Livestockreview.com, Kampus. Kemandirian dan pembangunan peternakan dalam negeri yang harus terus diupayakan, untuk menghindari peternakan Indonesia masuk dalam jebakan pangan (food trap) daging sapi. Jebakan tersebut pengertiannya yakni ketidakmampuan sarana dan prasarana produksi pangan asal ternak sapi di dalam negeri untuk bersaing dengan daging sapi impor.
Lemahnya daya saing produksi daging sapi di dalam negeri, salah satunya disebabkan oleh dasar kebijakan harga murah, bukannya harga terjangkau -yang menjadi awal dari bencana jebakan pangan daging sapi.
Ketidakmampuan bersaing ini telah menyebabkan pemerintah mengambil kebijakan jalan pintas, yaitu memilih komoditas daging impor ketimbang bersusah payah membangun sistem budidaya dan produksi ternak di dalam negeri.
Hal itu menjadi salah satu hal yang didiskusikan dalam Bincang Peternakan: Food Estate dan Swasembada Daging 2026 melalui sebuah aplikasi daring pada Minggu, 15 Nopember 2020. Webinar diselenggarakan oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Fakultas Peternakan Universitas Padjajaran, Panitia Musyawarah Nasional XVI Ikatan Senat Mahasiswa Peternakan Seluruh Indonesia (ISMAPETI), dan Indonesia Livestock Alliance (ILA), dengan menghadirkan tiga narasumber penting.
Ketiga narasumber itu yakni Ir Sugiyono, MP (Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan) yang membawakan materi “Food Estate: Cara Memperkuat Lumbung Pangan Nasional”, Dr. Ir. Andre Rivianda Daud, S.Pt., MSi., IPM (Akademisi Fakultas Peternakan UNPAD) yang membawakan materi “Swasembada Daging di 2026”, dan Dr. Ir. Rochadi Tawaf, MS (Sekjen Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia) yang membawakan materi “Ketersediaan Daging Nasional”
Dalam hal pemenuhan pangan dari sumber pangan hewani, Kementerian Pertanian melalui Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) terus berupaya untuk mewujudkan swasembada daging sapi 2026. Kini, upaya untuk mewujudkan swasembada tersebut tidak sebatas hanya pada kemampuan penyediaan daging yang cukup bagi masyarakat, namun juga harus disertai dengan peningkatan kualitas konsumsi pangan masyarakat yang berbasis sumberdaya lokal.
Dihadiri oleh tidak kurang dari 170 peserta, bincang peternakan tersebut menjadi wahana bagi para peserta untuk dapat mengetahui, memahami, dan mendalami mengenai program pemerintah yaitu food estate dan swasembada daging di tahun 2026, serta dapat menjadi bekal bagi para generasi muda yang akan berkecimpung di dunia peternakan.
Dalam kesempatan itu, Andre mengatakan dalam pembangunan sektor peternakan di Indonesia harus diarahkan pada tiga hal utama, yakni pada upaya mewujudkan ketahanan pangan dan gizi, peningkatan nilai tambah dan daya saing komoditas peternakan, dan upaya mewujudkan kesejahteraan peternak.
Beberapa hal yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan pemanfaatan keberadaan peternak dan peternakan sapi pedaging sebagai upaya untuk mendukung konservasi lahan pasca tambang, pengembangan tata kelola dan best practice sapi pedaging lokal pola ekstensif, serta penerapan model akademik – bisnis – pemerintah, sebagai altenatif paradigma pembangunan peternakan.
editor: apriliawati | sumber: i.l.a