Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Kampus

Memanfaatkan Kotoran Sapi untuk Kesejahteraan Peternak

  • Livestock Review
  • Sep 21, 2021
  • No comments
  • 16 views
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Kampus. Peternakan merupakan bagian tidak terpisahkan dari masyarakat. Seperti yang terjadi di masyarakat di daerah Tegaltirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta. Dengan populasi ternak sapi di desa tersebut yang berjumlah 142 ekor, tujuan pemeliharaan sapi di desa tersebut adalah untuk menghasilkan anak atau breeding.

Masyarakat Tegaltirto mendapatkan penghasilan, salah satunya adalah dengan menjual pedet hasil dari pemeliharaan indukannya. “Satu keluarga rata-rata memiliki 2 sampai 3 ekor ternak. Populasi di desa ini relatif tetap, karena usaha utamanya dari warga adalah menjual pedet,” kata Dosen Fakultas Peternakan UGM Dr. Miftahush S Haq di sela-sela kunjungan bersama para mahasiswa UGM, pada Minggu, (19/9). Kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka pelaksanaan Program Berbah Berkah tersebut merupakan rangkaian kegiatan Program Holistik Pembinaan dan Pemberdayaan Desa (PHP2D) yang diprakarsai oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud).

Miftah menambahkan, ada potensi yang belum termanfaatkan di desa yakni kotoran sapi. Jika seekor sapi rata-rata menghasilkan 10 kg kotoran per hari, maka kalau diperhitungkan, akan dihasilkan 1.420 kg kotoran sapi perhari di desa tersebut. Kotoran sapi yang tidak termanfaatkan akan berbahaya dan menyebabkan pencemaran lingkungan.

Hingga saat ini, sebagian besar peternak belum memanfaatkan kotoran sapi tersebut, dan dibiarkan begitu saja menumpuk di sekitaran kendang. Hal itu pada akhirnya akhirnya menimbulkan bau tidak sedap, mengganggu pemandangan dan hal yang paling tidak diinginkan adalah munculnya berbagai penyakit.

Berawal dari hal tersebut Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (BEM FAPET UGM) tergerak untuk turut serta membantu mengoptimalkan potensi tersebut. “Kotoran ternak di sini hanya ditumpuk dan beberapa dibuat di sekitaran kendang, terkadang ada yang mengambil untuk dibuat pupuk oleh orang di luar desa, dan para peternak memberikannya secara suka rela. Memang di sini sudah ada pembuatan kompos, namun masih belum optimal,” tutur Saryadi, salah satu anggota Kelompok Ternak Andini Mulyo, Tegaltirto.

Potensi pengembangan dan pasar pupuk kompos ini sangat besar, karena sekarang banyak petani yang mulai beralih ke pupuk kompos dan menghindari pupuk kimia. Rizky Aurell selaku Koordinator PHP2D BEM FAPET UGM menambahkan, adanya kegiatan ini sekaligus juga dapat menjadi media bagi para mahasiswa untuk melakukan praktik di lapangan secara langsung, dan menganalisis bagaimana potensi pengembangannya ke depan. “Upaya ini menjadi langkah awal dalam mengoptimalkan potensi kotoran sapi agar dapat berubah menjadi rezeki yang dapat menghidupi peternak di Tegaltirto,” kata Rizky Aurell. lr

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • Kampus

Penyediaan Hijauan Pakan untuk Keberlanjutan Budi Daya Sapi

  • Livestock Review
  • Sep 19, 2021
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Kampus

ISTAP IX 2021 Digelar Secara Daring

  • Livestock Review
  • Sep 22, 2021
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima

  • Jan 12, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023

  • Jan 10, 2023

Trending

  • 1
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 2
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 3
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ruminansia, Jerami, dan Pangan Bergizi Prima
  • 5
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Merawat Optimisme Perunggasan Menapaki 2023
 

Instagram

livestockreview
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Jika pemerintah baik di tingkat pusat maupun di daerah menginginkan keberhasilan pembangunannya tinggi di bidang peternakan, maka para penyusun program perencanaan pembangunan peternakan harus pula dilibatkan dan ditempatkan sebagai “pengawal program pembangunan” yang diberikan kekuasan khusus karena mereka bukan tenaga struktural, pada saat program tersebut dilaksanakan.
Lumpy skin disease (LSD) merupakan penyakit kulit pada sapi asal Afrika yang sangat sulit diberantas.
Waspada !!! Badai Penyakit Mulut dan Kuku (FMD) belum Selesai, LSD sudah Menyebar
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.