Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Referensi

Setelah Kalah dari Ayam Brasil, Bagaimana Langkah Kita Selanjutnya?

  • Livestock Review
  • Sep 7, 2019
  • No comments
  • 4 views
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Referensi. Keputusan Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO yang mewajibkan Indonesia membuka keran produk unggas dari Brasil tak perlu membuat panik. Keputusan tersebut tak otomatis menyebabkan industri unggas lokal surut lalu pasar dibanjiri daging ayam impor. Pemerintah bisa menggunakan sejumlah instrumen untuk melindungi peternak dalam negeri.

Menjalankan keputusan WTO memang tak terelakkan. Keputusan tersebut satu rangkaian dengan keputusan badan perdagangan internasional itu sebelumnya yang juga mengabulkan gugatan Brasil pada 2017. Tiga tahun sebelumnya, Brasil mengajukan gugatan ke WTO karena tidak bisa mengekspor produk unggas ke Indonesia. Brasil menuduh Indonesia menghalangi produk mereka masuk. Alasannya, peraturan Menteri Pertanian dan Menteri Perdagangan soal impor produk hewan tidak mencantumkan unggas dan turunannya sebagai barang yang bisa diimpor. Selain itu, Indonesia dianggap memagari impor dengan meminta syarat, yakni produk harus disertai sertifikat kesehatan dan halal.

WTO kemudian membentuk panel pada 2017, yang akhirnya memutuskan bahwa sejumlah aturan impor Indonesia melanggar Perjanjian Umum Tarif dan Perdagangan (GATT). Tapi pelaksanaan putusan kasus bernomor DS484 itu tak memuaskan Brasil. Eksportir unggas terbesar di dunia itu menganggap Indonesia belum menjalankan putusan. Misalnya, peraturan Menteri Pertanian yang baru masih membatasi produk unggas dari luar. Pada Juni lalu, mereka meminta WTO membentuk panel lagi untuk memastikan Indonesia mematuhi putusan 2017 tersebut.

Mau tak mau pemerintah harus mengubah lagi ketentuan impor unggas. Mengabaikan putusan bisa menyebabkan Brasil melakukan retaliasi terhadap produk Indonesia. Pembalasan itu misalnya dengan mengenakan tarif bea masuk yang lebih tinggi atas kopra, minyak sawit, dan komponen otomotif dari Indonesia-sebagian produk Indonesia yang diekspor ke negara tersebut. Ini akan membuat produk Indonesia tak dilirik karena mahal. Walhasil, neraca perdagangan Indonesia dengan Brasil yang minus sekitar US$ 420 juta pada 2017 akan kian jomplang.

Akibat perubahan aturan itu memang ada potensi daging ayam dan produk ayam impor, khususnya dari Brasil, membanjiri pasar Indonesia. Namun ada kebijakan yang bisa digunakan untuk mengendalikan impor. Misalnya menaikkan tarif bea masuk untuk produk tersebut. Selain itu, pemerintah bisa menggunakan instrumen sertifikat halal agar tak sembarang daging unggas masuk ke pasar dalam negeri. Putusan WTO dalam kasus DS484 menyatakan persyaratan pelabelan halal tak melanggar aturan karena sertifikat diberlakukan tanpa diskriminasi.

Kekalahan dari Brasil mesti menjadi pelajaran. Berulang kali pemerintah kalah bersengketa di WTO. Selama 2014-2018, Indonesia menghadapi delapan gugatan. Dari lima yang telah diputuskan panel, Indonesia hanya menang sekali. Karena itu, penting bagi Indonesia untuk memiliki wakil yang mumpuni, pintar berdiplomasi, berdaya juang tinggi dan tangguh, sehingga bisa membuktikan bahwa kebijakan yang dipersoalkan telah diambil dengan tepat.

Lebih dari itu, hal paling mendasar adalah konsistensi kebijakan. Pemerintah perlu menyelaraskan sejumlah peraturan yang berkaitan dengan perdagangan internasional. Kekalahan dari Brasil tak semata-mata karena aturan yang dianggap melanggar, tapi lantaran ada kebijakan yang bertolak belakang. Indonesia menolak ayam dari Brasil, tapi mengimpor daging kerbau dari India meski negara tersebut belum bebas dari penyakit kuku dan mulut. Inilah kelemahan aturan yang ditafsirkan sebagai cara menolak ayam Brasil dan kemudian menjadi celah bagi penggugat.

follow our ig: @livestockreview.com

editor: sugiyono | sumber: temp0

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Referensi

Hari Kebangkitan Peternakan dan Kesehatan Hewan Diperingati Tiap 26 Agustus

  • Livestock Review
  • Aug 29, 2019
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Kampus

Ada Kuliah Gratis untuk Petani, Peternak, dan Umum di Fakultas Peternakan UGM, Siapa Mau?

  • Livestock Review
  • Sep 9, 2019
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia

  • Feb 27, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.