Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Kampus

Penyediaan Hijauan Pakan untuk Keberlanjutan Budi Daya Sapi

  • Livestock Review
  • Sep 19, 2021
  • No comments
  • 14 views
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Kampus. Dalam berbudi daya peternakan ruminansia, masyarakat seringkali terbentur dengan permasalahan pakan, khususnya hijauan pakan ternak. Pada musim hujan, hijauan melimpah, namun ketika musim kemarau hijauan sangat langka. Menghadapi hal itu, banyak peternak yang lebih memilih untuk mendatang pakan dari luar wilayah.

Seperti yang terjadi di masyarakat di Dusun Duwet, Wonosari, Gunung Kidul, Yogyakarta, sebagian besar masyakarat di wilayah tersebut bermatapencaharian beternak. Hampir setiap rumah di dusun tersebut memliki kandang yang berisi sapi 2 sampai dengan 4 ekor.

Sapi yang dipelihara sebagian besar adalah sapi betina, karena tujuan dari pemeliharaan yang dilakukan adalah untuk menghasilkan anak atau breeding. Masyarakat menjadikan sapi sebagai tabungan hidup, sehingga jika ada kebutuhan mendesak, sapi akan dijual untuk mendapat uang guna memenuhi kebutuhan tersebut.

Pakan sapi yang sering digunakan adalah hasil samping pertanian berupa tebon jagung. Harga untuk seikat tebon jaung yang terdiri dari 5 sampai 7 batang tebon jagung, sekitar 5.000 rupiah. “Seekor sapi bisa menghabiskan 4 sampai 5 ikat untuk sehari, sehingga apabila dirupiahkan, masyarakat menghabiskan 20.000 sampai 25.000 per hari per ekor untuk pakan sapinya,” kata Miftahush S Haq, Dosen Fapet UGM, di Yogyakarta (19/8).

Dengan musim kemarau terjadi selama beberapa bulan, artinya warga masyarakat Duwet bisa menghabiskan jutaan rupiah untuk memenuhi pakan sapinya. Hal itulah yang menjadi salah satu faktor penggerak Laboratorium Hijauan Makanan Ternak dan Pastura Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada untuk mengadakan pengabdian dengan tema Diseminasi Rumput Gama Umami dan Perbaikan Manajemen Pakan.

Program pengabdian masyarakat dengan bekerja sama dengan Kelompok Ternak ‘Perti Dadi’ di Dusun Duwet tersebut menggunakan Rumput Gama Umami sebagai sarana peningkatan pemenuhan pakan, karena rumput tersebut memiliki produktivitas yang tinggi, yakni sekitar 40 sampai 60 kg/m2 dan mampu beradaptasi dengan baik di wilayah Gunung Kidul.

Kebutuhan akan hijauan pakan untuk sapi tidak bisa dihilangkan, sehingga penyediaan hijauan pakan harus ditingkatkan. Kemudian manajemen pun perlu diperbaiki guna menjaga terjaminnya ketersedia pakan.

Kelompok ternak Perti Dadi akan dijadikan sebagai percontohan dalam pengelolaan rumput Gama Umami dan perbaikan manajemen pakan. Harapan ke depan, masyarakat Duwet tidak perlu lagi untuk melakukan pengadaan pakan, namun berupaya untuk mengoptimalkan lahan-lahan yang ada agar dapat menghasilkan pada hijauan.

dalam kegiatan itu, Dosen Fapet UGM Dr. Bambang Suhartanto menyampaikan pentingnya pengelolaan hijauan pakan ternak, karena perannya yang tidak bisa digantikan, sehingga hijauan pakan ternak ini harus senantiasa tersedia. Oleh karenanya diperlukan manajemen pengelolaan yang tepat agar hijauan pakan dapat tersedia sepanjang tahun.

Dr. Nafiatul Umami menambahkan, rumput Gama Umami merupakan mutasi dari rumput gajah yang telah diradiasi oleh sinar gama sehingga menghasilkan rumput unggul yang lebih baik dari tetuanya. Selain produktivitasnya yang lebih tinggi, rumput ini dalam satu tahun bisa sampai 6 kali panen.

Upaya introduksi rumput unggul Gama Umami dan perbaikan manajemen pakan merupakan awal untuk meningkatkan kesejahteraan peternak di dusun Duwet, Wonosari, Gunung Kidul. “Ke depan, diharapkan dusun ini dapat menjadi desa yang mampu memenuhi kebutuhan hijauan pakan secara mandiri, baik di musim hujan atau pun di musim kemarau,” kata Nafiatul Umami. lr

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Kampus

Ciptakan Alat Penghitung Gas Rumah Kaca, Mahasiswa UGM Bantu Upaya Kurangi Dampak Pemanasan Global

  • Livestock Review
  • Sep 19, 2021
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Kampus

Memanfaatkan Kotoran Sapi untuk Kesejahteraan Peternak

  • Livestock Review
  • Sep 21, 2021
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia

  • Feb 27, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.