dukung wilayah guna menciptakan produk yang memilik daya saing.

Di subsistem budidaya usaha, menggunakan sistem kandang closed house merupakan keharusan agar peternakan rakyat naik kelas. Disadari dalam perkembangannya, bahwa menggunakan kadang open house di era industrialisasi 4.0 sudah harus segera ditinggalkan.

Pasalnya, kandang-kandang tersebut tidak mampu menghasilkan produk yang berdaya saing dengan standar minimal indeks produksi (IP) 380 dan FCR yang kecil (FCR = 1.5). Tuntutan perubahan ini akan sulit dilakukan peternak, apabila mereka melakukannya secara individual. Untuk itu, perubahan pola bisnis dari invidual ke korporasi sangat diperlukan sebagai dasar berkembangnya bisnis kluster.

Inovasi teknologi kandang ini membutuhkan investasi tidak kurang dari Rp 3 milyar per kelompok populasi 40 ribuan ekor/periode. Pilihan intervensi inovasi kandang merupakan alternatif jitu dan jawaban terhadap tantangan efisiensi usaha dalam persaingan global.

Pada kondisi skala usaha seperti ini, pendapatan kelompok (10-20 orang peternak) per periode adalah tidak kurang dari Rp 120 juta. Artinya, setiap peternak akan mendapatkan Rp. 6-12 juta (Adjat Sudradjat).

Di pasca panen, rantai dingin (cold chain) juga merupakan tuntutan yang akan menjadikan produk peternakan unggas berdaya saing. Dalam kerangka awal pengembangan pasar yang bersaing sangat ketat, peternakan rakyat perlu pendamping inovasi (penyuluh) agar mereka mampu bersaing secara “apple to apple” dengan industri skala besar (internasional).

Bahkan berdasarkan ekosistem yang sudah terbentuk selama ini, bahwa usaha peternakan unggas di Jawa Barat, khususnya di Priangan Timur mampu mengekspor produknya jika mereka diberikan kesempatan.

Bagaimana langkah nyata untuk mengubah ini semua? Pertanyaan ini, jawaban utamanya adalah kemauan pemerintah (political will) yang ditunjukkan oleh keberpihakannya kepada industri ini. Yaitu, akankah pemerintah mengembangkan peternakan rakyat dengan industrinya di dalam negeri atau industri yang dimiliki asing?

Sesungguhnya, peternakan rakyat tidak perlu dikasihani, tapi perlu dilindungi dan difasilitasi agar dalam proses transisi transformasi teknologinya dapat tumbuh dan berdaya saing.

Salah satu perlindungan yang diperlukan adalah, proteksi pasar di subsistem hilir. Pasar akan mampu meningkatkan dan mengembangan budidaya dan subsistem lainnya di hulu dalam rangkaian sistem agribisnis. Oleh karenanya, agar peternak rakyat dapat naik kelas dan krisis perunggasan dapat selesai dengan sendirinya, sebaiknya industri skala besar diarahkan kepada pasar ekspor.

Pasar dalam negeri diserahkan kepada industri skala menengah dan kecil, sehingga mereka mampu bertumbuh menjadi besar dan kuat, ….semoga.

sumber: pb ispi | rochadi tawaf, anggota komite pemulihan ekonomi daerah jabar | editor: sugiyono

follow our ig: www.instagram.com/livestockreview

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Opini

Kontroversi Permentan Nomor 03 Tahun 2019 tentang Pelayanan Jasa Medik Veteriner (Bag 2)

  • Livestock Review
  • Dec 20, 2020
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Opini

Menakar Privatisasi Pelayanan Inseminasi Buatan (IB)

  • Livestock Review
  • Dec 24, 2020
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia

  • Feb 27, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.