Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pelajaran Penting dari Kasus Cemaran “Clostridium Botulinum” pada Produk Susu Fonterra

  • Livestock Review
  • Sep 6, 2013
  • No comments
  • 2 views
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Referensi. Ditemukannya kontaminasi bakteri Clostridium botulinum pada sejumlah produk susu di China belum lama ini cukup menggegerkan. Pasalnya, produk yang terkontaminasi itu mengandung konsentrat whey protein yang diproduksi oleh perusahaan susu terkemuka Selandia Baru, yakni Fonterra, yang mengekspor 95 persen produknya ke banyak negara termasuk Indonesia. Fonterra adalah produsen susu merek ANLENE.

Botulisme merupakan suatu keadaan yang jarang terjadi, tetapi bisa berakibat fatal. Botulisme disebabkan oleh keracunan toksin yang diproduksi oleh C botulinum.

Toksin ini adalah racun yang sangat kuat dan dapat menyebabkan kerusakan saraf dan otot yang berat. Karena menyebabkan kerusakan berat pada saraf, maka racun ini disebut neurotoksin.

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), karakteristik botulisme yaitu adanya kelumpuhan saraf yang berawal pada saraf di sekitar kepala. Kelumpuhan saraf terjadi karena adanya hambatan dari proses penghantaran rangsang pada sistem saraf oleh neurotoksin. Neurotoksin diproduksi saat bakteri C botulinum mulai membentuk spora.

WHO mengategorikan botulisme menjadi lima: botulisme makanan akibat makanan yang tercemar, botulisme luka akibat luka yang tercemar, botulisme bayi yang terjadi pada anak-anak karena makanan yang tercemar, botulisme dewasa yang mirip dengan botulisme bayi tetapi umumnya terjadi pada mereka yang pernah mendapat pembedahan pada perut, dan botulisme disengaja, yang terjadi dengan penyuntikan toksin C botulinum secara sengaja.

Gejala dari botulisme umumnya mual, muntah, dan diare yang diikuti dengan kelumpuhan saraf mata, mulut, tenggorokan, dan secara progresif menjalar pada otot. Pada bayi, botulisme ditandai dengan sembelit, lesu, dan kesulitan bernapas. Gejala umumnya muncul 12 hingga 36 jam setelah mengonsumsi makanan yang terkontaminasi, dan bertahan 3-30 hari.

Tidak semua C botulinum menyebabkan penyakit pada manusia. Strain-strain C botulinum memproduksi toksin A-G, tetapi hanya strain yang memproduksi toksin A, B, E, F (jarang) yang menyebabkan botulisme pada manusia.

Ada tujuh antigenik toksin (A-G) yang dikenal. Tipe A, B, dan E (kadang-kadang F) adalah penyebab utama penyakit pada manusia. Tipe A dan B dihubungkan dengan berbagai makanan, dan tipe E terutama pada hasil ikan. Tipe C menyebabkan leher lemas pada unggas, sementara tipe D, botulisme pada mamalia. Beberapa toksin yang dihasilkan C botulinum memiliki kadar protein yang tinggi sehingga tahan terhadap pengrusakan oleh enzim pelindung usus.

Botulisme dapat diobati dengan menonaktifkan dan menghilangkan toksin sedini mungkin. Sejauh ini, belum ada penelitian yang berhasil menemukan obat untuk menetralkan efek toksin. Namun, injeksi antiserum dapat menetralkan sirkulasi dari toksin pada lambung dan usus.

C botulinum ditemukan pada makanan mentah yang berasal dari tanah atau laut. Kegagalan dan/atau penyalahgunaan suhu saat proses produksi makanan memungkinkan terjadi perkecambahan spora dan proliferasi sel vegetatif dari bakteri.

sumber: k0mp4s | editor: diana mandagi

follow our twitter: @livestockreview

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Transportasi Ternak Harus Perhitungkan Risiko Susut Berat Badan

  • Livestock Review
  • Sep 5, 2013
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Kapan Kebijakan Impor Daging Sapi Dievaluasi?

  • Livestock Review
  • Sep 6, 2013
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima

  • Jan 12, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023

  • Jan 10, 2023

Trending

  • 1
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 2
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 3
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima
  • 5
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023
 

Instagram

livestockreview
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Jika pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah menginginkan keberhasilan pembangunannya tinggi di bidang peternakan, maka para penyusun program perencanaan pembangunan peternakan harus pula dilibatkan dan ditempatkan sebagai “pengawal program pembangunan” yang diberikan kekuasan khusus karena mereka bukan tenaga struktural, pada saat program tersebut dilaksanakan.
Lumpy skin disease (LSD) merupakan penyakit kulit pada sapi asal Afrika yang sangat sulit diberantas.
Waspada !!! Badai Penyakit Mulut dan Kuku (FMD) belum Selesai, LSD sudah Menyebar
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.