Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download

Follow us

Facebook
Twitter
Instagram
Livestock Review Indonesia
2K Likes
2K Followers
0 Followers
Livestock Review Indonesia
  • Home
  • Fokus Utama
  • News
  • Bisnis
  • Referensi
  • Artikel Lainnya
    • Produk Olahan
    • Opini
    • Riset
    • Tokoh
    • Kampus
    • lain-lain
    • Gallery
  • About
    • Tentang Kami
    • Pemasangan Iklan
    • Contact Us
  • Download
  • Fokus Utama
  • Referensi

Kenali Bakteri Enterobacter Sakazakii di Susu Formula

  • Livestock Review
  • May 27, 2011
  • No comments
Total
0
Shares
0
0
0
0
0

Livestockreview.com, Referensi. Badan Pengawas Obat dan MAkanan alias BPOM telah mengumumkan bahwa tidak ditemukan kontaminasi bakteri Enterobacter sakazakii di dalam susu formula.  Namun tahukah bawa bakteri ini ternyata dapat  dijumpai di berbagai olahan produk makanan, sereal, teh, herbal, bumbu, buah, sayur, susu, daging, telur, ikan ?

Hingga tahun 1980, Enterobacter sakazakii masih dianggap varian dari Enterobacter cloacae. Barulah setelah bakteriolog Jepang, Riichi Sakazaki, memberikan pemahaman yang luas tentang keluarga Enterobacteriaceae, bakteri ini dikenal dengan nama E. sakazakii.

Menurut Fiore, dkk (2008) E. sakazakii dapat diisolasi dari makanan, air, beberapa daerah, seperti: permukiman, rumah sakit. Bahkan juga dilaporkan keberadaan bakteri ini di banyak susu ibu yang tersimpan di bank susu.

Temuan ini mendukung survei Friedemann (2007), yang berhasil mengidentifikasi E. sakazakii dari berbagai sumber. Misalnya: produk olahan makanan, berupa sereal (barley, sorghum, tepung beras, biji padi, tepung jagung), produk olahan kacang-kacangan (tempe, tofu, kedelai, tepung kacang hijau, kecambah Alfalfa, taoge, buncis), teh, herbal, bumbu, dan rempah (iced tea produk USA, produk/sediaan kering teh herbal, bumbu, rempah, tanaman obat), buah-sayur dan olahannya (salad, selada, tomat rebus, kentang, produk ketela pohon/singkong, alga merah, fufu khas dari Ghana, dsb), olahan daging (sosis, olahan daging babi, daging unta, daging sapi, unggas, gelatin), olahan susu (keju, tepung keju), olahan telur, olahan ikan termasuk kerang, udang, sarden, tepung ikan), serta berbagai produk lain, seperti: tepung makanan, makaroni, dumpling (kue bola berisi apel), makanan bayi yang terbuat dari beras, tepung protein, biskuit, permen, kotak susu, dan produk makanan hewan.

Menariknya, E. sakazakii juga dijumpai di air, air minum, air mineral di dalam botol/kemasan. Riset ini dilakukan dari 1954-2006 di berbagai negara, seperti: Amerika Serikat, Argentina, Belanda, Belgia, Inggris, Jepang, Jerman, Jordan, Filipina, Saudi Arabia, Korea Selatan, Nigeria, Norwegia, Meksiko,Republik Czech, China, Italia, Irlandia, Polandia, Hungaria, Portugis, Spanyol, Perancis, Ghana, Afrika Selatan, Swiss, Pantai Gading, Turki, dan Indonesia.

Dijumpai dimana-mana

Unik dan Sakti E. Sakazakii mampu hidup dan dijumpai dimana-mana. Selain itu, bakteri berbentuk batang negatif gram dan tidak membentuk spora ini merupakan bakteri unik. Ia mampu tumbuh-berkembang pada kondisi dengan oksigen namun perkembangannya amat cepat di lingkungan yang tanpa/kekurangan oksigen.

Keunikan inilah yang membuatnya mampu bertahan-hidup dan dijuluki bakteri facultative anaerobic.  Perlu diketahui, suhu maksimum untuk pertumbuhannya 41-45 derajat C, sedangkan suhu minimum ia tumbuh sekitar  5,5-8,0 derajat C. Suhu 4 derajat C membuatnya tak mampu tumbuh.

Selain unik, bakteri ini juga sakti. Ia memproduksi enterotoksin. Enterotoksin adalah protein beracun (cytotoxin); spesifik menyerang sel-sel dan membran mukosa usus, sehingga menyebabkan muntah, diare, mirip keracunan makanan. Selain itu, infeksi karena E. sakazakii ditandai dengan suhu tubuh tidak stabil, kejang, pucat, kekuningan, gelisah/rewel, selera makan hilang, pingsan, bahkan ada yang  meninggal dunia.

Umumnya penderita tidak menunjukkan gejala atau sedikit demam, hingga terjadi syok septik, lalu meninggal.  Bacteremia karena E. sakazakii mematikan 1 dari 7 penderitanya. Adapun kasus meningitis (radang selaput otak-tulang belakang) karena E. sakazakii jarang dijumpai.E. sakazakii mampu menyebabkan infeksi di semua usia, terutama 0-12 bulan. Bayi prematur, lahir kurang dari 36 minggu, bayi berat lahir rendah, bayi dengan daya tahan tubuh rendah (imunodefisiensi), bayi dengan ibu HIV-positif, dan bayi yang mondok di ruang ICU (intensive care unit) lebih berisiko terinfeksi.

Langkah deteksi dini

Deteksi Dini Deteksi E. sakazakii pada makanan dapat dilakukan dengan  menggunakan lebih dari satu sistem. Metode genetika molekuler, termasuk PCR (polymerase chain reaction) real-time, PFGE (pulsed-field gel electrophoresis), analisis RAPD (random amplification of polymorphic DNA) dapat mendeteksi E. sakazakii dengan sangat akurat dan cepat. Misalnya: konsentrasi lebih 10 cfu/100 gram susu formula penyebab infeksi E. sakazakii pada bayi baru lahir terdeteksi dalam 2 hari. Sayangnya, teknik  ini mahal. Teknik yang relatif murah adalah mendeteksi melalui ciri-biokimiawi. E. sakazakii positif  dengan pemeriksaan catalase dan alfa-glucosidase, dan negatif dengan pemeriksaan oxidase dan phosphoamidase.

Solusi Infeksi karena E. sakazakii mudah diatasi bila cepat terdeteksi. Dokter akan memberikan sefalosporin generasi ketiga, dipadukan ampicillin/gentamicin. Pencegahan penting dilakukan, misalnya: sterilisasi alat/produk yang terkontaminasi, menyusui dengan ASI eksklusif. Bila tidak dapat, buat susu untuk sekali minum, jangan tersisa. Bila sisa, dibuang. Didihkan air 70 derajat C, beri susu formula. E. sakazakii mati pada suhu kurang 60 derajat C. Usahakan habis maksimal 4 jam setelah dibuat.

Bila tidak segera diminum, simpan di kulkas atau tempat bersuhu di bawah 10 derajat C. Jangan diberikan bila lebih dari 24 jam.

adaptasi dari analisis dr dito anurogo, seorang dokter praktek

Livestock Review

Livestockreview.com didedikasikan untuk turut memajukan industri peternakan dan produk hasil olahannya di tanah air. Diasuh oleh para ahli di bidangnya, Livestockreview.com menjadi ajang update informasi bagi para pelaku bisnis dan industri peternakan Indonesia.

Previous Article
  • Fokus Utama
  • news

PBNU Memasuki Bisnis Susu

  • Livestock Review
  • May 25, 2011
Baca selengkapnya...
Next Article
  • Fokus Utama
  • Riset

Susu Formula dan Obesitas pada Anak

  • Livestock Review
  • May 28, 2011
Baca selengkapnya...

Baca Artikel lainnya

Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya

  • Mar 9, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia

  • Feb 27, 2023
Baca selengkapnya...
  • Bisnis
  • Fokus Utama

Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional

  • Feb 1, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Ekologi dan Kesehatan Rumen

  • Jan 25, 2023
Baca selengkapnya...
  • Fokus Utama
  • Referensi

Pentingnya Memahami Feed Intake

  • Jan 16, 2023

Trending

  • 1
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Mikroba Rumen: Kecil Jasadnya, Besar Fungsinya
  • 2
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Akselerasi Teknologi Tepat Guna untuk Perunggasan Indonesia
  • 3
    • Bisnis
    • Fokus Utama
    Teknologi yang Menentukan Daya Saing Industri Perunggasan Nasional
  • 4
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Ekologi dan Kesehatan Rumen
  • 5
    • Fokus Utama
    • Referensi
    Pentingnya Memahami Feed Intake
 

Instagram

livestockreview
Indonesia Livestock Club (#ILC25): Kesiapan Industri Perunggasan Menyambut Bulan Ramadhan dan Hari Raya Idul Fitri
Beberapa menit setelah lahir, ruminansia muda yang sering disebut pre-ruminant, terekspos dengan bermacam-macam mikroba sejak mulai di saluran organ reproduksi dan vagina, saliva, kulit, dan feses induknya. Ketika lahir, induknya menjilat-jilat dan memakan lendir dan cairan yang menyelimuti tubuh anaknya.
Salah satu kunci untuk dapat bertahan di perunggasan adalah melalui efisien dan peningkatan produktifitas yang dapat terwujud dengan penggunaan teknologi.
Perkembangan teknologi digital telah membantu perkembangan industri perunggasan menjadi lebih efisien, dengan adanya peran big data, cloud, internet untuk segala (IoT), dan kecerdasan buatan (AI) yang dapat meningkatkan produktifitas bisnis dan industri perunggasan di tanah air.
Sikap optimis dalam memasuki 2023 perlu untuk ditularkan kepada para pemangku kepentingan (Stake holder) bisnis dan industri perunggasan, agar dapat secara bersama-sama membenahi sektor perunggasan sebagai bagian dari penyuplai bahan pangan sumber protein hewani yang penting bagi masyarakat Indonesia."
Ruminansia adalah sekelompok hewan yang dicirikan oleh aktivitas memamah biak atau mengunyah kembali bolus pakan yang sudah ditelan. Kegiatan itu dikenal dengan istilah ruminasi.
Follow
Livestock Review Indonesia
  • About
  • Term Of Service
  • Privacy Policy
  • Arsip Artikel
  • Gallery
  • Download
  • Contact Us
  • WP File download search
Dairy, Meat & Livestock Update, Portal Berita Peternakan
Design & Dev by IMAJIX DIGITAL

Input your search keywords and press Enter.