Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Jabar Bangun Rumah Sakit Hewan di Lembang

  • Livestock Review
  • May 28, 2012
  • No comments
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Bisnis. Pembangunan rumah sakit khusus hewan (RSH) di kawasan Cikole Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jabar, ditargetkan rampung pada 2013 mendatang. Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jawa Barat Koesmayadi mengatakan jika sudah beroperasi, RSH ini rencananya akan menjadi rujukan 47 puskesmas hewan di Jawa Barat.

“Rumah sakit hewan ini akan jadi bahan rujuk 47 puskesmas hewan di Jabar. Kalau tidak bisa ditangani oleh puskesmas hewan, bisa ditangani rumah sakit hewan ini,” katanya belum lama ini.

Rumah sakit itu, jelasnya, berada di atas lahan 8.000 meter persegi, saat ini pembangunannya dianggarkan dalam APBD 2012 sebesar Rp6 miliar. Pelayanan yang diberikan oleh rumah sakit hewan pertama yang dimiliki oleh Provinsi Jabar itu memadukan tiga layanan sekaligus yakni aktif, pasif, dan semi pasif.

“Jadi rumah sakit hewan ini beda dengan rumah sakit manusia, jangan disamakan dengan rumah sakit manusia. Kan kalau rumah sakit manusia itu pasif, artinya pasien yang sakit yang datang ke rumah sakit, tapi kalau rumah sakit berbeda,” kata Koesmayadi. Menurut dia, selama ini orang berpikir jika hewan peliharaannya seperti sapi sakit maka jalan terakhir untuk menyelamatkannya ialah dengan cara disembelih.

Untuk itu, keberadaan rumah sakit hewan tersebut secara tidak langsung dapat menyelamatkan kesejahteraan hewan dan meningkatkan produktivitas hewan ternak seperti sapi. Kosemayadi menuturkan di Lembang saja ada populasi sapi perah sebanyak 21.000.

Biasanya peternak yang sapinya sakit langsung disembelih saja. “Coba anda bayangkan kalau bull [hewan sejenis banteng atau bison] di Balai Peternakan Pelatihan sakit. Hewan itu harganya ratusan juta kemudian sakit, apa nggak sayang kalau dipotong,” katanya.

Di Pangalengan yang juga menjadi sentra sapi, binatang ternak penghasil susu rajin terkena penyakit hipoplasia ovarium sapi. “Begitu dioperasi oleh dokter yang berpengalaman, produksi sapinya bisa kembali ke 15 liter sampai 20 liter lagi,” tuturnya.

Pihaknya berjanji akan melengkapi fasilitas RSH tersebut seperti adanya laboratorium pemeriksaan kondisi kesehatan hewan yang sudah terakreditasi serta adanya beberapa tenaga medis seperti dokter hewan yang selama ini sudah bertugas memeriksa kesehatan hewan yang tersebar di beberapa UPTD.

Jika Rumah Sakit Hewan sudah beroperasi, berbagai jenis hewan dari mulai hewan besar, hewan kecil dan hewan kesayangan dapat diperiksa kesehatannya di rumah sakit tersebut.

Pihaknya juga tengah memikirkan rencana kemungkinan menjalin dengan salah satu universitas di Malaysia yang sudah sukses menjalankan pengoperasian RSH. “Di Malaysia, satu pasien (hewan) diperiksa 10 calon dokter hewan, di Indonesia sebaliknya,” katanya. Selain itu, RSH tersebut bisa juga mengadakan fasilitas penitipan hewan.

 Pusat kendali preventif action

Sementara itu, Menurut Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Denny Juanda keberadaan RSH tersebut akan mengoreksi paradigma rumah sakit. “Dari tempat perawatan reguler menjadi pusat kendali preventif action. Agar hewan berada dalam kondisi yang sehat, bukan hanya yang sakit saja,” kata Deny.

Dia menuturkan pembangunan RSH sendiri awalnya datang dari usulan Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia tahun lalu. Usulan itu merujuk pada situasi di Gunung Merapi di mana banyak hewan yang sakit dan terluka, tetapi tidak ada lembaga yang mengurusnya. “Bayangkan jika banyak ternak yang sakit atau terluka, mau dibawa ke mana ternak itu? Tidak mungkin hanya Dinas Peternakan yang mengurusnya. Dinas Kesehatan pun pasti akan lebih mengutamakan pelayanannya pada manusia,” kata Koesmayadi.

follow our twitter: @livestockreview

sumber: bisnis | editor: soegiyono

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Bisnis
  • Fokus Utama
  • news

Tossa Agri Berhasil Budidayakan Sapi Wagyu

  • Livestock Review
  • May 27, 2012
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Kampus

Strategi Produksi Pakan Kelinci Organik untuk Dukung Swasembada Daging

  • Livestock Review
  • May 30, 2012
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia

  • Feb 27, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.