Livestockreview.com, Bisnis. Impor jagung hingga pengujung tahun ini akan mencapai 3,2 juta ton senilai Rp 10 triliun. Itu merupakan angka tertinggi selama tiga tahun terakhir. Pada 2011 impor mencapai 3,1 juta ton dan pada 2012 hanya 1,6 juta ton.
Peningkatan impor itu tejadi karena penurunan produksi jagung dan meningkatnya kebutuhan jagung untuk industri pakan ternak. Ketua Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) Sudirman mengungkapkan, tingginya impor jagung tahun ini akibat produksi nasional turun 1 juta ton atau 3%.
Di lain pihak, konsumsi jagung industri pakan ternak meningkat. Kebutuhan jagung untuk industri pakan tahun ini mencapai 7 juta ton dibanding 2012 yang hanya 6,5 juta ton.
“Produksi jagung menghadapi dilema, seperti ketidakpastian harga. Kalau terlalu murah, petani tidak mau menanam, juga ada kendala musim, terlalu kering atau basah juga akan menjadi masalah,” ujar Sudirman.
Menurut catatan GPMT, realisasi impor jagung hingga awal November lalu sudah mencapai 2,6 juta ton dan hingga akhir tahun ini diprediksi ada tambahan impor 600 ribu ton. Sisanya akan diserap dari petani lokal. Sedangkan data yang dilansir Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan, selama 10 bulan di 2013 (Januari-Oktober) total impor mencapai 2,3 juta ton senilai US$ 700 juta. Impor terbesar dari Brazil, Argentina, dan Thailand.
Demi menggenjot penyerapan jagung dalam negeri, GPMT menempuh sejumlah upaya, salah satunya adalah menetapkan harga minimum pembelian jagung untuk enam daerah sentra, yaitu Sumatera Utara (Sumut) Rp 2.800 per kg, Lampung Rp 2.600 per kg, Jabotabek Rp 2.800 per kg, Jawa Timur dan Jawa Tengah Rp 2.700 per kg, dan Sulawesi Selatan (Sulsel) Rp 2.400 per kg.
sumber: investor | editor: sugiyono
follow our official twitter: @livestockreview | follow our official instagram: livestockreview