Livestockreview.com, Kampus. Dikenal ada dua sistem perkandangan yang digunakan oleh peternak ayam broiler di Indonesia yaitu sistem kandang terbuka (OH, opened house) dan kandang tertutup (CH, closed house). Sistem kandang terbuka merupakan sistem perkandangan di mana dinding kandang dibiarkan terbuka sehingga pertukaran udara berlangsung secara alami sehingga kondisi lingkungan di dalam kandang sangat dipengaruhi oleh kondisi dari luar kandang.
Adapun sistem perkandangan tertutup adalah sistem perkandangan dimana dinding kandang dibuat tertutup, udara yang keluar dan masuk diatur melalui outlet dan inlet sehingga kondisi lingkungan di dalam kandang dapat diatur dan disesuaikan dengan kebutuhan ayam.
Hal itu dijelaskan oleh Yosef Arisanto, Vice President Head of Operation Poultry Integration Sumatera & West Java, PT Charoen Pokphand Indonesia dalam Seminar Nasional II yang dilaksanakan pada 7 Nopember lalu melalui sebuah aplikasi daring. Acara yang diselenggarakan oleh Fakultas Peternakan Universitas Jambi tersebut mengusung tema tentang sistem produksi peternakan dan perikanan yang berkelanjutan.
Narasumber lain yang hadir dalam acara tersebut yakni Dr. Ir. Nasrullah, M.Sc (Dirjen PKH Kementerian Pertanian), Dr.agr. Ir. Asep Anang., M.Phil (Dosen Fakultas Peternakan UNPAD), Dira, S.Pt (Product Assistant Manager Veterinary Pharmaceutical Product Medion. PT. Medion), dan Prof. Dr. Ir. Hj. Nurhayati., M.Sc. agr (Dekan Fakultas Peternakan Universitas Jambi).
Yosef memaparkan, dalam budidaya ayam broiler, brooding adalah titik kritis penting untuk mencapai performa pemeliharaan ayam yang baik. Hal itu disebabkan manajemen brooding berpengaruh pada keseragaman ayam dan dan tingkat deplesi.
Oleh karena itu, flock dengan awal yang jelek biasanya performannya juga jelek. Oleh karena itu, sangat penting untuk mempersiapkan dan merencanakan segala sesuatu nya dengan baik, atau,” menderita selama 1 periode pemeliharaan,” tandas Yosef.
Lebih jauh ia menjelaskan, anak ayam sampai dengan 5 hari sangat poikiloterm (suhu tubuh ikut lingkungan), dan setelah 5 hari baru mulai homeothermic atau mampu mengatur suhu tubuh sendiri. Setelah 14 hari baru ayam benar-benar berdarah panas.
Dengan demikian, jika anak ayam mengalami kedinginan, maka metabolisme meningkat, kebutuhan oksigen meningkat, dan hal itu dapat dilihat dari perilaku anak ayam yang berkumpul atau saling berdekatan. Namun sebaliknya, jika suhu terlalu panas, maka proses penyerapan yolk sack akan terganggu, terjadi dehidrasi, dan anak ayam akan mengalami panting atau terengah-engah.
Telapak kaki adalah sensor panas bagi ayam. Maka, suhu alas kandang atau litter menjadi sangat penting, disamping suhu lingkungan. Yosef menyarankan untuk brooding dikondisikan agar berada pada suhu yang sesuai, yakni pada zona nyaman, dengan temperatur rectal pada 40 –40,8 derajat celcius untuk mendapat performa pemeliharaan ayam yang optimal.
editor: apriliawati | sumber: fapet UNJA