Livestockreview.com, Kampus. Dalam berbudi daya peternakan ruminansia, masyarakat seringkali terbentur dengan permasalahan pakan, khususnya hijauan pakan ternak. Pada musim hujan, hijauan melimpah, namun ketika musim kemarau hijauan sangat langka. Menghadapi hal itu, banyak peternak yang lebih memilih untuk mendatang pakan dari luar wilayah.
Seperti yang terjadi di masyarakat di Dusun Duwet, Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta, sebagian besar masyakarat di wilayah tersebut bermatapencaharian beternak. Hampir setiap rumah di dusun tersebut memliki kandang yang berisi sapi 2 sampai dengan 4 ekor.
Sapi yang dipelihara sebagian besar adalah sapi betina, karena tujuan dari pemeliharaan yang dilakukan adalah untuk menghasilkan anak atau breeding. Masyarakat menjadikan sapi sebagai tabungan hidup, sehingga jika ada kebutuhan mendesak, sapi akan dijual untuk mendapat uang guna memenuhi kebutuhan tersebut.
Pakan sapi yang sering digunakan adalah hasil samping pertanian berupa tebon jagung. Harga untuk seikat tebon jaung yang terdiri dari 5 sampai 7 batang tebon jagung, sekitar 5.000 rupiah. “Seekor sapi bisa menghabiskan 4 sampai 5 ikat untuk sehari, sehingga apabila dirupiahkan, masyarakat menghabiskan 20.000 sampai 25.000 per hari per ekor untuk pakan sapinya,” kata Miftahush S Haq, Dosen Fapet UGM, di Yogyakarta (19/8).
Dengan musim kemarau terjadi selama beberapa bulan, artinya warga masyarakat Duwet bisa menghabiskan jutaan rupiah untuk memenuhi pakan sapinya. Hal itulah yang menjadi salah satu faktor penggerak Laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada untuk mengadakan pengabdian dengan tema Diseminasi Rumput Gama Umami dan Perbaikan Manajemen Pakan.
Program pengabdian masyarakat dengan bekerja sama dengan Kelompok Ternak ‘Perti Dadi’ di Dusun Duwet tersebut menggunakan Rumput Gama Umami sebagai sarana peningkatan pemenuhan pakan, karena rumput tersebut memiliki produktivitas yang tinggi, yakni sekitar 40 sampai 60 kg/m2 dan mampu beradaptasi dengan baik di wilayah Gunung Kidul.
Kebutuhan akan hijauan pakan untuk sapi tidak bisa dihilangkan, sehingga penyediaan hijauan pakan harus ditingkatkan. Kemudian manajemen pun perlu diperbaiki guna menjaga terjaminnya ketersedia pakan.
Kelompok ternak Perti Dadi akan dijadikan sebagai percontohan dalam pengelolaan rumput Gama Umami dan perbaikan manajemen pakan. Harapan ke depan, masyarakat Duwet tidak perlu lagi untuk melakukan pengadaan pakan, namun berupaya untuk mengoptimalkan lahan-lahan yang ada agar dapat menghasilkan pada hijauan.
dalam kegiatan itu, Dosen Fapet UGM Dr. Bambang Suhartanto menyampaikan pentingnya pengelolaan hijauan pakan ternak, karena perannya yang tidak bisa digantikan, sehingga hijauan pakan ternak ini harus senantiasa tersedia. Oleh karenanya diperlukan manajemen pengelolaan yang tepat agar hijauan pakan dapat tersedia sepanjang tahun.
Dr. Nafiatul Umami menambahkan, rumput Gama Umami merupakan mutasi dari rumput gajah yang telah diradiasi oleh sinar gama sehingga menghasilkan rumput unggul yang lebih baik dari tetuanya. Selain produktivitasnya yang lebih tinggi, rumput ini dalam satu tahun bisa sampai 6 kali panen.
Upaya introduksi rumput unggul Gama Umami dan perbaikan manajemen pakan merupakan awal untuk meningkatkan kesejahteraan peternak di dusun Duwet, Wonosari, Gunung Kidul. “Ke depan, diharapkan dusun ini dapat menjadi desa yang mampu memenuhi kebutuhan hijauan pakan secara mandiri, baik di musim hujan atau pun di musim kemarau,” kata Nafiatul Umami. lr