Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Artikel
  • Referensi

Susu, Sumber Protein Hewani Penting Bagi Anak

  • the editor
  • May 17, 2010
  • One comment
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockrevew.com, Referensi. Indonesia masih menghadapi masalah gizi nasional yang ditunjukkan oleh rata-rata anak balita prevalensi gizi buruk 5,4% dan gizi kurang 13%. Cakupan masalah tersebut masih besar, karena sebanyak 19 propinsi di Indonesia melebihi angka tersebut. Asupan gizi pada anak-anak masih lebih rendah dari Angka Kecukupan Gizi (AKG), misalnya asupan protein yang masih rendah dari AKG. Agar bayi dan anak balita dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, diperlukan zat gizi sesuai dengan kebutuhannya. Asupan protein hewani memegang peranan penting dalam pemenuhan gizi anak. Berdasarkan data tahun 2005, konsumsi protein hewani di Indonesia adalah 5.4 g/org/hari, masih sangat rendah dibanding konsumsi protein hewani di dunia, yaitu 23,9 g/org/hari.Program pemerintah pada RPJMN tahun 2009-2014 adalah menurunkan prevalensi gizi kurang dari 18,4% menjadi 15%. Di sisi lain, kecenderungan prevalensi gizi lebih juga terjadi baik pada balita maupun anak usia sekolah. Ahli teknologi pangan Prof. Dr. Aman Wirakartakusumah mengatakan, status gizi kurang akan mempengaruhi indeks pembangunan manusia, di mana saat ini Indonesia menduduki peringkat ke 111 dari 182 negara. Pada periode usia bayi dan balita, zat gizi yang cukup, sangat diperlukan untuk pertumbuhan fisik seperti tinggi badan dan perkembangan otak. Zat gizi tersebut dapat diperoleh dari makanan yang cukup baik dalam jumlah dan kualitasnya.

Susu merupakan salah satu makanan yang potensial, karena mempunyai keunggulan diantaranya kandungan asam amino esensial, dan mineral (Ca, P, Mg, K). Selain itu, susu mempunyai kualitas protein yang baik yang ditunjukkan oleh daya cerna, skor asam amino, dan protein-efficiency ratio (PER). Meskipun demikian ASI merupakan pangan yang terbaik untuk bayi. Pemenuhan energi dan gizi untuk bayi berumur 0-6 bulan seharusnya dicukupi dari ASI saji. Namun setelah bayi berumur 6 bulan, kebutuhan energi dan gizi tidak dapat sepenuhnya dicukupi dari ASI.

Oleh karena itu, setelah usia 6 bulan mulai dikenalkan makanan pendamping ASI dan konsep keragaman pangan perlu ditekankan. Untuk masyarakat di Indonesia, konsumsi susu masih sangat rendah, yaitu 7,7 lt/kap/th (setara dengan 19 g sehari) atau sekitar 1/10 konsumsi susu di dunia. Banyak faktor yang berpengaruh, di antaranya adalah masih rendahnya produksi susu nasional, rendahnya daya beli dan budaya minum susu di masyarakat. Masyarakat sering berlebihan dalam menafsirkan manfaat produk susu akibat dari deceptive advertising, untuk itu diperlukan edukasi yang benar. Selama ini, konsumen memilih produk susu berdasarkan pertimbangan antara lain peruntukan produk sesuai usia anak, anjuran dokter anak, harga, pengaruh iklan, rasa, dan promosi hadiah. Oleh karena itu, program perbaikan gizi akan lebih efektif dan akan berkelanjutan jika diiringi program edukasi gizi dan pola makan yang sehat kepada masyarakat.

Dari segi ketersediaan sumber pangan susu, hingga saat ini produksi susu dalam negeri belum mampu mencukupi seluruh permintaan konsumen di dalam negeri karena peningkatan konsumsi susu relatif lebih cepat dibandingkan produksinya. Pada tahun 2009 produksi susu dalam negeri hanya mampu memenuhi 25,11% dari total kebutuhan nasional. Penyebab rendahnya produksi susu tersebut karena tingkat pendidikan peternak yang rendah, harga pakan yang tinggi, keterbatasan teknologi, redahnya akses bibit sapi, dan keterbatasan modal peternak. Kekurangan produksi susu segar dalam negeri tersebut merupakan peluang besar bagi peternak sapi perah untuk mengembangkan usahanya sehingga dapat berperan dalam mengurangi angka impor susu. Upaya substitusi impor susu memerlukan dukungan pemerintah untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil ternak (susu) kepada para peternak, serta memperkuat posisi tawar peternak sapi perah.

Selain itu perlu dilakukan penguatan terhadap wadah kemitraan yang memperhatikan kepentingan bersama antara peternak, koperasi susu dan industri pengolahan susu. Beberapa bentuk industri skala kecil dan menengah di berbagai daerah mampu menunjukkan bentuk kemitraan yang jujur dan menguntungkan dengan peternak. Dengan dukungan teknologi, perkembangan produk susu dewasa ini terbilang pesat, termasuk produk yang secara khusus diformulasikan untuk tumbuh kembang anak (usia di atas satu tahun). Dalam terminologi industri, produk ini disebut susu pertumbuhan atau secara internasional dikenal dengan istilah growing up milk (GUM). Di Indonesia, pertumbuhan produk Susu Pertumbuhan yang umumnya tersedia dalam bentuk bubuk cukup pesat. Berbagai produk Susu Pertumbuhan di pasaran Indonesia umumnya diperkaya dengan ingredient fungsional seperti asam lemak tertentu, probiotik, prebiotik (FOS/GOS), serta ingredient lain seperti vitamin dan mineral. Namun demikian, definisi legal dari Susu Pertumbuhan belum ada.

Sebelum adanya konsensus mengenai kategorisasi Susu Pertumbuhan, disarankan produk pangan tersebut tetap termasuk dalam kategori 01.0 (susu dan produk olahannya). Namun jika tersedia bukti ilmiah tentang manfaat komponen fungsional tertentu maka pangan ini dapat dikelompokkan sebagai pangan fungsional sesuai dengan regulasi yang berlaku. Terdapat perbedaan pengelompokkan umur berdasarkan acuan label gizi, angka kecukupan gizi, codex dan SNI. Dengan demikian, diperlukan harmonisasi untuk mencapai konsensus tentang pengertian “Susu Pertumbuhan”. Konsensus mengenai definisi dan kategorisasi Susu

Pertumbuhan ini penting, baik bagi pemerintah (pembina dan pengawas), industri (pelaku) maupun konsumen (pengguna). Konsensus tersebut akan lebih menjamin konsumen dan masyarakat luas untuk mendapatkan informasi yang benar sehingga mampu melakukan pilihan dengan lebih baik. as/rls

the editor

Menyelesaikan kuliah di Universitas Gadjah Mada Fakultas Peternakan Yogyakarta, pada 2006 bersama beberapa para ahli teknologi pangan merintis pendirian majalah teknologi dan industri pangan.Minat yang disukai adalah dalam hal jurnalistik, pangan, peternakan, wira usaha dan teknologi.

Previous Article
  • Referensi

Muslihat Virus Avian Influenza

  • the editor
  • Feb 28, 2010
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Referensi

Apa dan Bagaimana Kawin Suntik pada Kambing dan Domba

  • the editor
  • May 30, 2010
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima

  • Jan 12, 2023
Baca selengkapnya...
  • Opini

Peta Jalan Komoditi Peternakan

  • Jan 4, 2023

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.