Livestockreview.com, Referensi. Dalam beberapa bulan terakhir, banyak dibicarakan tentang daging sapi. Terasa aneh. Sebagai negara agraris,tetapi rakyatnya membeli beras, jagung, dan daging ternak sapi. Sesuatu yang tidak wajar dan bahkan lucu.
Sebagai negara agraris, mestinya para pemimpin negeri ini tahu, budaya membeli menjadikan orang malas. Oleh karena itu, bangsa ini seharusnya didorong untuk menjadi produsen, hingga bisa menjadi penjual. Bukan malah membeli.
Indonesia mestinya menjadi pemasok daging ke berbagai negara. Masyarakat pedesaan mestinya dibimbing untuk beternak agar benar-benar menjadi kaya ternak dan bisa menjual daging.
Dengan begitu maka setidak-tidaknya, kebutuhan daging bagi orang kota berhasil dicukupi dari hasil ternak orang desa, bukan malah sebaliknya, mendatangkan daging dari Amerika, New Zelan, Australia, dan lain-lain.
Negara agraris tetapi impor beras, jagung, kedelai, dan daging sapi adalah merupakan hal yang salah. Negara agraris harus mengekspor kebutuhan pangan dan gizi tersebut.
Tanah yang subur dan luas harus ditanami dan dijadikan lahan ternak. Petani dan peternak harus bekerja memenuhi kebutuhan hasil-hasil pertanian dan peternakan di negerinya sendiri. Mereka tidak boleh dibiarkan menganggur.
Para akademisi dan pemodal harus bersama-sama membantu usaha pertanian dan peternakan itu. Intensifikasi dan modernisasi pertanian dan peternakan harus dilakukan secara terus menerus.
Pemilik modal tidak boleh mengimpor, tetapi seharusnya menamamkan modalnya untuk usaha pertanian dan peternakan dengan melibatkan para petani dan peternak. Demikian pula pemerintah tidak boleh begitu mudah mengambil jalan pintas mengeluarkan ijin impor kebutuhan pokok termasuk daging. (BERSAMBUNG)
sumber: republ1ka | editor: diana mandagi