Livestockreview.com, Bisnis. Saat ini 20 % dari APBN Indonesia habis dialokasikan untuk permasalahan energi (subsidi BBM) yang justru banyak dinikmati oleh masyarakat menengah ke atas. Padahal, sebanyak 40 % masyarakat Indonesia yang bekerja sebagai petani dan peternak dengan segudang permasalahan mulai dari infrastruktur hingga lahan, semakin terpinggirka
n. Munculnya kelas ekonomi baru dengan perilaku ekonomi yang baru, menggeser gaya hidup masyarakat yang memberikan peluang besar terhadap sektor agibisnis Indonesa.
Intervensi pemerintah yang mengutamakan impor untuk mewujudkan ketahanan pangan, justru mengancam eksistensi peternak lokal dan praktisi agribisnis domestik. Lalu sebenarnya bagaimanakah proyeksi ekonomi Indonesia, prospek peternakan dan agribisnis Indonesia pada tahun 2013 menuju ketahanan pangan dengan kondisi pertanian seperti saat ini ?
DI Jakarta, pada tanggal 5 Desember 2012 lalu, pengusaha peternakan dan agribisnis Indonesia berkumpul untuk mendiskusikan kondisi agribisnis saat ini dan peluang agribisnis pada tahun 2013. Seminar “Agribusssiness Outlook 2013” ini diadakan oleh tabloid Agrina dengan menghadirkan Prof. Dr. Ir. Bustanul Arifin (pengamat agribisnis Indonesia), Dr.Ir. Fadel Muhammad (Ketua Umum Masyarakat Agribisnis Indonesia), Prof.Dr.Ir. Rokhmin Dahuri, M.S. (Ketua Masyarakat Akuakultur Indonesia), Dr. Aviliani, S.E., M.Si (Sekjen Dewan Ekonomi Nasional), Anton. J, Supit (Ketua Umum Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia), Ir. Achmad Manggabarani (Ketua Forum Pengembangan Perkebunan Strategis Berkelanjutan), dan Glenn Pardede (Ketua Umum Asosiasi Bunga Indonesia).
Hingga saat ini, ketahanan pangan direduksi hanya pada kecukupan stok beras nasional. Padahal pangan merupakan hal yang kompleks dan mencakup kelompok industri pimer, kelompok industri pangan pokok, kelompok industri hortikultura, dan kelompok industri basis peternakan. Kinerja pemerintah di sektor pangan pada pemerintahan SBY, juga tidak menguntungkan pasar dalam negri karena mengutamakan impor pangan.
Pada tahun 2012 diperkirakan impor beras mencapai 400.000 ton, impor kedelai mencapai 2-2,5 juta ton, dan impor jagung sebesar 1,5 juta ton -yang kebanyakan untuk bahan baku pakan ternak. Lambannya pertumbuhan produksi dunia jika dibandingkan dengan pertumbuhan konsumsi mengancam ketahanan pangan global. Perubahan iklim global yang mengakibatkan kekeringan di negara-negara besar produsen pangan seperti Amerika Serikat, Australia, dan Rusia, serta anomali cuaca yang relatif basah di Brasil mengakibatkan liarnya harga pangan dan produk pertanian global.
Oleh karena itu kemandirian pangan menjadi sebuah keharusan untuk menjamin ketahanan pangan nasional di masa mendatang. Pemerintah harus menyusun politik pangan nasional dengan mengutamakan produksi dalam negri. Intervensi pemerintah yang tepat dan insentif bagi petani juga harus ditingkatkan untuk meningkatkan produktivitas pertanian dalam negri.
Carut marutnya wajah peternakan, pertanian dan pangan Indonesia, ternyata masih berpotensi untuk berkembang pada tahun 2013. Saat ini, negara-negara maju mengalami perlambatan perekonomian. Jepang dan Cina mengalami permasalahan ekonomi karena 70 % pendapatan berasal dari ekspor. Pasar dunia yang sedang krisis dan banyaknya negara yang memproteksi pasar dalam negri tentu saja kurang menguntungkan bagi dua negara ini karena mengurangi pendapatan nasional.
Sedangkan pembelian dalam negri sangat sedikit akibat perilaku ekonomi kelas menengah di kedua negara ini lebih mengutamakan investasi daripada konsumsi. Hal ini berbeda dengan perekonomian Indonesia yang justru akan tumbuh antara 6-6,6 % pada tahun 2013 yang ditentukan oleh investasi. Indonesia juga mempunyai indeks kepercayaan konsumen ketiga tertinggi di dunia sehingga pembelian dalam negeri akan terjamin.
Perubahan perilaku ekonomi masyarakat kelas menengah ke arah gaya hidup herbal dan organik tentu akan memberikan angin segar bagi perkembangan sektor agribisnis. Indonesia mampu untuk menjadi satu-satunya pengekspor pangan dunia di masa yang akan datang. Siapkah produk-produk hasil peternakan mengantisipasi perubahan perilaku konsumen yang seperti itu?
penulis: h3st1 | editor: soegiyono
follow our twitter: @livestockreview