Livestockreview.com, bisnis. Produsen pakan ternak, PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) ingin melebarkan sayap ke bisnis lain. CPIN akan melakukan diversifikasi usaha ke bisnis minuman alias beverages.Komisaris CPIN, Thomas Effendy mengatakan, rencana itu akan dilaksanakan tahun depan. Kemungkinan, CPIN bakal mencari mitra kerja. Cuma, Thomas belum menjelaskan secara lebih detail rencana transaksi ini. “Apakah nanti akan dicari mitra atau jalan akuisisi, masih dibicarakan,” katanya di Jakarta belum lama ini.
Thomas yakin, CPIN tidak akan kesulitan dalam menjalankan bisnis baru itu. Sebab, bisnis minuman masih akan sejalan dengan lini bisnis utama CPIN sebagai perusahaan perunggasan. Pada tahap awal, CPIN tidak membutuhkan banyak anggaran. Ekspansi CPIN tahun depan memang akan lebih hati-hati dan konservatif. Sebab, tahun depan kondisi pasar ekonomi juga diperkirakan belum stabil.
Khusus ekspansi di bisnis baru tersebut, CPIN memiliki rencana pemasaran lewat agen distribusi yang sudah tersedia. Hal ini akan lebih mudah dan efisien bagi CPIN. “Sehingga, kami hanya akan menambah produk saja, tidak perlu banyak tambahan cost,” tutur Thomas.
Kini CPIN sudah memiliki lebih dari 2.500 agen distribusi. Lini bisnis CPIN terbagi menjadi tiga bagian, yakni, pakan ternak, anak ayam usia sehari atau day old chick (DOC), dan bisnis makanan ayam olahan. CPIN juga sudah memiliki 7 pabrik pakan ternak, 80 fasilitas pembibitan, 43 fasilitas penetasan, dan 4 fasilitas pengolahan daging ayam. Untuk mempertahankan pangsa pasar, CPIN memperluas sarana produksi dan jaringan distribusi.
Ong Mei Sian, Direktur CPIN mengatakan, tahun ini CPIN memang masih konsentrasi di bisnis poultry dan industri turunannya. Bisnis pakan ternak memang menjadi denyut nadi pendapatan CPIN. Namun, bisnis makanan tak kalah menguntungkan.
Menurut Mei, dengan adanya tambahan produk minuman, komposisi dari lini bisnis makanan (food) bisa bertambah. “Bisa saja bisnis baru beverage atau menambah jenis makanan yang lain. Ini untuk meningkatkan komposisi dari food,” kata dia.
Sepanjang Semester I–2013, penjualan pakan ternak menyumbang 71,26% dari total pendapatan CPIN sebesar Rp 11,98 triliun. Sementara dari bisnis makanan hanya berkontribusi 8,87% ke pendapatan CPIN.
Dana untuk ekspansi
CPIN memiliki amunisi pendanaan yang kuat untuk kebutuhan ekspansi organik atau anorganik. CPIN sudah mendapatkan fasilitas kredit sindikasi US$ 500 juta dari 20 bank yang dipimpin Citi Grup. Kredit ini juga menjadi peluru bagi CPIN untuk berekspansi hingga lima tahun ke depan.
Tahun depan, CPIN menganggarkan belanja modal senilai Rp 2 triliun. CPIN ingin memperbesar kapasitas produksi demi menaikkan pangsa pasar. CPIN akan membangun pabrik pakan ternak baru di Bali dan Padang, Sumatra Barat dengan nilai investasi mencapai US$ 20 juta per pabrik.
follow our twitter: @livestockreview
sumber: k0nt4n | editor: sitoresmi fauzi