Livestockreview.com, Kampus. Pakan memiliki peran besar dalam produktivitas ternak. Hanya saja, sebagian besar pakan yang diberikan kepada ternak ruminansia berasal dari limbah pertanian dengan kualitas rendah (tinggi serat dengan protein yang rendah). Selain itu, negara tropis seperti Indonesia menyebabkan kandungan serat dalam hijauan pakan ternak menjadi tinggi, sehingga sulit dicerna oleh ternak. Kondisi ini tentu menyebabkan kebutuhan nutrien tidak terpenuhi sehingga produktivitas ternak kurang optimal.
Permasalahan tersebut menjadi dasar (starting point) pengembangan inovasi suplemen pakan ternak oleh mahaasiswa UGM di ajang Program kreativitas Mahasiswa yang diselnggarakan oleh Direktorat Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan, Kebudayaam, Riset, dan Inovasi tahun 2021.
Mahasiswa tersebut terdiri dari Muhammad Evan Magistrama (Peternakan UGM 2019), Rizqi Rahadian Pramana (Peternakan UGM 2020), Jason Saut Hamonangan Siregar (Peternakan UGM 2020), dan Almas Aufar Zhafran Romala Nabila (Teknologi Pertanian UGM 2019) melakukan penelitian untuk menghasilkan teknologi suplemen pakan Rumen Undegradable Nutrient (RUN).
Rumen Undegradable Nutrient merupakan suplemen pakan ternak ruminansia yang dikembangkan menggunakan teknologi proteksi sehingga tidak didegradasi atau dicerna oleh mikroba rumen. Nutrien atau bahan yang digunakan adalah lemak yang berasal dari Crude Palm Oil dan asam amino (arginin, metionin, dan lisin).
Asam lemak dapat mengalam biohidrogenasi apabila tidak diproteksi, sehingga menyebabkan pemanfaatan kurang optimal. Sedangkan asam amino yang tidak dilakukan proteksi akan didegradasi menjadi ammonia. Oleh sebab itu, teknologi proteksi dapat memungkinkan nutrien dapat dimanfaatkan oleh ternak lebih optimal.
Penelitian ini terdiri dari dua tahapan yakni, penelitian in vitro (skala lab) dan in vivo (uji coba pada ternak). Pengembangan teknologi dilakukan dalam lab secara in vitro untuk mengetahui tingkat proteksi suplemen pakan RUN di dalam rumen. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, teknologi proteksi yang dikembangkan mampu mengurangi degradasi nutrient sekitar 40-50%.
Hal tersebut tentu membuat nutrien (asam lemak dan asam amino) tidak didegradasi atau dicerna oleh mikroba rumen, sehingga dapat dioptimalkan untuk produktivitas ternak.
Penelitian kedua adalah uji coba pada ternak menggunakan domba. Penambahan suplemen pakan RUN dapat meningkatkan pertambahan bobot badan harian (PBBH) domba. Domba yang diberi RUN dengan level 2,5 dan 5,0% dapat memiliki bobot badan harian mencapai 24 dan 30% dibandingkan domba tanpa pemberian RUN. Selain pertambahan berat badan harian (PBBH), penggunaan RUN dalam pakan ternak domba mampu menurunkan nilai konversi pakan hingga 25-30%.
Ketua Tim Peneliti, Muhammad Evan Magistrama menyampaikan bahwa penggunaan asam lemak dari CPO dapat menjadi sumber energi dalam rubuh ternak. Hal ini juga didukung dengan keberadaan asam amino. Arginin merupakan asam amino yang potensial dalam metabolisme kreatin untuk pembentukan otot. Selain itu, metionin dan lisin berperan penting dalam metabolism energi untuk mendukung produktivitas ternak.
“Analisis ekonomi yang telah kami lakukan menunjukkan bahwa pemanfaatan teknologi RUN dapat meningkatkan keuntungan 50% lebih besar dibandingkan perlakuan kontrol. Hal ini didapatkan karena terjadi peningkatan efisiensi dari budidaya domba yang dilakukan yakni PBBH yang signifikan dengan konversi pakan yang rendah,” jelas Evan yang merupakan mahasiswa Fakultas Peternakan UGM.
Ia menambahkan, apabila domba yang dipelihara berjumlah 100 ekor, penggunaan RUN dalam waktu 21 hari mampu meningkatkan keuntungan yang lebih besar yakni 6-7 juta dibandingkan tanpa penambahan RUN.
Dosen pembimbing penelitian, Dr. Muhsin Al Anas menyampaikan bahwa Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) tersebut dapat menjadi ajang untuk mengembangkan keterampilan Complex Problem Solving pada mahasiswa. Permasalahan bidang peternakan masih menjadi pekerjaan rumah yang banyak, oleh sebab itu adanya inovasi dari mahasiswa dirasa mampu menjadi angin segar untuk mengurai permasalahan tersebut.
Teknologi RUN yang dihasilkan dapat menjadi inovasi untuk meningkatkan keuntungan dari peternakan rakyat. Harapannya hasil penelitian ini tidak sekadar menjadi penelitian semata, akan tetapi perlu dikembangkan menjadi inovasi bernilai ekonomi yang dikemas dalam bentuk Start-Up mahasiswa. LR/UGM