Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Referensi

Waspada Antraks, Senjata Biologis dalam Peperangan

  • Livestock Review
  • Mar 16, 2011
  • No comments
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Referensi. Antraks merupakan sebagian dari keluarga basillus-bacterium dengan bentuk panjang. Nama ilmiahnya Bacillus anthracis berukuran agak besar, 1-1.5um x 4-10um. Bakteri tersebut bisa dibiakkan baik secara aerobik (dengan oksigen) ataupun anearobik (tanpa oksigen) dan mempunyai gene serta ciri-ciri menyerupai Bacillus cereus, sejenis bakteri yang biasa didapati dalam tanah di seluruh dunia. Juga menyerupai Bacillus thuringiensis, pantogen kepada larva Lepidoptera. Antraks merupakan bakteri yang pertama dibuktikan sebagai puncak penyakit dan dapat membentuk spora yang tahan lama.

Sejarah asal Antraks adalah samar. Meski spora Antraks pertama dijumpai dalam contoh tanah, bakteri tersebut tidak didapati di kawasan yang tidak terdapat penyakit ini. Kawasan di Amerika Serikat yang dipastikan mempunyai Antraks adalah Dakota Selatan, Nebraska, Arkansas, Texas, Louisiana, Mississippi dan California. Terjadinya wabah Antraks tidak tetap tetapi berlangsung selang beberapa tahun di antara wabah.

Penyakit Antraks diketahui setelah 2-4 hari, atau 7 hari dari serangan. Anthraks merupakan penyakit yang biasa menyerang hewan liar dan peliaraan, terutama biri-biri, lembu, kuda, turunan keledai (bagal), dan kambing yang tidak dijaga kebersihannya dengan cermat. Manusia bisa dijangkiti Antraks bila bersentuhan dengan hewan berpenyakit tersebut termasuk daging, tulang, bulu, rambut dan kotorannya. Walaupun begitu, risiko terjangkit hanya satu per 100.000.

Puluhan ribu spora dalam peperangan

Antraks mudah dikembangbiakkan dan dapat dilakukan di mana-mana laboratorium. Namun bagaimanapun perlu diperhatikan faktor keselamatan karena peternak antraks mungkin menjadi mangsa pertama dari ternakan mereka. Dalam peperangan dibutuhkan sebanyak 8.000-50.000 spora Antraks, sementara sebagai senjata hanya dibutuhkan 3.000-4.000 spora untuk menjangkiti manusia.

Spora antraks yang dihirup mempunyai kadar kamatian tinggi, karenanya spora antraks B.anthracis merupakan pilihan terbaik bagi negara-negara yang ingin memajukan senjata biologi mereka. Spora Antraks B.anthracis dapat disebarkan dalam bentuk debu dan mampu tahan hidup bertahun-tahun lamanya di dalam tanah sampai menyentuh kulit manusia ataupun hewan sebelum merebak.

Juga tahan selama berpuluh-puluh tahun dalam udara dan bulu yang terbuka, serta tahan selama 10 tahun dalam susu, kering atas kertas turas selama 41 tahun, kering atas benang sutera selama 71 tahun, dan dalam air kolam selama 2 tahun.

Penularan penyakit antraks dari manusia kepada manusia jarang terjadi dan seseorang yang telah divaksin tidak akan terkena untuk kedua kali. Antraks merupakan satu penyakit yang amat berbahaya dan dapat membawa maut. Sifat spora antraks yang dapat bertahan lama membuat penggunaannya sebagai senjata akan membawa kesengsaraan untuk jangka panjang.

Ditengarai terdapat ancaman antraks secara psikologi, seperti ancaman pencemaran makanan di pasar. Akibatnya amat luas karena orang akan takut keluar rumah dan membeli bahan makanan. Begitu juga ancaman serangan bagi angkutan umum seperti keretapi, bus, dan pesawat terbang juga di tempat ramai seperti di disko, pesta, konser, gedung bioskop, atau di stadion sepakbola akan menjadikan keadaan porak peranda.

penulis: siti inayah | editor: ria laksmi

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Langkah Penanganan Kawasan Terinfeksi Antraks

  • Livestock Review
  • Mar 15, 2011
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Referensi

Kenali Tiga Cara Antraks Menular ke Manusia

  • Livestock Review
  • Mar 17, 2011
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima

  • Jan 12, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Waspada Dampak Penyakit Mulut dan Kuku

  • May 12, 2022

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.