Livestockreview.com, Kampus. Permasalahan di Indonesia memang sangat kompleks. Dengan sumber daya alam yang sangat melimpah seharusnya Indonesia menjadi bangsa yang sangat besar. Namun, sumber daya manusia yang tidak begitu baik dalam mengelola sumber daya alam, mengakibatkan bangsa Indonesia mengalami berbagai masalah. Swasembada daging sapi yang sudah direncanakan oleh pemerintah belum terlaksana.Permasalahan sumber daya manusia Indonesia yang sangat banyak mulai dari para peternak rakyat masih menggunakan sistem pemeliharaan secara tradisional. Aparat pemerintah yang kurang bekerja dengan baik dalam membuat kebijakan, bahkan sampai terjadi tindakan korupsi impor daging sapi juga menjadi permasalahan. Selain itu juga, lulusan peternakan yang masih banyak tidak disiplin dengan ilmunya.
Sumber daya manusia terutama mahasiswa peternakan yang nantinya setelah lulus akan menjadi alumni dan generasi perubahan aset yang sangat dibutuhkan, namun banyak dari mereka yang setelah lulus tidak disiplin dengan ilmunya, seperti bekerja di bank ataupun yang lainnya. Pada aspek pangan terutama pada konsumsi daging sapi, Indonesia masih mengalami masalah, yaitu daging sapi yang masih impor.
Dari sisi pakan pun Indonesia masih impor. Hal ini sangat memperihatinkan karena Indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber daya alam. Sehingga, apabila Indonesia masih impor pakan seperti kedelai ataupun jagung itu merupakan hal yang sangat tidak realistis.
Jumlah penduduk Indonesia sampai bulan Desember tahun 2012 berdasarkan data dari Kementerian Dalam Negeri mencapai 251.857.940 dengan jumlah desa sebanyak 72.944. Sebenarnya dengan jumlah penduduk dan desa yang banyak tersebut merupakan sebuah peluang usaha. Namun, karena pengelolaan sumber daya yang tidak begitu baik, kesempatan berubah menjadi kesempitan. Impor daging sapi masih sangat tinggi, sedangkan jumlah populasi sapi potong berdasarkan Direktorat Jenderal Peternakan tahun 2012 baru mencapai 16.034.336. Jumlah yang belum banyak karena hampir setiap harinya sapi dipotong untuk dikonsumsi.
Sebagai contoh, kebutuhan untuk bulan Januari saja menurut Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan pada tahun 2013 sebanyak 15.306 ton. Sedangkan ketersediaannya sebanyak 16.550 ton yang dapat dipenuhi dari :
a. Daging impor sebanyak 3.330 ton.
b. Bakalan sebanyak 11.330 ekor (setara daging 2.259 ton)
c. Sapi lokal sebanyak 64.422 ekor (setara daging 10.961 ton).
d. Posisi Januari 2013 terjadi surplus daging sebanyak 1.244 ton setara 7.215 sapi.
Dari data tersebut terlihat adanya surplus daging sapi impor pada bulan Januari 2013, tetapi semua itu terjadi karena pemenuhannya untuk wilayah Jabodetabek. Apabila pemenuhannya untuk seluruh wilayah Indonesia yang jumlah penduduknya mencapai 251.857.940 akan terjadi defisit impor daging sapi.
Perantas (Peminjaman sapi kepada alumni peternakan se-Indonesia), sebuah solusi alternatif
Diperlukan strategi alternatif yang tepat dalam penanganan kebutuhan daging sapi di Indonesia. Perantas (Peminjaman sapi kepada alumni peternakan se-Indonesia) merupakan solusi yang dapat dijalankan sebagai upaya penyelesaian permasalahan daging sapi di Indonesia bahkan untuk pencapaian swasembada daging sapi 2014. Gambaran umum perantas yaitu pemerintah membuat kebijakan agar para lulusan peternakan memelihara sapi.
Sapi yang didapatkan oleh para alumni peternakan merupakan sapi indukan berkualitas. Setelah beranak, anak sapi akan kembalikan kepada pemerintah dan induk sapi menjadi milik peternak. Para alumni peternakan berbekal ilmu yang didapat dari kampus akan kembali ke daerahnya masing-masing.
Bagi yang berasal dari desa, mereka akan mengembangkan peternakan di desanya. Jumlah mahasiswa peternakan se-Indonseia yang sangat banyak, dan setelah lulus mereka diberi pinjaman sapi untuk dikembangbiakan, secara logika populasi sapi akan bertambah.
Tidak menutup kemungkinan jumlah sapi yang dipelihara oleh para alumni peternakan dan digabungkan dengan sapi seluruh Indonesia, swasembada daging sapi tahun 2014 akan tercapai. Program seperti ini pernah terlaksana namun berbeda dalam target sasarannya. Seperti program yang sudah dicanangkan oleh pemerintah yaitu peminjaman sapi kepada para peternak rakyat.
Strategi ini belum begitu efektif karena para peternak kurang mengetahui sistem beternak yang efektif dan efisien. Akan tetapi, dengan adanya alumni peternakan yang membantu peternak di desa, tidak menutup kemungkinan semuanya akan berjalan dengan lancar. Demi berjalannya kebijakan baru yang akan dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Peternakan akan bekerja sama dengan semua pengusaha peternakan lulusan Perguruan Tinggi program studi peternakan.
Alumni peternakan yang sudah mempunyai usaha di bidang penggembukan sapi potong, juga memberikan pinjaman sapi kepada para alumni peternakan yang baru ataupun yang belum memelihara. Semua pembiayaan pencapaian swasembada daging sapi 2014 mengacu pada pedoman Direktorat Jenderal Pernakan.
Yogi Wijaya, Bustomy Fajar Mulyawan, Luqman Khakim, Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto, Jawa Tengah
Finalis pada Call For Policy Paper dalam Temu Ilmiah Mahasiswa Peternakan Indonesia oleh ISMAPETI, di Bengkulu, 7-12 Nopember2013 | editor: sitoresmi fauzi
follow our official twitter: @livestockreview | follow our official instagram: livestockreview