Livestockreview.com, Berita. Tingginya kebutuhan konsumsi daging kerbau untuk kebutuhan kuliner membuat Pemerintah Kabupaten Kudus, JAwa Tengah melalui dinas Pertanian, Perikanan dan Kehutanan berupaya untuk mempertahankan produksi ternak ini.
“Kuliner yang menjadi khas Kudus seperti sate kerbau atau soto kerbau ini membutuhkan daging kerbau yang sangat banyak, karena di Kudus ada ratusan pedagang kuliner ini,” kata Sa’diyah, kepala bidang peternakan pada Dinas Pertanian, Perikanan, dan Kehutanan.
Untuk mempertahankan produksinya, daerah yang menjadi sentra peternakan kerbau seperti Desa Setrokalangan, dan Desa pasuruan Lor, Kecamatan kaliwungu terus dipacu untuk meningkatkan produksi. salah satunya dengan memberikan sarana berupa pembangunan embung kecil sebagai salah satu habitat kerbau.
Ternak kerbau di Kabupaten Kudus sebenarnya masih sangat potensial, karena harga daging kerbau selama ini tidak terpengaruh dengan harga daging impor. Harga daging kerbau di pasaran masih bertahan Rp 60.000 per kilogram. Harga ini masih dimungkinkan mengalami kenaikan saat hari-hari tertentu, seperti menjelang lebaran.
Sa’diyah menambahkan, dari data di Dinasnya, populasi kerbau di kabupaten Kudus akhir-akhir ini meningkat. Terakhir, populasi kerbau di Kudus sebanyak 2.176 ekor. Sedangkan tahun 2009 lalu sekitar 1.887 ekor.
Meskipun meningkat, namun produksi daging kerbau di Kudus ternyata belum mampu memenuhi kebutuhan konsumen yang sangat tinggi. Konsumsi daging di Kudus yang mencapai 2 ton per hari, harus ditopang dari daerah sekitar. Khususnya Demak dan Grobogan.
Tingginya kebutuhan ini menurut Sa’diyah bisa dimanfaatkan masyarakat untuk mulai beternak kerbau guna menunjang perekonomian. Namun, lokasi peternakan kerbau juga harus memperhatikan lingkungan agar tidak terganggu. “Potensi yang bisa dimanfaatkan masyarakat masih sangat terbuka, tinggal bagaimana mencari lokasi yang tepat saja,” tandasnya. follow our twitter: @livestockreview
sumber: suara | editor: soegiyono