Livestockreview.com. SEJAK kapan orang membuat yogurt? Belum ada literatur yang bisa menyebutkannya secara pasti. Ada kemungkinan, susu fermentasi ini pertama kali dibuat oleh suku nomaden di Bulgaria. Mereka adalah penggembala ternak yang senang menyimpan dan membawa susu kambing dalam kantong yang terbuat dari lambung binatang ternak itu sendiri. Ada juga yang mengatakan masyarakat di lereng selatan Gunung Elbrus (5.642 m), daerah pegunungan Kaukasus, Asia Tengah. Ini menyerupai sejarah kefir. Meski berada di areal pegunungan, kawasan ini berhawa panas karena terletak di antara Laut Hitam dan Laut Kaspia.
Hawa panas membuat kontaminasi mikroba (mikroorganisme) tertentu tumbuh subur dalam lingkungan tersebut, dan secara alami mengubah susu menjadi produk olahan yang kini dikenal sebagai yogurt. Sebagaimana kefir, yogurt berasal dari bahasa Turki yogurmak, yang berarti memadukan atau mencampurkan.
Penelitian terpenting tentang yogurt dimulai oleh mikrobiologis asal Rusia, Ilya Ilyich Mechnikov (1845 – 1916). Dia memperkenalkan teori bahwa yogurt dan kandungan bakteri asam laktat (BAL) yang membuat orang Bulgaria memiliki kesehatan, usia, serta harapan hidup yang panjang.
Mechinkov kemudian memopulerkan yogurt ke seluruh penjuru Eropa.
Pengusaha Spanyol, Isaac Caracasso, lalu membuat yogurt dalam skala industri di Barcelona, dengan merek Danone (1919), yang menjadi cikal bakal industri yogurt di kemudian hari.
Yogurt Tradisional
Bagaimana dengan pembuatan yogurt di Indonesia? Menurut beberapa literatur, budaya yogurt masuk ke negeri ini karena pengaruh Belanda.
Pada tahun 1906, pemerintah kolonial Hindia Belanda mulai memasukkan sapi perah ke Indonesia. Kemudian, tahun 1920, dibangunlah sentra peternakan sapi perah Baroe Adjak di Lembang, Jabar. Diperkirakan mulai diproduksi yogurt di sini, meski hanya untuk konsumsi kalangan terbatas.
Secara tradisional, masyarakat Minang sudah lama mampu membuat produk serupa yogurt. Namanya dadih, yaitu berupa minuman tradisional susu fermentasi. Dadih terbuat dari susu kerbau yang disimpan dalam ruas bambu segar, ditutup daun pisang / plastik, lalu didiamkan dalam suhu kamar (25 – 30 oC) selama 24-48 jam.
Dengan bantuan berbagai mikroba yang ada di dalam bambu, susu akan menggumpal menjadi semi padat seperti puding/tahu putih. Dadih memiliki aroma, cita rasa, dan penampilan khas, terutama karena adanya percampuran aroma susu dan bambu. Warnanya putih kekuningan dan berasa asam.
Saat ini, dadih sedang diproses untuk mendapatkan hak paten serta dikembangkan oleh para peneliti dari Fakultas Peternakan UGM. sm/dd