Livestockreview.com, Kampus. Ternak kelinci merupakan ternak potensial penghasil daging. Potensi tersebut perlu didukung dengan ketersediaan pakan yang baik dan harus mengutamakan potensi bahan baku pakan lokal/organik.
Orientasi penyediaan pakan kelinci organik menunjukkan bahwa sistem manajemen produksi diharapkan mampu meningkatkan dan mengembangkan kesehatan agro-ekosistem, termasuk keragaman hayati, siklus biologi dan aktivitas biologi tanah yang mengacu pada standar produksi organik. Dr. Husmy Yumiati dari Himpunan Masyarakat Perkelincian Indonesia (HIMAKINDO) dalam Wokshop Pakan Kelinci di Auditorium JHH Fakultas Peternakan IPB kampus IPB Darmaga Bogor 26 Mei 2012 lalu mengatakan, pola pengembangan peternakan kelinci dapat dilakukan dengan membuat kelompok peternak yang bergerak di bidang pemeliharaan, sentra pembibitan ternak, sentra pengolahan hasil dan pemasaran. Pola tersebut harus secara terintegrasi di kembangkan sehingga akan memberikan nilai tambah bagi kesejahteraan peternaknya.
Salah satu model integrasi usaha ternak kelinci adalah pola integrasi yang dikembangkan oleh Koperasi Peternak Kelinci (Kopnakci) Bogor. Koperasi yang terdiri dari 24 anggota binaan ini telah melakukan kegiatan integrasi usaha pabrik pakan, pembibitan, pengolahan hasil (daging, kulit, kotoran kelinci) serta pembinaan secara rutin kepada anggotanya. Pusat integrasi yang digagas dan dikembangkan oleh Kopnakci adalah Kampoeng Kelinci Gunung Malang di Desa Tenjolaya Kabupaten Bogor.
Pusat integrasi ini dikelola dengan manajemen profesional berbasis koperasi sehingga keuntungan dari bagi hasil usaha akan kembali kepada anggotanya sebagai SHU. “Koperasi merupakan salah satu bentuk kelembagaan usaha yang melibatkan anggotanya secara langsung sebagai customer dan owner serta menjangkau dimensi ekonomi dan sosial,” demikian ditegaskan Wahyu Darsono, Ketua Kopnakci.
Sekjen Asosiasi Ahli Nutrisi dan Pakan Indonesia (AINI) Prof. Nahrowi Ramli menyampaikan tentang strategi produksi dan penyediaan pakan kelinci. menurutnya, secara mendasar pakan kelinci yang baik harus memiliki karakteristik seimbang, palatable, murah, dan tidak mengandung unsur yang berbahaya. Pakan yang baik juga harus memperhatikan dampak terhadap ternak dari sisi produksi pada perode maturity, pertumbuhan, dan orientasi pembibitan atau penggemukan. Penyediaan, seleksi, formulasi dan pencampuran bahan pakan yang baik merupakan aspek pokok untuk menghasilkan pakan kelinci yang berkualitas.
“Kebutuhan nutrien kelinci secara umum terdiri dari kebutuhan hidup pokok (maintenance), pertumbuhan dan produksi sehingga kita perlu strategi dalam membuat pakan yang efisien sesuai kebutuhan kelinci, teknologi pelleting dapat diterapkan dalam penyediaan pakan kelinci yang baik,” papar Nahrowi.
Pada kesempatan itu, Prof Nahrowi juga membimbing para peserta workhsop dalam praktek pembuatan pelet kelinci. Praktek pembuatan pakan menggunakan mesin mixer, diskmill dan peleter. Bahan baku pakan yang digunakan yakni tepung rumput alfafa, tepung ikan, tepung jagung, dedak, polard dan onggok melalui formulasi sederhana memberikan wawasan yang aplikatif bagai para peserta workshop.
follow our twitter: @livestockreview
sumber: humas kopnaci | editor: soegiyono