Livestockreview.com, Bisnis. Produksi Susu Segar Dalam Negeri (SSDN) hanya mampu memenuhi kurang dari 30 persen kebutuhan nasional dan 70 persen sisanya dipenuhi dari impor. Untuk itu, wacana Swasembada Susu 2020 yang telah dicanangkan sebelumnya harus terus digalakkan, sehingga pada target tahun 2020 Indonesia benar-benar mampu untuk swasembada susu.Hal itu mengemuka dalam Diskusi Nasional “Menuju Swasembada Susu” yang diselenggarakan oleh Swadaya dan Sinar Tani di sela-sela rangkaian kegiatan Indolivestock 2012 di Jakarta Convention Center (JCC), Jakarta 4 Juli 2012. Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) yang diwakili oleh Dr. Ir Dirwantoro menyampaikan bahwa selain menjadi bangsa yang berdaulat pangan juga dapat mewujudkan bangsa yang sehat, cerdas, dan terhindar dari gizi buruk.
Ketua Dewan Susu Nasional Menurut Teguh Boediyana menambahkan, meski Swasembada Susu 2020 terkesan sangat idealis dan ambisius tetapi sekaligus dapat menjadi tantangan yang dapat diwujudkan. Untuk itu, rancangan untuk Swasembada Susu 2020 ini harus dipersiapkan dari sekarang. Untuk memperkuat tujuan dan pencapaian target tersebut, Swasembada Susu 2020 juga harus menjadi keputusan politik. Hal ini karena akan melibatkan berbagai pihak atau stakeholders dalam pemerintah ataupun non-pemerintah dan menuntut konsekuensi politis.
Sejalan dengan hal itu, R. Kurnia Achjadi Anggota Komisi Bibit Ternak Nasional menggarisbawahi bahwa peran pemerintah sangatlah penting dan dominan dalam mengatur persusuan di Indonesia terutama mengenai kebijakan politis yang mengatur tentang hal ini. Selain itu, peran masing-masing stakeholders yang terkait haruslah terintegrasi satu sama lain.
Untuk mencapai swasembada susu, hal ini berarti produksi susu segar dan konsumsi di dalam negeri juga harus ditingkatkan. Dalam kesempatan itu juga, Dirwantoro menyampaikan bahwa konsumsi susu per kapita masyarakat Indonesia masih rendah, yaitu 13.5 kg/kapita/tahun. Untuk meningkatkan konsumsi susu nasional tersebut dapat dilakukan dengan meningkatkan produksi susu dan membuat mekanisme harga susu yang lebih terjangkau oleh masyarakat Indonesia. Namun, fakta yang terjadi para petani susu di desa enggan utuk meningkatkan kapasitas prosuksi susu mereka, karena harga jual susu yang tidak sesuai dengan biaya atau ongkos produksi.
Sampai saat ini, sentral pengembangan sapi perah nasional adalah di Jawa, dapat diartikan bahwa dalam skala nasional kebutuhan susu secara dalam negeri dipenuhi oleh produksi susu peternak sapi perah yang ada di Pulau Jawa. Hal ini, juga mengindikasikan bahwa ada potensi pengembangan sapi perah di luar Jawa yang terlupakan. Petrus Sitepu, seorang peternak sapi perah dan pedaging dari Brastagi Kabupaten Karo Sumatera Utara, yang juga hadir sebagai pembicara dalam diskusi tersebut menyampaikan hal yang berbeda. Menurutnya,potensi sapi perah di luar Jawa tidak kalah menjanjikan jika dibandingkan dengan di Pulau Jawa. Salah satu kesulitan dalam pengembangan sapi perah di Pulau Jawa selama ini adalah ketersedian lahan pada ketinggian tertentu yang cocok untuk peternakan sapi perah yang terbatas.
Petrus mengatakan, untuk hal itu sebenernya masih bisa ditemui di wilayah luar Jawa, khususnya di Tanah Karo Sumatera Utara. Berdasarkan pengalamannya dalam menjalankan usaha sapi perah yang berlokasi di luar Jawa ini, Petrus yang merupakan salah seorang pendiri PT. PIMS PROFILE, yang merupakan perusahaan sapi perah dan pedaging skala menengah, menandaskan bahwa usaha sapi perah sangat menjanjikan. Petrus sangat optimis, jika dilihat dari kemampuan peternakan sapi perahnya untuk memenuhi kebutuhan susu di Tanah Karo.
Petrus yaknin, pencapaian Swasembada Susu di Indonesia juga dapat dilakukan dalam waktu cepat, minimal untuk swasembada susu secara regional. Asalkan hasil produksi para petani dihargai dengan harga yang sama-sama menguntungkan maka petani tersebut tidak akan enggan untuk terus meningkatkan prosuksi susu mereka. Selain itu, juga didukung dengan adanya kebijakan dari pemerintah dan keputusan politis yang selalu melindungi kepentingan para petani sapi perah untuk terus meningkatkan hasil produksi susu segarnya, sehingga Swasembada Susu bukan hanya wacana belaka.
follow our twitter: @livestockreview
penulis: rahmi | editor: ria laksmi