Livestockreview.com, Produk Olahan. Kepala Seksi Kesehatan Keluarga dan Gizi Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta Yudinia Amelia mengatakan, saat ini masih terjadi praktek iming-iming produsen susu formula bayi kepada bidan dan rumah sakit. Misalnya, untuk satu kelahiran anak yang diberi susu formula, bidan atau rumah bersalin mendapat bonus Rp 10 ribu.
Ada juga yang memakai bonus bertingkat, semakin banyak menggunakan susu formula tertentu, bonus semakin banyak. Bahkan ada yang menggratiskan umrah. “Praktek seperti itu masih ada, meskipun kalau bidan ditanya tidak mengaku,” katanya.
Menurut Yudinia, agresivitas promosi susu formula untuk bayi itulah yang menjadi salah satu faktor penyebab gagalnya kampanye Inisiasi Menyusu Dini. Di Yogyakarta, sejak kampanye tersebut digulirkan dua tahun lalu, hanya tercapai 30 persen ibu melahirkan yang mengikuti program itu. Padahal targetnya 80 persen. “Iklan susu formula untuk bayi dan balita, terutama di televisi, harus segera ditiadakan. Itu menyesatkan,” ujarnya. Para ibu tergiur rayuan iklan. Padahal produsen mencantumkan komposisi produk susu yang belum teruji secara klinis.
Memang tak semua rumah sakit tergoda rayuan. Di Rumah Sakit Khusus Ibu dan Anak Bakti Ibu di Umbulharjo, Yogyakarta, misalnya, sejak ada program Inisiasi Menyusu Dini, banner atau iklan susu formula dicopot. “Memang ada tawaran dari produsen susu yang akan memberikan bonus jika bisa memasarkan susu, tapi kami tidak tertarik,” kata Manajer Bakti Ibu, Bambang Bimo.
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Yogyakarta mengaku juga tidak lagi memberikan susu formula kepada bayi, kecuali atas anjuran dokter. Dokter menganjurkan karena terpaksa, seperti air susu ibu tidak keluar atau kondisi ibu yang tidak memungkinkan untuk menyusui.
Namun seorang dokter spesialis anak di salah satu rumah sakit di Yogyakarta yang tidak mau disebut namanya menyatakan praktek kerja sama rumah bersalin atau bidan dengan produsen susu masih ada. “Produsen susu itu juga menjadi salah satu sumber pemasukan bidan. Kalau ditanya, pasti jawabannya tidak,” kata alumnus Fakultas Kedokteran Umum Universitas Gadjah Mada itu. (BERSAMBUNG)
sumber: tempo | editor: ria laksmi